Hana menjatuhkan dirinya di sofa tua milik neneknya, seharian ini ia telah bekerja keras mengurus keempat hybridnya, tentu lelahnya bukan main. Manik matanya menerawang atap langit-langit, memikirkan beberapa hal yang sebenarnya tidak perlu lagi ia pikirkan. Tentang tiga hybridnya yang berada di Seoul, sudah lama sekali ia pergi meninggalkannya, entah bagaimana kabar ketiganya.
"Hyung, pelan-pelan!" teriak Namjoon dari dalam kamar mandi. "Akh, perih! Aku mau dimandikan oleh Hana saja!"
Hana tertawa kecil, membayangkan bagaimana ributnya sang hybrid kucing dan anjing yang sedang berada di dalam kamar mandi. Tadi setelah Namjoon meminta tolong padanya untuk dimandikan, dengan cepat Yoongi langsung menawarkan diri untuk membantu.
Sejujurnya Hana tidak berpikir Yoongi mau menggantikannya apalagi hybrid kucing itu begitu takut dengan air, tapi ia tidak punya pilihan lain. Memandikan Namjoon sama saja dengan bunuh diri dua kali, tentunya yang pertama kali adalah dengan Jimin.
"Jimin, Tae, Kookie... Aku merindukan kalian," lirih Hana dengan suara yang terputus-putus. Ia begitu merindukan ketiga hybridnya, rindu sekali sampai rasanya menyesakkan dada.
Hana mungkin saja bisa diam-diam kembali ke Seoul untuk menemui ketiga hybridnya, tapi bagaimana dengan masa depannya? Sebagai seorang perempuan ia tentu tidak akan menikah dengan lebih dari satu pria. Toh sejujurnya ia juga tidak menginginkan sebuah pernikahan, cukup dekat dengan para hybridnya itu sudah lebih dari cukup. Pernikahan bukanlah hal main-main.
"Hana..."
"Y-ya?" Hana terkesiap, Seokjin tiba-tiba muncul di sampingnya dengan pakaian tidurnya.
"Boleh Seokjin duduk di samping Hana?"
Hana tersenyum, lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa belum tidur?" tanya Hana setelah Seokjin duduk tepat di sebelahnya.
"Tadi sudah mau tidur, tapi Namjoon dan Yoongi berisik sekali. Jadi tidak mengantuk lagi," jelasnya dengan bibir yang mengerucut ke depan. "Hana sendiri kenapa belum tidur?"
"Aku hanya sedang memikirkan beberapa hal."
"Seperti apa? Ceritakan saja, Seokjin-ie suka cerita pengantar tidur."
Hana menatap lekat wajah Seokjin. Hybridnya itu sudah cukup berumur menurutnya, paling tua dibandingkan hybridnya yang lain. Tapi entah kenapa tingkahnya masih begitu kekanak-kanakan, mengingatkannya pada si Bungsu Jeon Jungkook.
Merasa sedang ditunggu oleh Seokjin, gadis itu membasahi bibir bawahnya sejenak. Memilah-milah kata yang akan dikatakannya pada hybridnya.
"Em, begini..." Hana tampak ragu-ragu untuk bercerita, tapi memendam permasalahan sendiri juga tidaklah baik. "Aku punya hybrid lain di Seoul."
Hana melirik sekilas ke arah Seokjin, menunggu reaksi yang akan dikeluarkan hybridnya. Tapi Seokjin masih pada tempatnya, diam dan memerhatikan betinanya dengan tenang.
"Lalu bagaimana, Hana? Ayo teruskan..."
Oke, sepertinya tidak apa-apa jika ia bercerita semuanya.
"Aku punya tiga hybrid, dari jenis yang berbeda juga seperti kalian. Kucing, kelinci dan macan. Tapi untuk yang terakhir entahlah aku sedikit tidak yakin, daripada macan ia lebih mirip jenis gorila," jelas Hana dengan sedikit tersenyum kecil, mengingat kenangannya bersama tiga hybrid paling nakal yang pernah ia urus. Dan tentunya Kim Taehyung juaranya.
"Mereka semua ada di Seoul. Aku terpaksa meninggalkannya karena akan sulit untuk bertahan."
"Kenapa sulit?"
"Ibu dan ayahku tidak menyetujuinya. Aku manusia, tentu tidak akan bisa menikahi ketiganya."
"Jadi Hana juga tidak bisa menikah dengan kami?" tanya Seokjin dengan suara melemah. "Tidak menikah berarti tidak bisa kawin, lalu bagaimana dengan nasib kami Hana? Kami akan selamanya terjebak dalam tubuh hybrid ini. Tidak bisa menjadi manusia yang seutuhnya."
