"Kau tidak bisa seperti ini terus, Hana."
Gadis yang namanya dipanggil itu menoleh, menatap bingung pada arah pembicaraan sang eomma. "Seperti apa? Memangnya aku kenapa?" tanyanya balik.
Ny. Park mendengus kesal menatap putri bodohnya yang tidak mengerti juga. "Tidakkah kau sadar jika kau bertingkah seperti seorang gadis yang sedang patah hati. Menonton drama menyedihkan, mengurung diri seharian di kamar dan keluar hanya untuk makan." cecarnya pada putrinya. "Lihatlah penampilanmu, sayang. Kau terlihat sangat dekil dengan rambut singamu itu. Berapa hari rambutmu tidak kau cuci, eoh? Kemana putriku yang cantik, kenapa berubah seperti gelandang begini."
Kini gantian Hana lah yang mendengus kesal mendengar hinaan ibunya. Memangnya seburuk apa penampilannya saat ini? Rambutnya hanya tidak ia cuci selama tujuh hari, belum sampai sepuluh hari tapi kenapa ibunya begitu cerewet padanya.
"Eomma, aku memang sedang patah hati! Tidakkah kau merasa kasihan pada putrimu ini? Aku baru saja dipaksa mencampakkan tiga pria tampanku huaaaa..."
Ny. Park menggeleng-gelengkan kepalanya menghadapi tingkah putri satu-satunya itu. Sejujurnya ia juga tidak tega jika putrinya itu harus meninggalkan ketiga pria tampan yang ada di Seoul itu, tidak rela karena kesempatannya memiliki menantu tampan juga ikut hilang.
"Berhenti merengek. Cepat pergi mandi, bersihkan badan baumu itu. Baumu bahkan lebih buruk daripada kaos kaki milik appa-mu. Setelah itu temui eomma di ruang tengah, eomma akan memikirkan jalan keluarnya," ujar Ny. Park sebelum benar-benar melenggang pergi dari kamar putrinya.
***
Sekitar tiga puluh menit, Hana telah selesai dari ritual mandinya. Kepalanya terasa lebih segar dan enteng setelah berkeramas tadi, sebenarnya Hana sendiri tidak tahu kenapa ia jadi sejorok ini, padahal dulu ia begitu benci jika ketiga hybridnya tidak mau mandi.
"Huaaa...." tangisannya kembali pecah begitu mengingat hybridnya.
Hana rindu. Teramat rindu, sampai ingin menangis terus rasanya. Rindu sikap manis Jimin-ie, rindu si manja Jungkook-ie, rindu juga dengan si mesum Taehyung-ie. Pokoknya rindu semuanya.
Tidak ingin terus-menerus mengingat ketiga hybridnya Hana bergegas ke ruang tengah seperti yang diperintahkan ibunya. Mungkin saja sang eomma memiliki jalan keluar dari permasalahannya. Akan lebih baik lagi jika Ny. Park dapat membawa kembali dirinya pada ketiga hybrid menggemaskannya.
"Ah, sudah selesai? Duduklah, eomma sudah tahu jalan keluar dari permasalahanmu," ujar Ny. Park membuat Hana membelakkan matanya, wow ibunya sangat pintar pikirnya.
"Apa eomma? Cepat beritahu!" seru Hana cepat setelah mendudukan dirinya.
Senyuman cerah tersungging pada bibir Ny. Park, menatap sang putri dengan tatapan misteriusnya. "Kau tau halmeoni?"
Kening Hana mengerut mendengar ucapan ibunya, mengapa jadi membahas tentang neneknya? Tentu saja ia mengetahuinya. Memangnya ia cucu sedurhaka apa hingga tidak mengenali neneknya.
"Yang mana?"
Oke, bukan tanpa alasan Hana bertanya seperti itu. Gadis itu memiliki dua orang nenek yang masih hidup sehat, tidak tahu yang dimaksud ibunya dari pihak ayahnya atau sang eomma sendiri.
"Yang memiliki peternakan," kata Ny. Park yang mendapat anggukan dari putrinya. "Tadi halmeoni menelepon, menanyakan kabarmu. Halmeoni juga bilang ia punya hadiah untuk kelulusanmu—"
"Aku belum lulus. Masih tiga bulan lagi wisudanya, eomma." potong Hana cepat.
"Aish.. anak ini. Apapun itu, kau akan segera lulus dan halmeoni sudah mempersiapkan hadiah untukmu," jelas Ny. Park.
"Lalu?"
Hana semakin tidak mengerti arah pembicaraan ibunya yang semakin berbelit-belit. Bukankah sang eomma mengatakan akan memberikannya jalan keluar atas permasalahannya, kenapa jadi membahas neneknya.
"Yak kau ini bodoh atau apa?! Tentu saja kau harus mengambil hadiahmu ke sana, Hana. Temui nenekmu, sekalian bantu ia mengurus peternakannya. Kasihan, halmeoni-mu sudah terlalu tua untuk mengurus semuanya sendiri."
Neneknya Hana memang memilih tinggal seorang diri di desa setelah kematian suaminya, mengurus ladang juga peternakan hasil peninggalan almarhum kakeknya Hana.
"Eomma, aku ini butuh solusi, jalan keluar dari permasalahanku bukan menawarkan diri untuk membantu halmeoni mengurus peternakan," gerutu Hana.
Bagaimana bisa sang eomma menyuruhnya bekerja keras di desa sementara kepalanya terus memikirkan nasib ketiga hybridnya, bisa-bisa bukan rumput yang ia potong nanti melainkan kepala sapi milik neneknya.
"Dengarkan saja kata eomma-mu ini. Tadi halmeoni menyuruhmu segera ke sana, ia bilang hadiahnya sangat besar dan bagus. Kau pasti akan menyukainya, sayang."
Dengan terpaksa Hana menyetujui perintah ibunya, toh percuma ia membantahnya Ny. Park jelaslah pasti yang akan menang. Lagipula tidak ada salahnya mengisi waktu luangnya dengan membantu sang nenek, hitung-hitung belajar berbakti menjadi cucu yang baik.
***
Terik matahari begitu menyengat saat Hana tiba di perkampungan neneknya. Kulitnya pasti benar-benar akan menghitam setelah tinggal untuk tiga bulan kedepan.
"Hana!"
"Halmeoni?!"
Hana segera menghampiri sang nenek yang sedari tadi ia cari. Perempuan tua itu terlihat sehabis dari ladang dengan sepatu boot kotor yang menghiasi kakinya. Kerutan di wajahnya terlihat lebih banyak dari terakhir kali Hana melihatnya, membuat gadis itu merasakan sedikit rasa bersalah karena sudah lama tidak mengunjunginya.
"Ah, cucuku semakin cantik!"
Hana tersenyum lembut mendengar pujian dari neneknya. "Tentu saja cantik. Aku mewarisinya juga dari nenek," jawabnya. "Eng.. apa halmeoni sehat-sehat saja? Maaf tidak sempat mengunjungi, aku sedikit sibuk dengan tugas kuliahku," sesalnya.
"Tidak apa. Halmeoni baik-baik saja. Eoh, benar... kau sudah lulus, bukan?"
"Belum sepenuhnya lulus, halmeoni. Masih tiga bulan lagi sebelum acara wisudanya," jawab Hana.
"Kalau begitu cucuku ini akan tinggal lama di sini, kan?"
Tatapan penuh harap dari sang halmeoni membuat Hana tak kuasa untuk menolaknya. "Ne, Hana akan tinggal lama di sini. Menemani halmeoni juga membantu mengurus peternakan."
"Ah, cucuku memang yang terbaik. Cah, ayo cepat masuk. Ada hadiah besar yang menanti untuk segera diurus olehmu."
"Hadiahku?"
"Eoh.. hadiahmu. Halmeoni telah mempersiapkan empat pejantan tampan untuk cucu cantikku ini."
Hana terkesiap mendengar jawaban sang halmeoni. Pejantan? Apa maksudnya? Belum sempat Hana bertanya sebuah suara melengking dari dalam kandang peternakan terlebih dahulu mengalihkan atensinya.
"Halmeoni..... Seokjin-ie lapar..."
Tampan, pejantan, tinggal dalam kandang peternakan?! Dia buk— tunggu, satu, dua, tiga, empat! Sial, siapa empat pria tampan itu?! Mereka manusia, bukan?
"Nah, Hana... merekalah hadiah yang harus segera kau urus. Para Hybrid itu sedang kelaparan sekarang, tolong bantu halmeoni mengurusnya, ne."
"APA?! H-HYBRID!!!"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN WAY HYBRID✓
FanfictionTentang Hana yang bertemu seekor hewan berbulu yang mengaku sebagai Hybrid lalu bertambah menjadi tiga Hybrid hingga akhirnya menjadi tujuh Hybrid. Bisakah Hana mengurus ketujuhnya, atau haruskah ia membuang salah satunya? Copyright © Vdr_wings 2018