: FIFTEEN :

2 1 0
                                    

Usai makan malam di suatu lesehan ayam bakar yang terkenal bumbu masaknya. Bang Ejik mengantar mereka berdua ke stasiun. Mereka berpamitan dan mengucapkan terima kasih sebelum memasuki kereta.

Kereta melaju, di tengah gelapnya malam tanpa sinar bulan. Orang – orang telah terlelap, namun Nadin dan Riko masih mengobrol. Yang semula ringan menjadi serius.

Bersama Dark Alley, di dalam lorong kereta yang gelap, mengalun lirih di telinga mereka masing – masing melalui earphone.

“ Hari ini adalah hari paling berkesan.” Kata Riko semakin mengeratkan jaketnya. Padahal volume pendingin sudah dikecilkan, tetap masih terasa dingin.

“ Sebelumnya aku tidak menyangka kalau kita bisa menonton RF berdua, dua bulan lalu aku dapat e-mail tentang tiket gratis itu. kemudian aku berusaha mencari seseorang yang bisa aku ajak menonton. Teman, saudara, mereka menolak dengan berbagai alasan. Hingga aku memilih untuk menyerah dan lebih baik menjual kembali tiket ke orang – orang yang ingin menonton RF dengan harga lebih murah dari sebenarnya secara online. Tapi aku berpikir lebih kritis lagi, lebih baik menanti seseorang yang tepat. Orang yang sungguh – sungguh menyukai RF tanpa ada kata cuma sesaat. Akhirnya saat pertama kalinya aku lihat kamu bilang suka lagu – lagu RF. Aku menemukan pencerahan. Aku lihat kamu adalah orang sungguh – sungguh menyukai hal yang disukai dan akan merasa menyesal bila menyia – nyiakan. Kamu beda dengan yang lain menurut pandanganku. Jika dilihat tadi saat di arena, dari wajahmu tidak ada hasrat ingin sok keren, pamer, atau tenar pasca melihat artis barat secara langsung.”

“ Kamu juga berbeda Na, cara bicaramu seperti tadi kayak hanya ada satu – satunya di dunia ini. dan aku hanya salah satu pendengarnya saja. rupanya kamu termasuk pemenang kuis RF di akun resmi.” Gumam Riko.

“ Kamu tahu akun itu?, berarti kamu juga pernah mengikutinya.”

“ Iya, tapi tidak terlalu aktif.” Jawab Riko menghela nafas.

“  Nadin, tahu tidak? Dulu sejak pertama kali dengar lagu – lagu RF, aku selalu berpikir andai aku bisa menemukan seseorang yang juga menyukai hal yang aku suka tanpa tujuan buruk apapun. Seseorang yang menyukai dan mengapresiasi dengan tulus. Di situ juga aku berharap, andai aku bisa menonton konser berdua dengan orang itu. selama ini aku selalu ragu mengatakan band ini kepada teman – teman, aku yakin mereka belum tentu suka. Mereka suka hanya untuk kepentingan semata, hingga hari tua nanti mereka tak lagi mengingat bahkan dikenang. Beberapa tahun kemudian ketika aku  kelas sembilan, kita mulai saling kenal, kita sama – sama menyukai bahasa inggris, seketika aku berpikir kamu adalah orang yang tepat untuk sebagai seorang pendengar tentang band ini.  Meski bingung harus diawali dari mana?. Kelas 11, keputusanku mulai matang. Waktu menjelang TOEFL, kita belajar di pinggir telaga, aku mencoba memberanikan diri memutar lagu Yard. Aku kaget melihat kamu yang juga kaget. Seolah ada koneksi kalau kamu sebenarnya kenal lagu ini. tepat hari ini kita merayakan sekedar keberhasilan kita mengikuti TOEFL dengan nilai memuaskan, kamu mengajakku ke konser padahal aku tidak terlalu mengharapkannya.”

“ Aku juga berpikir sama.” Sahut Nadin mengulum senyum.

“ Nadin, itu kunjungan pertama dan terakhir kali kita ya. Aku sudah cukup senang selama ini. terima kasih.” Kata Riko memenjamkan kedua matanya di dalam gelapnya malam saat kereta melewati kawasan pertanian.

Nadin mengulang pembicaraan yang diucapkan Riko barusan, menimbulkan berbagai pertanyaan. Namun dia telah terlelap, lebih baik Nadin memutuskan diam saja.

Sebab Nadin akhirnya mengerti, dia tidak lama lagi akan tidak mendengar suara Riko.

Lelaki itu sengaja menyampaikan permasalahannya secara tersirat biarpun pendengarnya mengerti arti dan maksud.

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang