Awan sore menyajikan pemandangan yang sangat indah, awan-awan dengan semburat warna jingga mulai muncul, di sertai mega-mega yang menggantung indah di langit, sang raja siang mulai pulang ke tempat peraduannya di gantikan sang bulan dan juga pertama kalinya seorang Rezza prandika di rundung masalah cinta,sebelumnya ia tak pernah se-pusing ini soal wanita.
Sekarang ia duduk di balkon kamarnya,tak menghiraukan Davi dan Bima yang sedang sibuk bermain ps di kamarnya.
Usahanya mengejar Vanila dan menjelaskan perihal tadi pagi ia dengan seorang wanita di taman gagal total, ia malah di usir oleh Jordi plus mendapat bogeman di sudut bibirnya.
Sampai terasa olehnya seseorang menepuk pelan pundaknya."Jangan di pikirin terus,gila nanti lo" ucap Bima sambil terkekeh.
Rezza hanya menghela nafasnya keras, mendengar lontaran kata Bima.
Entah sejak kapan kedua temannya suduh menyusul dirinya di balkon."Ogeb lo, temen sedih bukannya di hibur.!" Ucap Davi sambil menoyor kepala Bima.
Rezza masih diam, memandang kosong langit-langit yang satu persatu mulai mengeluarkan bintangnya.
"udah hampir gelap Za, gue sama Bima balik dulu,"
Rezza memutar tubuhnya ke belakang melihat temannya yang beranjak dari duduknya, menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Gue sama Bima pasti bantuin lo"
"Thanks"
"cemen dah lo Za, masak gara-gara begituan galaunya nyampe sebegitunya" celetuk Bima
"Banyak bacot lo, udah ayo pulang.!" Ucap Davi sambil menarik tangan Bima.
Rezza kembali memutar Tubuhnya melihat pohon jambu air yang berbuah lebat, satu dau buah sudah ada yang memerah, sangat menggiurkan. Tapi tidak untuk saat ini..!!!, baru kemarin lusa ia masih berdua dengan Vanila memanjat pohon jambu, mencari buah jambu yang sudah masak, tapi sekarang.!! Vanila mati-matian menolak untuk bertemu dirinya.
Tangannya terangkat memperlihat kan gantungan kunci bebentuk huruf V yang ia beli seminggu yang lalu bersama Vanila di tukang jualan aksesoris yang biasanya berjualan di taman.
Ia Seharusnya sangat bersyukur mempunyai pacar seperti Vanila, tak mengeluh jika hanya di ajak ke taman,tidak protes jika hanya di ajak makan ketoprak atau sate di pinggiran jalan,tidak gengsi membeli aksesoris-aksesoris murah yang biasa di jual di taman.
"kalok sama kak Rezza mah,di mana aja aku seneng".
Ucap nya waktu itu.
........
"Siang banget za bangunnya, tumben.! "
"iya bun semalem begadang"
"mentang-mentang sekolah libur, langsung begadang ya.!"
Rezza hanya tersenyum tipis.
"Nih udah bunda buatin nasi goreng, sarapan bareng bunda"
"bunda mau pergi.?"
"Iya,habis ini bunda mau ke butik, "
"Ada masalah.?" Tanya Rezza, karena satahu nya bundanya jarang melihat butik-nya, urusan butik selalu di serahkan kepada pegawai-pegawai yang bekerja di sana.
"Enggak, cuma akhir-akhir ini di butik sibuk banget"
"ohh" ucap Rezza sambil menganggukkan kepalanya.
Sejak perceraian orangtuanya kira-kira dua minggu yang lalu, mengharuskan bundanya jadi sering pergi ke butik,kadang pulang sampai larut malam,karena butik yang di bangun oleh bundanya sudah bercabang di mana-mana.
"bunda berangkat dulu Za,"
"iya bun" jawab Rezza sambil mencium punggung tangan bunda-nya.
"oh ya za.!"
"Ada apa bun,masih ada yang ketinggalan.?"
"enggak.! Cuma kemaren Vanila ke rumah dia--
"Vanila ke sini.? Jam berapa bun.? Kok Rezza gak di kasih tau.!!" Potong Rezza cepat
"Sore, orang kamunya di kamar terus,"
"kan bisa panggil"
"Kata Vanila enggak usah, orang dia katanya lagi buru-buru, dia cuma titip sesuatu"
"Apa bun.?"
"Bunda taruh di lemari bawah tv, yaudah bunda pergi dulu, assalamualaikum"
"walaikumsalam" jawab Rezza sambil berlari ke arah ruang tengah, di mana meja televisi berada.
Ia berjongkok membuka pintu lemari kecil yang ada di meja televisi, setelah terbuka lebar, matanya langsung tertuju pada kotak bewarna cokelat muda, dengan hiasan pita bewarna cokelat gelap di atas nya.
Ia merasa familiar dengan kotak tersebut.
Ya itu kotak kado sebulan yang lalu,yang ia berikan kepada Vanila sebagai bungkus hadiah ulang tahunnya yang ke-16 tahun di ambilnya kotak cokelat tersebut, jantung nya berdebar, ia takut jika ternyata dugaan nya benar, dengan ragu-ragu Rezza membuka tutup kotak tersebut, dan dugaannya ternyata benar, sebuah boneka berbentuk sapi yang masih terbingkis rapi lengkap dengan pita berwarna merah muda sebagai hiasan tali pembungkus bingkisan boneka tersebut, masih sama persis seperti sebulan yang lalu.!. Dan juga kotak kecil bewarna silver dengan tulisan alexandrie crhistie 2224 BF.
Di ambilnya kotak silver tersebut, dibuka perlahan dan nampaklah sebuah jam tangan berwarna putih, terlihat jelas bahwa jam tangan tersebut sama sekali belum dipakai, masih tersegel rapi.Rezza segera berlari menuju kamarnya, mengambil kunci motornya, lalu bergegas menuju ke garasi rumah.
......
"Ck " decak Vanila sambil berniat kembali menutup pintu, setelah tau ternyata yang memencet bel rumahnya adalah Rezza.
"Van, gue mau ngejelasin semuanya.!" Cegah Rezza sambil berusaha menahan pintu yang hendak di tutup oleh Vanila.
"Gak perlu" Ucap Vanila datar
"Dengerin dulu, dia cuma temen Van.?"
Vanila hanya diam,tak merespon ucapan Rezza
"pergi.!" sepatah kata akhirnya keluar dari mulut Vanila
"Van"
"gue mau masuk!" ucap vanilla sambil berbalik badan hendak masuk kembali ke dalam rumah
Sebelum Vanila melangkahkan kakinya Rezza menarik lengan Vanila
Vanila yang terkejut dengan tindakan Rezza tidak sempat mengelak ,tubuhnya menubruk badan Rezza
Rezza merengkuh tubuh Vanila dalam pelukanya,"Van, maafin gue" ujar Rezza lirih sambil memeluk lebih erat tubuh Vanila seakan jika Ia mengendurkan nya sedikit saja maka tubuh gadis tersebut akan hilang
Vanila hanya diam,ia bingung harus berbuat apa sekali lagi ia ingin melepaskan pelukan Rezza di tubuhnya
"sebentar aja,biarin kaya gini" ujar Rezza setengah berbisik
"maafin gue ya""lepasin kak" ujar Vanila datar
Dengan terpaksa Rezza melepaskan pelukanya
"gue--,gue mau masuk" ucap Vanila sambil membalikan badanya melangkah menuju ke pintu rumahnya