LMTF » 29

1.4K 284 61
                                    

Kemaren aku lupa update 🙄
Terus gaada yang ngingetin juga

Yawdaaaaa vote sama commentnya di banterin yaaaaa, biar updatenya fast 💞💞💞



✨✨✨




"Gue kagak ngerti ya, Jer. Kenapa tipe cewek lo tu aneh bin ajaib banget. Pertama, lo dulu bilang suka sama janda. Kedua, lo pernah bilang ke gue kalau lo suka sama lampir." ketika berkata lampir, Mika yang tengah berorasi layaknya seseorang yang menyatakan pendapatnya di muka umum itu bergindik dan menggelengkan kepalanya cepat.

"Dan sekarang lo mau kencan sama manusia purba?!" Mika yang tadinya mondar mandir kesana kesini itu, berdiri tegap di depan Jerka yang tengah duduk di sofa sambil nyemil snack yang dibawa Mika.

Sedangkan Jerka hanya tersenyum geli menanggapi. Ia geli dengan dirinya sendiri. Dulu, persepsi lebih memilih janda karena sang bunda yang janda. Jadi Jerka tidak ingin melihat para janda di muka bumi ini murung karena tidak ada yang mengidamkan menjadikan tipe ideal oleh lelaki muda, perkasa, dan tampan seperti dirinya.

Untuk lampir. Jerka sepertinya memang sempat menyukai gadis galak itu. Dan rasa bersalah masih mengganggu relungnya ketika mengingat nama dan betapa nyeri di perutnya yang pernah di tendang oleh kakaknya.

"Jer, cewek cantik di luar sana masih banyak. Plis, otak lo yang cuma segede biji kacang ijo itu di buat mikir. Orang goblok aja pasti pilih produk baru dari pada barang usang." ceramah Mika yang kini duduk di sebelah Jerka dan menyaut snack yang di pangku Jerka.

Iya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Mika. Tapi, entah kenapa ketika Jerka membayangkan wajah Sri itu rasanya ada yang meletup-letup di dadanya. Ah, apalagi tadi saat makan bersama.

KENAPA SRI BEGITU LUCU?! Jerka tertawa.

"Jangan ketawa sendiri anjing! Kagak ada yang lucu!" Mika menggeser tubuh menjauh setelah menendang badan Jerka.

"Sorry-sorry!" masih dengan tawa tanpa suaranya.

Jerka masih terlalu gemas dengan Sri. Rasanya ia ingin mengarungi gadis kolot itu dan membuatnya guling agar bisa menemaninya tidur.

***

"Lo itu bisa makan yang bener kaga sih?! Makan pecel aja nyepres kesana kesini." celetuk Jerka yang langsung menyapu bibir Yeri dengan jempolnya.

Jangan tanya bagaimana keadaan Yeri saat itu. Ia bagaikan kerangka patung yang baru saja terisi semen dan terkapar di bawah teriknya matahari. Tubuhnya terlalu kaku untuk di gerakan.

Oh Tuhan, hentikan ini semua. Yeri tidak kuat. Jantungnya seperti di pompa sampai meledak. Bahkan, ini sudah tiga jam berlalu dari acara makan itu, tapi Yeri masih merasakan efeknya.

Berguling-guling dari kanan ke kiri, terus. Yeri sedari tadi terus seperti itu dengan kepalanya yang tertutup bantal tebal. Bahkan ia lupa dengan kotak coklat yang di sodorkan Jerka tadi.

"Wajah gue kenapa panas banget!!!" Yeri menegakkan tubuhnya dan memutar kepalanya sembilan puluh derajat menghadap kanan untuk menikmati semilir angin dari kipas anginnya. "Gini agak enakan." gumamnya lagi, dengan mata yang perlahan menutup.

Ketika kelopak matanya menutup dengan sempurna, bayangan wajah Jerka tergambar jelas dengan ukiran senyuman yang indah.

"YER!!! SADAR!!!" teriak Yeri begitu lantang.

Drrrttt drrrttt drrrttt

Yeri mengambil ponselnya dan mengamati siapa gerangan yang menelfonnya. "Ehem ehem." ia membasahi tenggorokannya.

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang