: SEVEN :

8 1 0
                                    

“ Maaf  Na, aku tidak bisa. Pada tanggal itu sekolahku ada tour ke Bali.”

“ Nggak apa – apa Rat, aku bisa ajak anak – anak lain saja.” Usai mengucapkan kalimat penutup.

Nadin menopang dagunya di atas meja belajar, memandang remang – remang cahaya bulan dari balik jendela.

Tadi yang ada di seberang telepon adalah Ratih. Teman dekat semasa SMP, kini ia sedang merintis pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan.

Nadin hanya menghela nafas pasrah, siapa yang mau dia ajak menonton konser Red Fire kebanggaannya tiga minggu lagi?.

“ Nadin, ibu dapat kiriman dari Pak Sef tentang TOEFL minggu depan.” Kata Ibu menepuk bahu Nadin yang sedang melamun.

“ Eh, apa bu?” Tanya Nadin membelalakan mata.

“ Hush, jangan melamun. Tadi ibu dapat kiriman TOEFL...”

“ Aku sudah tahu bu.” Potong Nadin.

“ Dari sekolah, ya sudah, mulai sekarang kamu memperdalam bahasa Inggris. Agar bisa menguasai soal – soal TOEFL nanti. TOEFL sangat penting buat masuk perguruan tinggi. Apalagi kalau ingin dapat S1 sampai S3.”

“ Iya bu,”

“ Buku TOEFL pemberian Bapak jangan lupa diisi.” Itulah peringatan terakhir Ibu sebelum dia meninggalkan kamar Nadin.

Gadis itu mengeluarkan buku tebalnya, memperlancip pensil menggunakan rautan yang nantinya untuk mengisi 150 soal dalam rangka simulasi TOEFL yang kata orang – orang memiliki beberapa tingkat kesulitan.

...

Dunia fangirl biasa dilakukan Nadin semenjak pertama kali ia suka sama Red Fire, selain membaca seluruh laman tentang biodata mereka, dia juga membiasakan diri menonton semacam Vlog buatan mereka yang terbilang sangat menarik.

Selain Red Fire dapat melakukan improvisasi dengan sempurna, dua anggota dari mereka ada yang jago mengedit video.

Di sekolah, Nadin biasa melakukan streaming di lobby.

Karena jaringan Wi-Fi di sini dikatakan kencang. Nadin paling lama melakukan streaming setiap sabtu sore. Kadang bersama Vina, kadang sendirian.

Aktivitas streaming Nadin terhenti ketika Riko menyapanya sambil tersenyum tipis.

“ Aku dapat formulir TOEFL dari Pak Sef, dia juga termasuk panitia. Katanya suruh bagi – bagi ke anak – anak yang berminat.” Kata Riko memberikan selembar kepada Nadin.

“ Apaan itu Rik?” Tanya gadis yang Nadin ketahui namanya Yura. Anak berdarah Ambon itu mengambil selembar lalu membacanya sekilas.

“ Apa itu toefel? Susah sekali ini.” Tanyanya dengan logat yang sangat kental.

“ Tes tulis kemampuan berbahasa inggris, mau ikut tidak masalah.” Tawar Riko.

“ Mau sekali.” Kata Yura menujukkan binar matanya. Yura dikenal sebagai anak yang juga pintar berbahasa inggris.

Nadin sempat terpukau gaya bahasanya yang begitu lancar ketika ada lomba story telling di acara ‘ Periode Sastra’.

Dia yang mendapat gelar juara pertama waktu mereka kelas sepuluh.

Setelah Yura pergi menuju kelas, Riko menawarkan formulir ke siswa siswi yang berlalu lalang.

Banyak yang seangkatan Riko dan Nadin ingin mengkuti TOEFL, begitu juga dengan adik kelas.

Setelah formulir yang ada di tangannya habis, Riko mengambil istirahat duduk di samping Nadin yang menatapnya takjub.

Riko saja bisa mengajak beberapa orang mengikuti TOEFL. Sementara Nadin yang hanya mengajak satu orang lagi menghadiri konser RF saja belum kelar – kelar.

“ Kita belajar bareng kayak dulu yuk. Demi TOEFL. Bukan lagi demi UN.” Ajak Riko.

“ Terserah kamu mau kapan dan dimana?”

Favorite thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang