: EIGHT :

5 1 0
                                    

Rumah panggung berbahan kayu jati berdiri kokoh menghadap telaga buatan, posisi Nadin dan Riko kini berada di daerah yang dijadikan kawasan konservasi.

“ Ayah pernah ajak aku ke sini, dia memperkenalkanku, telaga ini merupakan hal yang ayah sukai. Dia bercerita sejak kecil dia juga selalu di ajak kakek mengunjungi telaga setiap liburan. Kakek memperkenalkan ayah telaga ini sama halnya yang ayah lakukan. Kakek, ayah, aku menyukai telaga ini.”

“ Maka setiap ada waktu luang atau kesempatan, kamu tidak menyia – nyiakan hal yang kamu suka.” Kata Nadin yag memahami cerita pengalaman Riko.

“ Sekali mengabaikan, akan merasa menyesal.” Timpal Riko membuka buku latihan TOEFL.

“ Kamu baru beli?” Tanya Riko melihat buku tebal yang kini dipegang Nadin.

“ Sudah lama, sejak kelas 10. Ya, kelihatan masih baru, jarang aku buka. Kadang – kadang aku isi, tidak terlalu banyak sih. Kelas 10 dulu kita kan selalu sibuk. Tapi itu menurutku, menurutmu kayaknya berbeda.”

“ Tidak masalah, sekiranya kamu sudah latihan. Ayo kita isi, kebetulan banget ya buku kita sama. Bisa dong yang sulit kita diskusikan.” Riko mulai mengisi, begitu juga dengan Nadin.

Seakan suasana mereka berdua terlempar dua tahun lalu, mereka sama – sama menyelesaikan simulasi UN.

“ Agak ‘krik’,” Gumam Nadin disambut anggukan Riko. Mereka menghentikan aktivitas menulis dan berpikir untuk sejenak.

“ Pakai budaya kita yuk, kalau belajar bahasa inggris sambil dengar lagu barat.” Kata Nadin hendak menyalakan ponsel.

“ Biar pake hapeku.” Kata Riko membuka playlist. “ Mau apa? Anna Kendrick, Maroon 5, Zara Larsson, Martin Garrix, Coldplay??? .”

“ Terserah.”

“ Coba dengar lagu yang ini, bagus banget.”

Seketika lagu yang dipilih Riko mengalun membuat Nadin terdiam dan terkejut, serta tidak menyangka. Nadin menatap Riko lekat, lelaki itu membalas tatapannya dengan kebingungan.

“ Tidak suka lagu ini?” Katanya menunjukkan salah satu playlist yang kini berputar tertera kata ‘ Yard’.

“ Suka kok.” Kata Nadin menyembunyikan senyum.

“ Bagus dong, apalagi dengar lagu yang lain. Bikin aku terdiam karena indah.” Riko menekan kata indah. Indah juga termasuk hal yang membuat Nadin diam.

Kali pertama ia mendengar lagu Yard dari layar televisi, tiba – tiba ada yang menariknya untuk selalu mendengarkan.

“ Oh ya.”

“ Asal kamu tahu, band ini mau tampil di Tangerang. Sayang sekali aku tidak bisa beli tiketnya. Mahal, uang tabungan sih lumayan. Tapi untuk  buat biaya kuliah yang mahalnya lebih dari tiket. Semakin aku besar orang tua semakin tua, aku tidak ingin merepotkan mereka. Selama ini mereka cari uang demi aku dan saudara – saudaraku. Aku rasa, ini adalah pertama kalinya aku menyesal terhadap hal yang aku suka. Aku juga berkali – kali kalah dalam menjawab kuis yang diselenggarakan band ini, sehingga tidak mendapatkan tiket gratis.”

Selain indah, cerita Riko membuat Nadin diam hingga menciptakan keheningan selama 10 detik.

“ Berdoa saja Rik.” Kata Nadin sambil melanjutkan mengisi jawaban.

Dalam hati sesungguhnya dia ingin bersenandung bersama lagu Yard namun dia ingin menyembunyikan segala hal yang dia sukai dari Riko.

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang