"Siapa namamu?" sekali lagi, namja berzirah itu bertanya penuh penekanan.
"J.. Jaejoong... K.. Kim Jaejoong" ujarnya takut-takut.
Namja berzirah itu semakin mendekatinya, dan dengan tiba-tiba meraih dagunya, membuatnya menengadah menatap mata teduh penuh ketegasan itu.
"Dengar baik-baik" namja berzirah itu menatap dalam ke manik Jaejoong
"Kim Jaejoong mulai sekarang, kau adalah milikku, jadi kau harus menuruti semua permintaanku"
.
.
.Mininho terbangun dari tidurnya, nafasnya terengah, paru-parunya terasa terhimpit, membuatnya sulit bernafas. Tangannya segera meraih segelas air dimejanya, dan meneguk air itu dengan cepat. Keringat mengalir deras di pelipisnya. Ia tak paham dengan mimpi yang baru saja menghampirinya, Minho rasa tidak buruk untuk disebut mimpi buruk, tapi ada rasa takut dalam diri Minho.
Ia menyibak selimutnya dan turun dari ranjangnya. Mungkin membasuh muka bisa lebih menenangkannya. Minho berjalan kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. Namun belum sempat ia meraih knop pintu kamar mandi, ia mendengar suara pintu lain yang terbuka. Minho rasa dari kamar Taemin, dan entah mengapa ia lebih tertarik dengan sura pintu barusan. Minho berbalik dan berjalan ke pintu kamarnya, membuat sedikit celah untuk mengintip apa yang akan Taemin lakukan.
Taemin terlihat melihat kekanan dan kiri, seakan memastikan tak ada orang, kemudian berjalan ke arah pintu keluar paviliun Minho.
Cklek
Setelah tertutup Minho segera keluar kamarnya. Dahinya berkerut, pikirnya aneh sekali tingkah pengawal barunya itu. Ia berniat mengikuti Taemin, mungkin saja dia akan mencuri atau akan mengambil berkas penting milik appanya, yang paling parah, mungkin saja dia akan melakukan pembunuhan di jam ini. Minho segera menggelengkan kepalanya. Pikirannya sedikit mendramatisir. Mungkin Taemin hanya ingin berjalan-jalan. Tapi, kenapa ditengah malam? Kenapa harus mengendap? Mungkin lebih baik memang jika Minho memastikannya.
Setelah berargumen dalam hati, ahirnya Minho memutuskan untuk mengikuti Taemin. Pada dasarnya Minho bukanlah orang yang suka ikut campur, atau repot-repot mengurusi urusan orang lain, namun, disini berbeda, ada sedikit sisi Taemin yang membuatnya penasaran. Belum lagi Taemin adalah orang baru disini. Entah mengapa itu semua membuat Minho risih dan ingin mencari tau tentang pengawal barunya itu.
Dan disinilah Minho berdiri sekarang, di depan gudang penyimpanan istananya. Tidak jauh memang dari paviliunnya, namun terpisah oleh bangunan lain. Ia menatap tubuh Taemin yang tenggelam dalam salah satu ruangan disana. Alis Minho semakin tertaut, ruang apa itu? Minho memang belum pernah ke gudang penyimpanan ini, lagi pula untuk apa dirinya harus kemari, ini hanyalah sebuah gudang tua, bekas istana terdahulu. Tempatnya juga tidak bisa dibilang bersih, tidak pantas untuk di jamah Minho yang seorang pangeran.
Minho kembali mengintip pada celah pintu yang sedikit terbuka. Memperhatikan Taemin yang terlihat kebingungan mencari sesuatu, dibukanya satu persatu peti kayu didalam sana. Minho sedikit memperlebar pintu itu, menilik sedikit lebih dalam.
"Akhh.. Hentikan" pekikkan Taemin membuat Minho sedikit menenggelamkan tubuhnya.
"Kumohon jangan lagi, jangan kali ini"
Taemin meremat surainya. Aneh, pikir Minho, Taemin seakan berdebat dengan dirinya sendiri. Terkadang tangannya terulur mencoba meraih salah satu peti hitam dihadapannya, namun tiba-tiba tangan itu ditarik kembali bersamaan dengan gumaman 'jangan sentuh itu' atau 'berhenti' terkadang 'jangan seperti ini lagi'. Seakan melarang dirinya sendiri untuk bertindak.
"Aku tidak akan membiarkanmu menguasaiku lagi" ujar Taemin kembali, tangannya makin keras meremat surainya yang kini berantakan. Tubuhnya pun terlihat berlutut dan meringkuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWORD LOVE
Fanfic"Jika Cinta kita tak dapat bersatu didunia ini, biarkan Cinta kita abadi dalam sebuah kutukan" - YunJae "Matahari tidak akan ada tanpa Bulan, dan aku tidak akan ada tanpa dirimu" - 2Min "Kita akhiri semua perasaan manis ini diatas perselisihan, sepe...