Thing... Thing... Srink....
Suara pedang anggar terdengar melengking memenuhi ruang luas dimana eseorang dengan lihainya memainkan ujung tajam mata pedang lurus nan tipis itu.
Hentakan terakhirnya membawa dirinya memenangkan pertandingan kecil disana. Membuatnya membuka helem khas pemain anggar itu dengan senyum mengembang.
"Terimakasih untuk hari ini sajjang-nim" ujar lelaki itu dengan senyum menawannya.
"Wahhh... Kemampuan anda semakin hari semakin hebat tuan Seungcheol" ujar namja paruhbaya yang tadi menjadi lawannya.
"Aku tidak akan bisa menandingimu tanpa ajaran guru, sajjang-nim" ujar lelaki yang di panggil Seungcheol.
"Anda begitu rendah hati tuan" namja paruhbaya itu tersenyum dan merangkul pundak yang lebih muda, membawanya beristirahat di pinggir arena bertarung mereka tadi.
Cklek
Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang lelaki tinggi dengan tongkat di tangannya. Lelaki paruhbaya itu berjalan menghampiri Seungcheol, bersama beberapa orang pengawal di belakangnya.
"Seungcheol-ah, putra Appa" ucap suara nan berwibawa itu. Membuat Seungcheol menoleh.
"Appa" seru Seungcheol. Dengan berat ia membawa langkahnya mendekati sang Appa.
"Kau sudah bersiap, besok kau akan tinggal di istana, bagaimana perasaanmu?" tanya sang lelaki paruhbaya.
"Not bad but not fine" ujara Seungcheol, mengendikkan bahunya.
"Pergilah dan bawakan aku tahta Raja" ujar sang lelaki paruhbaya.
Tak ada sahutan, hanya helaan nafas panjang Seungcheol yang menyertai kepergian Appanya. Sungguh, Seungcheol merasa hidupnya hanya untuk menjadi alat Appanya, namun dirinyapun tak menolak, karena memang hanya Appanya yang mendidik dirinya sedari kecil, mungkin jika tak ada Appanya, ia benar-benar sudah dibuang.
.
.
.
Minho duduk terpaku, bersama sseorang namja bersurai panjang disampingnya. Namja yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai Yoon Jeonghan, teman Taemin yang juga berasal dari Jepang.
"Taemin akan marah padaku jika aku memberitahukan ini padamu Yang Mulia" ujar Jeonghan. Senyum tak lepas dari bibir tipis itu.
"Kalau begitu aku akan diam setelah mengetahuinya" balas Minho.
"Aku tidak yakin anda akan diam begitu saja"
Kembali, senyum itu terukir dibibir Jeonghan. Dimata Minho senyum lelaki dihadapannya ini seperti meremehkannya, ia seakan tau apa yang akan Minho lakukan jika mengetahui seluk beluk Taemin.
"Katakan saja, aku tidak suka berbasa-basi" ujar Minho dingin.
Jeonghan tersenyum, ia menyeruput teh di gelasnya. Gesturnya anggun, berbeda dengan Taemin yang terlihat ceroboh dan lemah, Jeonghan terlihat begitu meyakinkan untuk dijadikan pengawal.
"Apa anda tau legenda pedang murasama dan masamune? Dua penempa pedang yang menciptakan satu pedang" ujar Jeonghan.
"Maksudmu?" Minho masih tak mengerti tentang ucapan Jeonghan, bukan sepenuhnya tidak mengerti, hanya saja ia ingin Jeonghan menjelaskan lebih jelas.
"Taemin layaknya pedang yang ditempa oleh murasama dan masamune" Jeonghan menatap pendar Minho yang masih menatap dirinya penuh tanya.
"Terlihat berkarat, tipis dan lemah, namun terkadang bisa menjadi pedang yang haus darah" lanjut Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWORD LOVE
Fanfiction"Jika Cinta kita tak dapat bersatu didunia ini, biarkan Cinta kita abadi dalam sebuah kutukan" - YunJae "Matahari tidak akan ada tanpa Bulan, dan aku tidak akan ada tanpa dirimu" - 2Min "Kita akhiri semua perasaan manis ini diatas perselisihan, sepe...