Melihat Seokjin sedih, hati Hana ikut terluka. Ia juga tidak ingin takdir seperti ini. Semuanya bukan salahnya, tapi kenapa ia justru dibebankan kehidupan yang aneh. Tidak bisakah ia hidup seperti para manusia yang lainnya?
"A-aku tidak tahu, Seokjin. Maafkan aku..."
Lalu jatuhlah air mata hybridnya, Kim Seokjin menangis pedih untuk yang pertama kalinya. Langsung beranjak berdiri dan meninggalkan Hana dengan keheningan.
Sial, Hana mengumpat dalam hatinya. Ia tidak ingin kehidupan seperti ini, Hana hanya ingin kehidupan normal sebagaimana mestinya.
"Halmeoni pulang..."
Wanita paruh baya yang sedari tadi Hana tunggu-tunggu akhirnya pulang, dan dengan segera pula Hana menghampiri sang nenek, ia butuh banyak penjelasan darinya.
"Halmeoni..."
"Oh astaga, Hana. Kau belum tidur?"
Hana menggeleng, tangannya langsung menggenggam erat jemari tua neneknya. Menatap sang nenek dengan pandangan terlukanya.
"H-hana... Kau kenapa, Sayang? Kenapa menangis?" Halmeoni tampak khawatir melihat cucu satu-satunya menangis pilu. "Apa mereka berbuat jahat padamu? Katakan, siapa yang berani-beraninya melukai perasaan cucu cantikku ini."
Hana menggeleng kencang, menyangkal tuduhan neneknya. "Aku yang jahat, Halmeoni. Akulah yang melukai perasaan mereka."
"A-apa?"
Hana mengusap kasar air matanya, ia tidak ingin hidup dengan perasaan menyesal seperti ini.
"Tolong aku, Halmeoni..."
"Tolong apa, Sayang?"
Hana diam, menarik napasnya dalam-dalam. "Tolong bantu aku lepas dari semua hybrid itu. Aku tidak bisa menjadi betina mereka atau menikah dengan mereka, Halmeoni. Aku menyayangi mereka, tidak akan bisa memilih salah satu dan melukai yang lainnya. Aku tidak bisa, Nek!"
Tubuh Hana merosot, jatuh terduduk dan meraung kecil. Sejak bertemu dengan para hybrid ia merasa begitu dicintai, sebuah perasaan yang belum pernah diterimanya. Tapi apa yang bisa ia lakukan untuk membalaskannya? Tidak ada.
Halmeoni melihat cucunya dengan pandangan sedih, ia pikir memberikan empat hybrid tampan akan membuat Hana bahagia, senang dan tersenyum lagi seperti sedia kala tapi perkiraannya melesat. Hana justru semakin terluka dan terbebani.
Dari depan pintu, keempat hybrid yang sedang diperbincangkan ikut menatap pilu ke arah Hana. Merasa jika merekalah penyebab Hana begitu terluka.
"Kalau begitu jangan pilih aku, bodoh! Pilih manusia yang kau sukai, tapi jangan tunjukkan air mata itu lagi!" seru Yoongi begitu lantangnya. Ia tidak bisa melihat calon betinanya menangis karena dirinya.
Hana menoleh, menatap sendu keempat hybrid yang sama-sama terluka karenanya.
"Kau tidak perlu memilihku jika terpaksa, Hana. Aku akan baik-baik saja," ucap Namjoon begitu lirih.
"Maafkan Seokjin-ie, aku tidak akan memaksamu lagi, Hana."
"Hoseok-ie, baik-baik saja. Berbahagialah, Hana..."
Suasana begitu menyedihkan, tidak ada lagi tawa atau teriakan nyaring dari para hybrid. Semuanya merasakan perasaan cinta yang tak dapat dimiliki.
"Masih ada satu cara, Hana," seru Halmeoni tiba-tiba. "Semuanya berawal karena kebodohan kakekmu, tapi Halmeoni yakin cara bodohnya ini akan berhasil. Para hybridmu dapat menjadi manusia yang sempurna, Hana."
[]
Oke, pada akhirnya aku akan lanjutkan tapi tentu dengan kesepakatan tadi. Jadi kuharap saat ending nanti jangan ada yang misuh-misuh ya, ingat jangan ada dusta diantara kita besplen😂
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN WAY HYBRID✓
Fiksi PenggemarTentang Hana yang bertemu seekor hewan berbulu yang mengaku sebagai Hybrid lalu bertambah menjadi tiga Hybrid hingga akhirnya menjadi tujuh Hybrid. Bisakah Hana mengurus ketujuhnya, atau haruskah ia membuang salah satunya? Copyright © Vdr_wings 2018