: EPILOG :

8 1 0
                                    

Tidak seperti biasanya udara pagi ini agak dingin, Nadin mengeratkan jaketnya. Memasukki kelas dengan menunduk. Vina yang sudah datang lebih dulu menatapnya curiga.

" Kamu sakit?" Tanya Vina meraba kening Nadin yang pucat.

" Tidak Vin, aku gak tahu tiba - tiba bisa pucat." Jawab Nadin parau.

" Waktu masih lama, kamu tiduran dulu saja disini." Kata Vina menepuk kursi Nadin yang kosong. Gadis itu segera duduk, menempelkan kepalanya ke bangku. Menutup mata sejenak sambil bersenandung lagu Dark Alley.

Dia ingat saat dia bersama Riko hendak tertidur di kereta dengan mendengarkan lagu tersebut.

Perlahan hari mulai siang, keadaan Nadin sudah membaik, cukup mengambil waktu tidur sesaat selama 15 menit. Seperti biasa ia mengikuti pelajaran di jam pertama. Namun terhenti ketika surat dispen menyebut namanya.

" Nadin, ke depan kantor guru sekarang."

Nadin membelalakan mata, sudah lama dia tidak melihat lelaki itu. lebih tinggi dari Riko dan berwajah familiar dengan Riko.

" Ada apa kak?"

Sepupu Riko yang kini berusia 28 tahun mengajak Nadin duduk di bangku taman depan ruang guru. Mereka berdua pernah saling kenal saat sepupu Riko menjemput Riko dari bimbel lalu Riko mengenalkan Nadin kepadanya.

" Pihak sekolah sudah tahu kabar Riko dan sebentar lagi mereka akan menyampaikan ke teman - teman kamu. Berhubung kamu teman Riko, sekarang segera beres alat - alat sekolah kamu, kakak sudah izin ke guru piket, kita menuju ke Riko ya." Ucapnya dengan bibir begetar namun tetap mengeluarkan senyum.

Nadin yang mengerti maksud ucapan sepupu Riko mengangguk kencang.

Dia berlari menuju ke kelasnya, membereskan pelengkapan setelah menyerahkan surat izin meninggalkan sekolah ke guru pengajar. Tidak ada waktu dia menjawab pertanyaan bertubi - tubi teman - temannya termasuk Vina.

" Permisi bu." Ucapnya menutup pintu kelas. menghampiri sepupu Riko yang telah menanti dirinya di lobby bersama kepala sekolah.

Riko terlalu cepat, batin Nadin mengikuti langkah kedua lelaki dewasa itu menuju parkiran.

Beberapa guru sebagai perwakilan mengikuti mobil tempat kepala sekolah berada.

Sementara Nadin duduk terdiam di dalam mobil sepupu Riko.

Memandang koridor lobby, banyak anak OSIS yang sedang berkumpul mendengarkan intruksi wakasek kesiswaan dalam rangka pengumpulan baksos yang akan diadakan setiap kelas. Seiring berita Riko telah tersebar ke seantero sekolah.

" Tante." Nadin memeluk ibu Riko yang menyambut dirinya diperkarangan rumah.

" Riko tadi malam bilang makasih ke kamu lewat tante. Katanya dia tidak bisa bilang makasih ke kamu langsung soalnya kejauhan. Begitu sambil tertawa." Kata ibu Riko semakin terisak di balik pelukannya.

" Tante, Riko ada dimana?" Tanya Nadin melepaskan pelukannya.

" Riko sebentar lagi menyusul neneknya." Jawab Ibu Riko menggandeng tangan Nadin, masuk dalam rumah menemui Riko.

Semua orang berdiri tenang mengelilingi pusara Riko, mereka pada menaburkan bunga. Memandang foto Riko memakai pakaian SD yang terpampang di sana.

Sedangkan Nadin berdiri agak jauh dari pusara bersama beberapa anak OSIS yang juga teman sekelasnya.

Nadin tidak menangis, dia cukup tersenyum. Nangis tidak memberi jalan Riko untuk menuju alam sebenarnya saat ini. Malah membuat Riko kebingungan. Buat apa harus menangis? Nadin tidak boleh menangis biarpun tangis sangat relatif dengan perpisahan.

Itulah alasan Nadin disuruh bersenandung lagu Dark Alley sebelum tidur, roh Riko tengah melalui terowongan panjang yang gelap. Ada banyak suara - suara yang ada di sisi kanan kiri telinga Riko selama dia berjalan. Maka dia harus berkosentrasi tinggi terhadap suara itu. dan cahaya yang menanti Riko di depannya.

Riko punya tempat sendiri. Nadin juga punya tempat sendiri.

Tapi mereka berdua pernah mengisi waktu terhadap yang disukai.

Selama hal yang disukai memiliki sisi positif telak tidak menimbulkan masalah. Justru menghidupkan harapan antara sempat terduga dan tidak terduga sebelumnya.

Impian Nadin menonton konser RF bersama orang yang juga mengenal dan menyukai RF.

Begitu juga Riko. Dia bisa merasakan impiannya sebelum hari khususnya berakhir.

Usai melayat, Nadin mengambil waktu untuk beristirahat. Sebelum itu ia berdoa, semoga Riko bisa tenang di sana. Kemudian menaikki ranjang, menarik selimut, dan menutup mata.

Hampir dia masuk ke alam bawah sadar, Nadin bersenandung lagu Dark Alley lagi. Sesuai permintaan Riko.
Ikutlah, dengarlah, temukan cahaya baru.

TAMAT

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang