Lovers 8

335 44 6
                                    

Taemin berjalan menatap kesekeliling bangunan lama itu. Tiang-tiang besar disana masihlah sangat kokoh, Taemin merasa excited dengan itu. Ia tak pernah ke istana lama Korea. Istana disini berbeda dengan di Jepang, jika dijepang hanya berdiri satu istana yang digunakan seluruh keluarga istana, tapi di korea beberapa paviliun berdiri sendiri, memiliki tempat dan fungsi yang berbeda-beda.

Masih dalam lingkup yang sama Taemin dapat melihat beberapa penjaga istana disana masih mengenakan baju adat Korea.

Setelah berkeliling akhirnya ia dan pangeran yang setia ia kawal itu berhenti disebuah taman. Di belakang paviliun utama.

"Tinggalkan kami disini" ujar Minho pada pengawal lain.

Setelah pengawal lain pergi baru lah ia menatap Taemin yang masih melongokkan kepalanya kesegala penjuru Taman.

"Kau suka istana ini?" tanya Minho.

"Eumm... Sangat besar dan Indah Yang Mulia" ujar Taemin.

"Ini adalah istana utama korea, istana terbesar" ungkap Minho yang mendapat anggukkan Taemin.
"Disini tempat Chuseok festival akan berlangsung tiga bulan lagi" lanjut Minho.

"Chuseok? Eumm.. Sebenarnya saya tidak begitu mengerti tentang Chuseok festival yang selalu dibicarakan oleh Ratu itu" ujar Taemin.

"Chuseok festival adalah festival yang diadakan ketika bulan Purnama musim gugur tiba" jelas Minho.
"Biasanya istana akan mengadakan pertandingan pedang dimalam hari untuk menyambut Sang Ratu yang berpendar" lanjutnya.

"Sang Ratu yang berpendar?" Taemin menautkan alisnya.

"Yahh... Jika Raja dilambangkan oleh matahari, sedangkan Ratu adalah bulan" ujar Minho, membuat Taemin lagi-lagi mengangguk paham.

"Dua hal yang sama-sama menguasai langit" Taemin menatap langit cerah dihadapannya.

Sedangkan Minho menatap Taemin yang berdiri disampingnya. Minho baru menyadari jika Taemin memiliki garis rahang yang manis, terlihat sempurna jika ditatap dari samping. Mengingatkan Minho pada...

Jaejoong...

Minho termenung dengan tiba-tiba, kenapa wajah itu yang terlintas dipikirannya. Minho tersadar dan menggelengkan sedikit kepalanya. Matanya bergerak gelisah, kepalanya tiba-tiba terasa berat mengingat mimpi itu yang terlintas dipikirannya.

"Akhh.. " Minho memegang kepalanya. Terasa berat sekali.

"Yang Mulia tidak apa-apa?" tanya Taemin.

"Aku... Ingin istirahat" ujar Minho beranjak dari kursinya.

"Saya bantu Yang Mulia, apa badan anda tidak sehat?" tanya Taemin.

"Gwaenchana, aku hanya sering terbangun dimalam hari" ujar Minho, berjalan dengan Taemin disampingnya, memegang lengannya.

Entah mengapa, sentuhan Taemin terasa seperti sengatan yang menjalar hangat diseluruh tubuh Minho. Membuat Minho merasa tak nyaman dengan perasaan hangat itu.

"Aku bisa berjalan sendiri" ujar Minho, melepas tangan Taemin yang menaut di lengannya.

Minho berjalan segera kedalam kamarnya diikuti Taemin. Segera mendudukkan dirinya disebuah kursi panjang. Kursi kuno yang terlihat nyaman dengan futon merah sebagai bantalannya.

"Akan saya buatkan teh chamomile untuk Yang Mulia" ujar Taemin berjalan keluar dari ruangan itu.

Setelah Taemin keluar dari ruangannya, Minho segera merebahkan diri dikursi, menjadikan ujung kursi sebagai bantalannya, sedangkan ujung yang lain sebagai tumpuan kakinya, meletakkan sebelah tangannya untuk menutup wajah.

SWORD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang