Sembilan belas

2.3K 129 8
                                    

   Setelah mendengar bel pulang sekolah berbunyi, Rezza langsung buru-buru memasukkan  Bukunya asal-asalan,
Tidak menghiraukan teman sebangkunya yang sedari tadi mengoceh karena buku-buku Nya juga Rezza  angkut  untuk di masukkan kedalam tas nya. Saking buru-burunya..!!

Setelah beres Rezza melangkah kan kakinya keluar kelas, menuju ke lantai dasar  letak kelas x berada,setelah sampai tangga terakhir ia berhenti memandang sekelilingnya siapa tau seseorang yang di carinya berada di luar kelas,setelah memastikan tidak ada,ia menghampiri salah satu anak kelas x yang sering terlihat bersama Vanila sedang duduk di depan kelas x ipa3.

"Cari siapa kak.?" tanya Rani setelah sadar ada Rezza berdiri di depannya.

"Vanila.."

"Vanila,,? Tumben nyariin Vanila" ujar Rani terdengar agak sinis.

"Ada perlu"

"ohh,,, Vanilanya udah pulang bareng Alden"

"pulang..?"

"iya, emang kenapa?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Rani, Rezza lamgsung melesat meninggalkan Rani menuju ke arah parkiran, setelah sampai di ujung parkiran terlihat Vanila dan Alden yang sedang berbicara,

"Ikut gue"  ucap Rezza sambil menarik pergelangan tangan Vanila,

"Apaan sih kak" ujar Vanila sambil mencoba melepas kan tangannya.

"Ikut gue"

"eh apa-apaan lo kak, main tarik-tarik aja"

"diem. Gue gak ada urusan sama lo"

"gak ada urusan gimana ha.? Gue lagi ngomong sama Vanila" ucap Alden dengan nada yang sedikit meninggi.

"ckkk,, cepet kelarin omongan lo sama Vanila.?"

"Udah-udah gue mau pulang bareng Alden, " ucap Vanila menengahi

"lo ada les sama gue Van,!"

"Ya trus,, kenapa, Harusnya lo seneng dong,kan dari awal lo  males ngajarin gue"

"Gak gue berubah pikiran" ucap Rezza cepat

"gak mau, gue mau pulang"

"Belajar atau gue aduin ke bu Galuh"

"Udah lah kak, orang Vanilanya aja gak mau," ujar Alden kesal, karena kakak kelas yang satu ini teramat keras kepala.

"yaudahhh iya,, gue les, maap ya Al gak jadi pulang bareng"

"gue tungguin nyampek lo pulang aja deh"

"ngga---"

"dia pulang bareng gue" potong Rezza cepat sambil menarik tangan Vanila menjauh dari parkiran.

"apaan sih kak main tarik-tarik aja" ujar Vanila kesal, karena kakak kelasnya ini main tarik seenak jidatnya, walaupun tak bisa di pungkiri ia juga senang bahkan Jantungnya jadi bekerja dua kali lebih cepat.

"duduk"

"ishh galak banget sih"

Setelah menghabiskan sekitar dua jam untuk membahas materi biologi akhirnya Vanila bisa benafas lega, otaknya sudah pusing untuk menghafal nama-nama latin dari berbagai macam makhluk hidup yang ada di bumi, jangankan makhluk hidup yang ada di bumi, nama teman satu jurusan saja untung-untungan dia hafal.

"akhirnyaaa,,,," ucap Vanila sambil memasuk kan alat-alat tulisnya ke dalam tas, setelah beres, bukannya beranjak untuk lekas pulang, vanila malah asyik dengan ponsel nya, setelah beberapa saat ia baru tersadar bahwa Rezza juga masih berdiri di ambang pintu sambil memainkan ponselnya juga.

"Kok belom pulang, nunggu siapa kak.?"

"lo "

"gue,?"

"hmm, mau pulang kapan..?"

Vanila menggigit bibir bawahnya, menahan senyum agar tidak terbit di bibir nya.

"emangnya gue mau pulang bareng lo"

"Oh,,jadi gak mau yaudah gue pu--" ucap Rezza sambil membalik badannya bersiap untuk pulang

"eh iya-iya mau" potong Vanila cepat, bodo amat dengan misinya yang penting dapat tumpangan gratis.

Setelah mendengar jawaban dari Vanila, bibir nya sukses menerbitkan senyuman walaupun amat teramat tipis.

"nih pake" ucap Rezza sambil menyodorkan  helm berwarna biru dengan motif bunga-bunga.

"Sejak kapan lo kak punya helm beginian"

"I,, itu, punya adek gue"

"Kok lo bawa.?"

"Kemaren ketinggalan di toko depan sekolah, gue suruh ngambilin"

"Masih baru ya kak.?"

"gak, udah bertahun-bertahun"

"kok ini masih ada lebel harganya "

"itu,,,, udah tinggal di pake ribet banget"

Dalam perjalanan pulang, hanya diisi dengan deruan suara motor,Vanila diam karena ia sedang sibuk menetralkan detak Jantungnya yang berdetak di luar batas normal manusia, sedangkan Rezza sedang asyik merutuki kebodohannya tentang label harga helm baru yang belum ia lepas. Untung ia tidak ketahuan sengaja membeli helm untuk Vanila,entahlah mengapa ia mau membeli helm untuk gadis itu, dan karena Feelingnya juga mengatakan bahwa mulai besok ada yang duduk di boncengan montor nya.

Setelah sampai keduanya masih diam, Vanila bingung kenapa Rezza bisa mengetahui alamat rumahnya, karena malas pusing tentang bagaimana Rezza tau alamat rumahnya,akhirnya ia bergegas turun dari motor,

Belum ada dua langkah dari montor tangannya di tarik oleh Rezza,mau tak mau akhirnya Vanila kembali membalikkan badannya menghadap ke arah Rezza.

"kenapa..?"

Vanila hanya mengerutkan keningnya bingung,

"lo kenapa.?"

"gue.? Emang gue kenapa.?"

"Lo masih marah gara-gara gue cuekin"

"nggak"

"kok cuek"

"bukannya lo seneng gue jauh-jauh dari lo"
"mulai besok jangan"

"haah"

Rezza turun dari Motornya memandang Vanila intens,mendekatkan wajahnya ke arah Vanila, gas karbon dioksida yang dikeluarka  Rezza pun terasa hangat menerpa wajah Vanila, setelah cukup dekat.

"Tetep jadi pengganggu di hidup gue,jangan jauh-jauh dari gue, karena gue terbiasa dengan hadirnya lo di hidup gue"

Setelah membisikkan kalimat tersebut Rezza kembali manjauhkan wajahnya, ia pun juga tak sadar, bisa melakukan hal seperti itu.

Seketika wajah Vanila memerah,terasa ada ribuan kupu-kupu terbang dalam perutnya,Bahkan jantungnya tersa seperti melorot turun ke perut.

"Lo suka sama gue kak.?"

"ya kita jadian" jawab Rezza tak nyambung dengan pertanyaan  Vanila.

"udah jangan bengong,besok pagi gue jemput" ujar Rezza sambil menyalakn montornya,

Setelah pulangnya Rezza, Vanila pun tak dapat menahan semyum nya ia berjingkrak-jingkrak senang,
Gagal sudah misi menjauhi Rezza, toh Rezza pun suka dengannya buat apa di sia-sia kan.

⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄⛄

Vote,,,,,, 😄😄😄

Absurd gaess😅😅😅

RezzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang