LMTF » 03

2.9K 468 21
                                    

"Iya. Iya. Gua suka sama Yeri. Dan gue pengen dia jadi cewek gue secepat mungkin."

Seketika itu, langkah kaki Yeri yang menapaki ubin gedung C terhenti. Pandangannya menoleh kearah sisi kiri. Dimana disana ada Jerka dan juga Mika yang tengah bertukar pandang dengan ekspresi kaget, sebal, dan marah menjadi satu.

Ia tak kuasa menahan sudut bibirnya untuk tidak terangkat.

"Kak Jerka suka sama lo, Yer?" Jiva menyentuh pundak Yeri dan bertanya dengan suara tidak percayanya.

"Sekarang siapa yang jatuh duluan?" gumam Yeri, tanpa ingin membalas pertanyaan dari Jiva.

Sekarang, Yumna yang bingung. Kepala kecilnya itu bergerak gusar. Menatap Yeri lalu menatap Mika dan cowok didepannya secara bergantian. "Tunggu. Tunggu. Ini maksdunya apa? Kok gue gak ngerti apa-apa?!"

Yeri menoleh kearah Yumna. "Na, lo minum cerebrofort dulu aja deh." lalu langkah kakinya berjalan meninggalkan Jerka dan Mika yang pastinya akan terus membicarakannya.

Iya, Yeri memang seyakin itu.

***

"Gimana? Udah ngecek gimana kelakuan teman-temanmu?"

Yeri yang sedang asik membolak balik majalah edisi terbaru itu langsung menolehkan kepalanya kearah sang kakak, yang sedang duduk bersantai di meja belajarnya dengan buku-buku kedokteran yang super tebal.

"Kakak kenapa sih?!"

"Yer, kamu tau kalau di dunia ini gak ada orang yang bisa di percayakan?" Danu melepas kacamata yang sudah satu jam lamanya bertengger di hidung mancungnya.

Dahi Yeri mengkerut. Ah, ia paling tidak suka dengan pikiran kakaknya yang teramat kolot itu. "Termasuk kakak." jawabnya malas dan kembali membaca majalahnya.

"Tentu. Karena aku anak pertama, dan aku bisa merebut apapun."

"KAKAK!!" Teriak Yeri begitu lantang. Bahkan majalahnya sudah ia lempar dengan amarah.

Dulu, saat Yeri masih SMA dan kakaknya itu hendak memasuki dunia perkuliahan. Sang Papa membagi tugas. Sang kakak akan berurusan dengan pendidikan dan kesehatan. Sedangkan Yeri bagian manajemen.

Baik Yeri maupun Danu menuruti semuanya. Lagi pula memang semua itu yang dicita-citakan. Tapi, kenapa mendadak kakaknya bersikap seperti ini?

Serakah? Tentu! Dalam keluarga besar ini Yeri hanya mendapatkan satu bagian. Sedangkan Danu mendapatkan dua.

"Aku tidak akan merebutnya kalau kamu mau bersungguh-sungguh, Yer." Danu menghela napas. Cowok itu berjalan menuju tempat dimana adiknya berada. Duduk di sebelahnya dan mengelus rambut berwarna pirang yang menjuntai panjang itu.

"Tidak ada kata teman ataupun persahabatan. Cepat atau lambat, mereka akan memakanmu." lanjut Danu.

"Tapi teman-temanku baik semua, Kak! Nggak seperti yang kakak bayangin!" rengek Yeri yang sudah mau menangis.

"Kalau temanmu baik. Mereka akan melarangmu bertingkah angkuh dan sombong seperti tadi."

Mata Yeri membulat. Guratan-guratan ekspresi kaget tergambar jelas di mukanya.

"Klinik kampus adalah area kekuasaanku. Jangan lupakan itu."

Yeri mendengkus.

"Jadi mau kakak apa?! Kakak mau aku ngejauhi mereka? Terus aku nggak punya teman?! Gitu?! Jahat!" Yeri sudah cemberut. Bantal kecil yang ia pangku sudah diremas-remas berkali-kali.

"Kakak hanya mau kamu kuliah yang bener. Cari temen yang bener." Danu bangkit dari duduknya. "Semester ini ip kamu beneran jelek. 1,95. Aku bahkan nggak pernah tau kalau ada ip segitu dikampus kita." Danu berucap sebelum dirinya menghilang dibalik bilik pintun.

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang