: NINETEEN :

5 2 0
                                    

Hari ini Nadin tidak membawa motor, tadi pagi ia naik angkutan umum. Mendadak wajah Nadin terkejut bukan main ketika ia baru keluar dari gerbang, menemukan ayah Riko bersandar pada pintu mobil balas menatapnya sambil melemparkan senyum.

“ Nadin, Riko ingin kamu ke sini.” Katanya mengajak Nadin memasukki mobilnya.

“ Riko baik – baik saja kan Om?” Tanya Nadin memasang muka panik.

“ Riko bisa ingat kamu tandanya dia baik – baik saja.” Jawab ayah Riko terkekeh. Nadin menghela nafas, masih memikirkan kondisi Riko yang kian memburuk.

Sesampainya di rumah sakit, Nadin mendekati ranjang Riko. Sementara kedua orang tua Riko berada di luar. Menatap kedua remaja itu dari dinding kaca.

“ Riko...” Nadin membangunkannya, mata lelaki itu terbuka. Melirik Nadin sambil tersenyum.

“ Nadin.” Sahut Riko. “ Bukannya itu apa yang kita ucapkan waktu pertama kalinya kita saling menyapa setelah mengenal nama satu sama lain.” Lanjutnya membuka pintu nostalgia.

“ Iya, Rik. Aku ingat.”

“ Kemudian sapaan kita berdua tadi merupakan terakhir kali.”
Deg, Nadin  terdiam. Selama bersama lelaki itu, Riko sebagian besar yang selalu membuatnya terdiam.

“ Gak usah tegang, aku cuma bercanda. Hehe.”

Tidak lucu Rik.

“ Nadin, aku ingin dengar Red Fire nyanyi. Bosan banget kalau tidak dengar suaranya, habis di sini tidak ada TV.”

“ Kalau ada di kamarmu sendiri terserah, ini ICU Rik. Jangan bahas yang lain – lain deh, pikir kesehatanmu.” Kata Nadin, ia merasakan sesak dan ingin mengeluarkan air mata.

Pikirkan kematianmu nanti, bagaimana kebahagiaan kita semua setelah kepergianmu?.

Batin Nadin tersenyum getir ketika Riko menatapnya manja, meminta Nadin menyalakan lagu – lagu Red Fire dari ponselnya.

“ Memangnya boleh?.” Tanya Nadin hendak mengeluarkan ponselnya.

“ Jangan ah, nanti aku yang kena marah dari suster.”

“ Nadin, kali ini saja. berikutnya tidak diulangi tidak apa – apa.” Rengek Riko.

“ Ya sudah.” Tukas Nadin memilih lagu near or far. Alunan lagu berputar, Riko ikut bersenandung ketika Zei mengambil bagian chorus.

Near or far, i’m still remember on you” Ucap Nadin mengakhiri lagu.

Tak terasa, hari mulai malam. Nadin memutuskan pamit setelah Mahgrib ke keluarga Riko. Keluarga Nadin telah menunggu lama kepulangan Nadin, untung dia sempat mengirim pesan ke mereka bahwa dia  menemani Riko.

Sebelum keluar Riko memanggilnya, dia menyuruh Nadin mendekat lagi. mengucap lirih dekat telinga Nadin.

Seketika Nadin mengangguk, mengiyakan permintaan Riko yang menurutnya terasa getaran – getaran aneh.

Dark Alley mengiring Nadin dibawah guyuran shower. Kemudian masih terdengar saat dirinya telah mengenakan pakaian tidur.

Sesuai permintaan Riko, Nadin akan mendengar lagu Dark Alley hingga dia tertidur pulas bermimpi indah.

Hampir menuju alam bawah sadar, mulut Nadin sedikit melantunkan lirik yang pernah dia ucapkan ketika ia mengikuti bantara, terjebak dalam kabut, dan melewati koridor gelap menuju tribun.

Ikutilah aku! Ikutilah aku!
Kita saling menggenggam.
Kau kan menemukan sesuatu di cahaya itu.
Berhati – hatilah, agar tidak salah.
Dengarkan segala suara .
Suara penuh tujuan mulia.
Bila kau tidak bisa mendengar.
Kita tidak bisa mencapai.
Kita akan berakhir.

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang