Jeonghan meletakkan koper di salah satu sudut kamar Seungcheol. Kemudian menghampiri Seungcheol yang masih berada di depan paviliun.
"Pangeran, anda ingin berjalan-jalan?" tanya Jeonghan.
"Apa Yang Mulia pangeran juga berada disini?" bukan menjawab Seungcheol bertanya kembali pada Jeonghan.
"Ne, apa pangeran ingin menemuinya?"
"Jangan terus-menerus memanggil ku pangeran, aku tidak biasa dipanggil seperti itu" ujar Seungcheol menatap Jeonghan yang berdiri dibelakangnya.
"Maaf pangeran, saya sudah diperintahkan memanggil anda seperti itu" ujar Jeonghan, wajahnya menunduk hormat.
"Bukankah kau adalah pengawal ku selama di korea? Kau seharusnya menuruti semua keinginanku bukan?" Seungcheol menatap dalam pemuda dihadapannya.
Jeonghan mendongak menatap manik sang pangeran yang lama tinggal di negeri Paman Sam itu.
"N... Ne, saya akan menuruti semua perintah pangeran" Jeonghan kembali menunduk hormat.
"Bagus, jadi mulai sekarang panggil aku Seungcheol, jika kita hanya berdua" tangan Seungcheol terangkat, mengusak rambut itu.
.
.
.Taemin berjalan ke aula utama kerajaan, entah kenapa Jeonghan tiba-tiba memanggilnya untuk datang kesana.
Grek
Pintu aula utama terbuka, menampakkan Jeonghan yang berdiri ditengah aula yang luas itu.
"Ada apa kau memanggilku Jeong... "
Shhiinkkk
Belum sampai Taemin menyelesaikan ucapannya, Jeonghan telah menodongnya dengan sebilah pedang.
"Kita mulai sekarang" ujar Jeonghan, seringai menghiasi wajah cantik itu.
"Tidak... Tidak sekarang Jeonghan, Yang mulia sedang berkeliling, bagaimana jika ia menemukan kita?" ucap Taemin.
"Aku mengetahui jadwal yang mulia pangeran juga, kau ingat, setengah jam lagi ia istirahat, kau hanya ingin menghindar bukan?" seringaian itu tampak melebar.
"Tidak, aku tetap menolak untuk sekarang Jeonghan" Taemin mengalihkan pandangannya.
"Bagaimana jika aku memaksa tuan Lee?"
Deg
Taemin melebarkan matanya, menatap nyalang Jeonghan.
"Jadi kau berniat memancingnya? Kita perlu proses Jeonghan, ingat, tidak semudah itu aku mengendalikannya"
"Aku tau, aku hanya akan berbicara padanya hyung, kau tenang saja" Jeonghan berjalan mendekati Taemin.
"Kau gila, dia tidak bisa diajak bicara untuk saat ini, bagaimana jika ini diluar kendali" ujar Taemin.
"Tenanglah hyung, tak akan terjadi apapun"
"Tidak, berhenti memaksaku Jeonghan, aku tidak ingin kau terluka" ujar Taemin.
"Kau ingat aku selemah itu hyung?"
Dugh..
Jeonghan meletakkan pedangnya dilantai. Ia berjalan ke singgasana tak jauh dari tempatnya, mengambil pedang lain dari balik singgasana itu.
Mata Taemin terbelalak, mendapati pedang yang dulu dilihatnya digudang istana utama, kini berada ditangan Jeonghan.
"Bagaimana kau mendapatkan pedang itu?" jantung Taemin bergemuruh. Nafasnya mulai tercekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWORD LOVE
Fanfiction"Jika Cinta kita tak dapat bersatu didunia ini, biarkan Cinta kita abadi dalam sebuah kutukan" - YunJae "Matahari tidak akan ada tanpa Bulan, dan aku tidak akan ada tanpa dirimu" - 2Min "Kita akhiri semua perasaan manis ini diatas perselisihan, sepe...