: FIVE :

10 1 0
                                    

“ Habis ini mau kemana, Na?” Tanya Vina mulai menunggangi motornya.

“ Ini tidak langsung pulang, ada urusan. Intinya tentang band itu.” Sahut Nadin memasang helm.

“ Oh, ya sudah. Aku dulu ya, bye.” Pamit Vina meng-gas motornya meninggalkan sekolah dan Nadin.

“ Hai Na.” Sapa Riko hendak melajukan motornya. Sekian lama mereka jarang berinteraksi membuat Nadin memiliki kesulitan tersendiri untuk membalas sapaannya. Dia harus berpikir dulu mau mengucapkan sepatah kata apa?.

“ Hey Ko.” Balas Nadin tersenyum kikuk. Riko mulai meninggalkan Nadin, tidak lupa dia memberikan bel klakson untuk Nadin sebagai ucapan selamat tinggal berupa ‘ Aku dulu’.

Nadin juga mengklakson sebagai balasan berhubung dia hendak meninggalkan SMA menuju tempat tinggal Bang Ejik sambil membawa barang bukti.

TIKET RF

“ Makan dulu, pasti kamu lapar lagi.” Kata Bang Ejik menaruh dua ekor udang crispy ukuran agak besar ke piring makan Nadin. Dia juga menaruh udang dalam jumlah yang sama ke piring makan bagiannya. Kebetulan saat Nadin menginjak rumah kerabat dekat ayahnya, lelaki itu tengah menggeluti hobinya yaitu memasak.

“ Gak asin atau kurang asin?.” Tanya Bang Ejik mencocol potongan udang bagian ekornya ke saus sambal.

“ Enak, kalau bisa kirim se-kolam sekalian yang besar – besar.”

“ Kamu tidak tahu harga udang saja. Sekilo saja mahalnya minta ampun.”

“ Lebih baik kamu dapat rebon-nya.” Nadin langsung tersedak, tidak terima dengan candaan tidak lucu lelaki itu. Buru – buru dia meneguk segelas air putih hingga menyisakan setengah.

“ Enak saja.” Cibir Nadin mengelus lehernya.

“ Memang enak kok, mau aku belikan rebon. Biar udang ini  abang yang makan, terus kamu makan rebon mentah dan penuh lendir – lendir amis.”

“ Tidah usah bahas yang begituan kalau lagi makan.” Bentak Nadin tidak terlalu keras karena kesal hingga menimbulkan gelak tawa dari Bang Ejik.

“ Sensi sekali. Heh. Omong – omong tujuan kamu ke sini mau apa? Tidak mungkin kan mau makan doang.”

“ Secara Universal aku mau makan masakan abang.” Nadin menyeringai saat menjeda ucapannya hingga muncul sorot mata tajam Bang Ejik yang rasanya bikin tertawa.

“ Tapi bo’ong. Hahahaha.” Tawa Nadin memenuhi ruangan.

“ Aku serius. Kalau tidak, kamu lebih baik makan rebon mentah, berlendir, dan ada amis – amisnya.” Ancam Bang Ejik bersiap mengambil udang jatah Nadin bila gadis itu maish terus bercanda.

“ Iya, iya, ada sesuatu nih. Tapi habis makan ya. Takut sesuatunya kotor kena makanan.”

“ Oke.”

Usai makan siang, mereka berdua memilih berbincang di sofa yang menghadap kolam mujair. Ada kesan tersendiri bagi Nadin, nikmat dan syahdu kala udara sejuk merengkuh mereka.

“ RF konser di sini sebentar lagi, lalu kamu sudah punya tiketnya. Cuma tiket ini nyuruh kamu mengajak orang terdekat yang sama suka sama RF. Aku suka lagu mereka, aku suka band mereka, mereka lebih dari kata istimewa. I’m so glad hear that. Tapi saat RF tampil, aku ada dinas di Banten.”

Senyum Nadin sempat merekah akhirnya tenggelam lagi. Nadin ingin menyerah dan melakukan langkah terakhir. Menawarkan satu tiket kepada teman – temannya melalui sosmed.

Namun ada rasa tidak enak dari benak Nadin mengingat perkataannya kepada Vina tempo lalu ketika Jumat siang.

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang