Lovers 19

261 34 15
                                    


Angin malam berhembus kuat malam itu. Awan yang semula kelabu menutup bintang perlahan memudar, menampakkan pendar berkilau diatas langit malam. Cahaya merah menerpa langit ketika sang rembulan perlahan keluar dari balik pekatnya awan. Rembulan semerah darah itu bersinar lantang menerpa tanah yang kini tak kalah merah dari sinarnya. Jeritan sahut menyahut menemani sunyinya malam, menambah suasana yang semakin mencekam.

Zrasshhh…

Kembali kucuran-kucuran darah membasahi tanah yang tak lagi coklat itu. Membawa beberapa tubuh berjatuhan menimpa kerasnya tanah pedesaan kawasan Buceon.

“AGGHH!!! K…au… Kau bukan manusia… ergghhh… Kau iblis!!” erangan kesakitan keluar dari mulut pria paruh baya dengan satin membalut tubuhnya dan juga beberapa emas menghiasi tangannya.

“Kau anggap aku iblis? Lalu kau sebut dirimu apa? Memeras uang masyarakat, membunuh orang tak berdosa, heuhh… dirimulah yang seharusnya dipanggil iblis” lelaki muda dengan mata tajam itu mencekik kuat lehernya.

Jlebb

Sebilah pedang panjang menembus perut lelaki paruh baya itu. Darahnya mengucur, beberapa cipratannya mengenai wajah tampan lelaki bermata tajam itu.

Bughhh…

Tubuh tak bernyawa pria paruhbaya itu dilempar begitu saja. Sedangkan lelaki bemata tajam itu keluar dari paviliun yang cukup mewah itu dengan wajah penuh darah, tanpa luka. Mata berkilatnya menatap langit malam. Sorotnya yang bertemu dengan sinar bulan itu membuatnya terlihat semakin menakutkan. Mengukir seringai menyeramkan sebelum menjilati darah ditangannya.

“Ahh… berapa lama aku tak merasakan darah segar seperti ini” ujarnya yang kemudian berjalan pergi meninggalkan paviliun yang tak lagi berbentuk itu.

Bughh…

Sebelum langkahnya benar-benar jauh dari tempat itu, seorang llelaki bertubuh tinggi menghadangnya. Tak sedikitpun merasa terancam dengan kehadiran lelaki dihadapannya. Walaupun sorotnya terlihat tajam menatap lelaki itu, namun ia enggan bertanya maupun membuka percakapan terlebih dahulu.

“Pengawal Kim, tugasmu selesai, Yang Mulia  Menyuruhmu segera kembali esok” Ujar lelaki berjubah hitam itu.

Lelaki bermata tajam itu tak menjawab, ia hanya berlalu mengabaikan lelaki itu dengan mengibaskan jubbah merahnya.

“Kim Jaejoong, lebih baik pakai penutup wajahmu sebelum orang lain mengetahui jika dirimu adalah kelompok bulan merah” ujar lelaki berjubah hitam itu kembali

“Terimakasih sudah mengingatkan Junsu-ah” lelaki bernama Jaejoong itu menaiki salah satu atap dan menghilang dibalik atap itu.

.
.
.

“Bagaimana rasanya menjadi pemimpin kelompok bulan merah?” Lelaki berhanbok sutera merah itu menatap lelaki disampingnya.

“Ini bukan sebuah kebanggaan Yang Mulia, Jika kau tau bagaimana rasa berslah setelah membunuh mereka, maka kau tak akan pernah mengharapkan posisi pemimpin ini” lelaki berambut panjang itu membenarkan legamnya yang diterpa angin.

“Mengapa harus merasa bersalah, yang kau bunuh adalah orang-orang yang bahkan lebih keji dari hewan, mereka tak pantas hidup” ujar Pangeran muda itu.

“Tapi mereka tetap bagian dari kehidupan Yang Mulia, Putranya pasti membutuhkannya saat ini” Jaejoong menundukkan kepala. Selalu seperti ini ketika dirinya telah menyelasaikan misi. Rasa bersalah akan mengambil nyawa seseorang menyeruak dihatinya.

SWORD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang