Saat hujan turun, banyak orang mengatakan bahwa itu adalah berkah yang turun ke bumi. Itu memang benar tidak sepenuhnya salah. Semua orang tau kalau hujanlah yang memenuhi kebutuhan mereka akan air. Tapi di setiap berkah terkadang juga terselip suatu bencana.
Hal itu juga yang kini sedang dialami Park Hana. Bukan bencana, mungkin lebih tepatnya sedikit kesialan. Gadis itu harus berlari tergesa-gesa mencari tempat untuk berteduh demi menghindari tetesan hujan yang semakin deras. Bajunya sudah basah di beberapa bagian walau ia telah berusaha menutupinya dengan tas yang dibawanya.
Kalau sudah begitu, Hana hanya bisa menggerutu selama hujan turun. Memangnya siapa yang bisa disalahkan? Salahkan ramalan cuaca yang tidak tepat.
Berawan apanya? Awan hitam sih iya!
Hari ini setelah pulang kuliah, Hana berencana mampir ke toko buku untuk membeli novel romansa kesukaannya. Tapi bukannya ke toko buku, Hana justru harus terjebak di bangunan tua kosong yang tidak terawat sebagai tempat berteduhnya.
"Aish... jinjja acara cuaca menyebalkan. Bagaimana bisa mereka menyiarkan kebohongan seperti itu. Akan ku tuntut mereka semua. Aish... bajuku basah semua," gerutu Hana pelan seraya mengibaskan baju basahnya.
Ketika sedang membersihkan bajunya yang basah dan sedikit kotor, Hana seperti mendengar suatu suara.
"Mweong... mweong"
"Apa aku baru saja mendengar sesuatu?" bingung Hana sambil tetap mengibaskan bajunya. "Ah.. mungkin hanya suara hujan dan kendaraan yang lewat. Ya, sepertinya begitu."
Tapi suara itu semakin jelas dan kencang.
"MWEONG... MWEONG!"
"Oh.. sepertinya aku memang benar-benar mendengar suatu suara!" ucap Hana sedikit keras.
Aish... jinjja yang benar saja. Apa gadis itu bodoh atau tuli? Jelas-jelas ini suara kucing. Seharusnya dia mencarinya, aku ada tepat di belakangnya. Dasar gadis bodoh! batin kucing yang bersuara tadi.
Karena terlalu kesal menunggu Hana mencarinya, kucing itu mau tidak mau harus berjalan ke depannya. Mengorbankan bulu-bulunya terciprat rintikan hujan.
Jika bukan karena aku sudah kedinginan dan lapar. Aku tidak akan membiarkan sehelai buluku basah, sial!
Setelah berdebat dengan batinnya, kucing itu pun bergegas kedepan Hana, meraung dan sedikit memukul kaki Hana.
"MWEONGGGG!!!"
"Oh astaga kamjagiya!" Hana terkejut dan langsung melihat ke bawah, sumber penyebab keterkejutannya.
"Omo! ternyata kau kucing manis yang sedari tadi bersuara, hm?" tanya Hana sambil mencoba menggendong kucing itu.
"Aigoo, tubuhmu benar-benar berat! Ah, tapi bulumu benar-benar halus walaupun sedikit basah dan kotor. Tapi tak apa. Kau terlihat gembul dan imut. Uwaa... kucing siapa kau ini, dimana pemilikmu?"
Kucing itu hanya diam sambil memandang Hana dengan kedua mata bundarnya yang berbinar-binar.
"Hey, jangan pandangi aku begitu! Kau membuatku ingin mengarungimu saja. Oh, apa kau tersesat? Atau kau kucing jalanan? Tapi jika kucing jalanan bulumu tidak akan sehalus dan selembut ini. Tapi sepertinya kau memang tidak memiliki pemilik. Tidak ada tanda pengenal dilehermu," kata Hana sembari memeriksa tubuh kucing itu.
"Apa kau mau ikut pulang bersamaku? Eh, tunggu sebentar. Sepertinya ada yang berbeda darimu," pandang Hana penuh selidik.
Astaga, apa gadis bodoh ini tahu tentangku? batin kucing itu.
"Oh, kau kucing calico. Kucing tiga warna! Katanya kucing calico itu membawa keberuntungan. Ah, ini pasti pertanda jika keberuntunganku akan segera datang."
Haish... gadis bodoh tetap saja bodoh! pikir kucing calico itu.
"Oh hujannya sudah reda. Ayo ikut aku pulang. Tapi sebelum itu aku harus mampir membeli beberapa botol susu dan makanan kucing, kau terlihat sedikit kelaparan," kata Hana sambil mengelus-elus bulu kucingnya.
Itu yang ku tunggu dari tadi! sorak bahagia kucing calico itu.
***
Setelah membeli beberapa botol susu dan makanan kucing, Hana bergegas pulang ke flatnya yang tidak jauh dari tempat ia berbelanja. Gadis berusia 21 tahun itu hanya tinggal sendirian karena Appa dan Eomma-nya berada di Busan. Hana memilih tinggal di Seoul seorang diri untuk melanjutkan kuliah di kampus incarannya.
"Akhirnya sampai juga. Hari ini benar-benar melelahkan. Seharian mendengarkan ocehan Profesor Jung, belum lagi tugas-tugas sialannya itu. Bajuku juga basah semua. Ah, aku harus segera mandi. Sedikit berendam dengan air hangat sepertinya menyenangkan. Apa kau mau ikut berendam Jimin-ie?" tanya Hana pada kucingnya. Ya Hana akhirnya memberinya nama Park Jimin karena menurutnya itu keren.
Apa gadis ini gila! Bagaimana bisa dia mengajak kucing berendam bersama. Lagi pula aku ini jantan tahu, batin Jimin kesal.
"Mweong... mweong...," jawab Jimin.
"Ah apa itu berarti kau mau? Cah, kalau begitu ayo cepat kita masuk dan segera berendam. Tubuhku benar-benar dingin dan lengket."
Aish... ini gila!!!! teriak batin Jimin.
Setelah percakapannya dengan Jimin di depan pintu, Hana segera masuk dan tidak lupa mengunci pintu flatnya kembali. Takut-takut ada pencuri yang akan mengangkut barang-barang berharganya, walupun tidak banyak yang berharga sebenarnya.
Hana segera memasuki kamar dan mendudukan diri di kursi dekat tempat tidurnya dan menaruh Jimin di pangkuannya.
"Jimini-ie... eh, tunggu sebentar. Bagaimana bisa aku memberimu nama Jimin sedangkan aku tidak tahu kau ini jantan atau betina. Baiklah kalau begitu mari kita periksa terlebih dahulu kau ini jantan atau sebaliknya. Jika kau betina mungkin aku harus memberimu nama Steffi? Jessica? Rebeca? Ah tidak terlalu kebarat-baratan. Em, mungkin Park Shin Hye? Im Yoona? Atau Jooe, dia sedang terkenal saat ini BBoom.. BBoom.." jelas Hana sambil menyanyikan lagu dari Momoland itu.
Mwo! Dia mau memeriksa alat kelaminku? Apa perempuan ini benar-benar sinting. Sial aku benar-benar salah memilih majikan. Aku harus segera pergi, pikir Jimin lalu segera melompat turun ke lantai dan berlari.
"Eh.. kau mau kemana Jimini-ie?.
Yak, kemarilah manis. Apa kau malu? Hey, tenang saja, aku ini berpengalaman dalam hal ini. Sekali lihat sudah ketahuan hasilnya," kata Hana sambil mengejar Jimin."Yak, jangan bersembunyi di kolong tempat tidur. Aish.. menyusahkan sekali. Hey, aku hanya melihat sebentar untuk memastikan agar aku bisa memberimu nama dengan pas. Hanya lima detik oke?" ucap Hana sembari berusah menarik tangan Jimin dari kolong.
"Mweong... mweong.. mweong!"
(Apa kau gila satu detik pun aku tidak mau menunjukannya!)"Yakk!!!! Cepat keluar Jimini-ie. Kau hanya perlu menungging lima detik lalu selesai."
"MWEONG...MWEONG!!!"
(Menungging apanya dasar sinting!)Setelah usaha tarik menarik Hana dengan Jimin, pada akhirnya Hana berhasil menarik Jimin keluar dari kolong tempat tidurnya.
"Ah akhirnya aku berhasil mengeluarkanmu! Nah.. sekarang mari kita lihat kau ini jantan atau betina," ucapnya seraya tersenyum senang.
Tuhan selamatkan aku, doa Jimin dalam hatinya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN WAY HYBRID✓
FanfictionTentang Hana yang bertemu seekor hewan berbulu yang mengaku sebagai Hybrid lalu bertambah menjadi tiga Hybrid hingga akhirnya menjadi tujuh Hybrid. Bisakah Hana mengurus ketujuhnya, atau haruskah ia membuang salah satunya? Copyright © Vdr_wings 2018