“Jaejoong!” Yunho berteriak mengelilingi pavilunnya, sejak pagi ia tak menemui pengawalnya. Padahal ia berencana untuk mengajak Jaejoongnya ke pemandian air panas pagi ini.
“Dimana Kim Jaejoong?!” Yunho membentak sang penasehat karena ia sudah lelah mencari Jaejoong.“Yang Mulia, Kepala Pengawal Istana ingin menemui anda” Ujar salah satu dayang.
“Untuk apa Kepala Pengawal istana kemari?” Tanya Sang Pangeran.
“Beliau ingin menyampaikan surat dari Tuan Kim”
“Jaejoong?" Alis Yunho tertaut.
"Suruh ia kemari!”“Baik Yang Mulia”
Tak lama setelah dayang itu keluar, sang Kepala Pengawal Istana memasuki kediaman Pangeran. Ia menunduk hormat sebelum duduk dihadapan Pangeran.
“Ada kepentingan apa kau kemari?” Tanya Yunho tanpa menunggu basa-basi lagi.
“Saya membawa titipan dari Jaejoong Yang Mulia, ia meninggalkan istana pagi-pagi sekali, dan menitipkan ini pada saya” Kepala Pengawal Istana menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat tua.
Yunho menatap surat itu penuh curiga. Tak biasanya Jaejoong pergi tanpa sepatah kata pada Yunho, dan surat bukanlah kebiasaan yang Jaejoong lakukan pada Yunho. Jaejoong terlampau menghormati Yunho hingga satu langkahnya akan selalu meminta ijin pada Yunho.
“Ada lagi yang ingin kau sampaikan?” Tanya Yunho menatap Kepala Pengawal Istana.
“Cukup Yang Mulia”
“Jika begitu, kau boleh pergi sekarang!”
“Baik Yang Mulia” sang Kepala Pengawal Istana mengundurkan diri dari hadapan Yunho.
Srek
Legam netra Yunho menelisik isi surat dari Jaejoong tersebut. Setiap baris kalimat itu menuai kerutan dalam di kening Yunho.
“Apa ada yang salah Tuan?” Tanya sang Kasim.
“Kasim Koo, perintahkan Yun untuk mengawasi Kepala Pengawal istana, aku curiga ada sesuatu yang ia sembunyikan mengenai kepergian Jaejoong” ujar Yunho.
“Bagaimana mungkin, Kepala Pengawal Istana adalah teman dekat sekaligus guru Tuan Kim”
“Mungkin, jika Ayahku dibalik semua ini” Yunho meletakkan surat ditangannya diatas meja secara terbuka, hingga sang Kasim mampu membacanya.
“Kau ingat Jaejoong berasal dari mana? Sedari kecil ia telah disekap dan menjadi tawanan serta dijual belikan sebagai budak”“Astagah Yang Mulia! saya baru menyadarinya!”
“Jaejoong tak bisa menulis!”
.
.
.“Taemin? Kau tidak apa-apa?” Tanya Minho
Api telah mereda beberapa jam yang lalu, namun para pendudukk masih berada ditepi pesisir, karena mungkin ada api yang belum padam di area perumahan warga. Walaupun hujan membantu memadamkan api, masih terlalu berbahaya untuk memasuki rumah karena debu-debu bekas kebakaran akan mengganggu pernafasan mereka, jadi mereka memilih berteduh dibawah pohon, beberapa lelaki membuat tempat untuk berteduh dari daun dan juga kayu di sekitar pesisir.
“Hey” Minho menyentuh pundak Taemin, sejak kejadian di rumah Jungwoo, Taemin terlihat berdiam diri.
“ikutlah denganku!” Ujar Taemin, ia tiba-tiba saja berdiri ketika Minho mencoba mendekatinya.
“Aku ingin berbicara denganmu”
KAMU SEDANG MEMBACA
SWORD LOVE
Fanfiction"Jika Cinta kita tak dapat bersatu didunia ini, biarkan Cinta kita abadi dalam sebuah kutukan" - YunJae "Matahari tidak akan ada tanpa Bulan, dan aku tidak akan ada tanpa dirimu" - 2Min "Kita akhiri semua perasaan manis ini diatas perselisihan, sepe...