Entah sudah keberapa kalinya Jerka harus kaget. Kali ini kagetnya tidak main-main, ia kaget ditambah dengan panik.
Bagaimana tidak panik, ia menemukan Yeri yang pingsan didapurnya dengan pergelangan tangan yang di iris cukup dalam. Sampai darah yang bercecer di apartemennya cukup banyak.
Dan sekarang kepalanya puyeng bukan main. Ketika dirinya membawa Yeri ke rumah sakit, ia pasti menghubungi Mika terlebih dahulu. Tidak mungkin ia mengatasi hal yang berhubungan dengan nyawa dari seorang anak pesohor itu sendirian.
Kalaupun nyemplung lumpur, ya harus ada temannya.
Tapi, sudah setengah jam lamanya tidak ada tanggapan dari Mika.
Jerka sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya setelah ini. Mungkin kepalanya akan digantung di kerekan bendera oleh Bapaknya Yeri.
Kalau keadaan seperti ini Jerka takutnya bukan main. Kemarin-kemarin, malah pengen mati duluan saat tau kakinya sudah tidak bisa digunakan untuk bermain basket lagi.
"Duh, ini Mika manasih?!" Jerka menggerakan kakinya dengan gusar.
"Jer, lo ngapain disini?"
Jerka melihat seseorang yang ia kenal. Kawan semasa OSPEK dulu. Anak kedokteran yang selalu terlihat charming disetiap keadaan, bahkan dengan jas dokter yang penuh dengan bercak darah. Kawannya yang satu itu masih terlihat tampan bukan main.
"Jef, temenin gue. Plis." Jerka langsung menggeret lengan Jef -nama teman Jerka- untuk duduk di kursi memanjang disampingnya.
Ekspresi wajahnya masihlah ekspresi khawatir.
"Ada apa? Jangan bilang lo nabrak orang lagi?" tanya Jef. "Terakhir, gue denger lo habis nabrak anaknya pemilik yayasan." lanjut Jef yang sepertinya tertarik dan penasaran dengan bagaimana sepak terjang seorang Jerka yang berani berurusan dengan petinggi kampus itu.
Jerka menghela napas. Punggungnya yang pegal, menyender dengan pelan di senderan.
"Ini lebih buruk dari itu."
Dahi Jef berkerut. "Apa? Yang jelas dong."
"Ceritanya panjang Jef. Mual gue ngerasainnya." Jerka menggelengkan kepalanya. "Mending gue disuruh hapalan amandemen undang-undang dari pada urusan sama yang kayak gini." lanjutnya yang masih menghela napas berat.
"Jangan bilang lo habis buntingin cewek!" celetuk Jef asal.
"Ngawur aja lo!"
Lalu, dilihatlah satu dokter dna beberapa perawat yang keluar dari ruang operasi. "Dengan keluarganya Nona Yeri?"
Jerka langsung bangkit dari duduknya. Berbeda dengan Jef yang membuka mulutnya lebar-lebar begitu juga matanya. Yah, Jeffrey sedang kaget saudara.
"Iya. Bagaimana dok keadaannya?"
Dokter itu menghela napas. Begitu juga dengan dada Jerka yang mendadak khawatir level dewa.
"Keadaannya baik. Mungkin, Nona Yeri tidak bangun selama beberapa hari-
"Apa?!"
"Setres akut dan beberapa kejang otot menjadi penyebab utamanya. Nona Yeri hanya butuh waktu untuk beristirahat." Dokter itu menepuk pundak Jerka. "Jaga, istrinya ya nak, nyesel nanti kalau dia udah pergi." sambungnya yang kemudian berjalan meninggalkan Jerka.
Yha, istri gundulmu pak Dokter.
"Yeri. Itu- maksudnya, Yeri, Yeri yang itu?" tanya Jef terbata karena pemuda itu masih berada dalam mode shocknya.
"Iya. Yeri yang itu. Yeri Pradhana Kim."
Tidak lama setelah itu. Jerka dapat melihat Mika dan Danu yang berlari kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifestyle : Missing The Fashionista
Ficção AdolescenteKetika wanita paling ribet dan ruwet di kampus menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun. Jungkook ❌Yeri Kdr, 10/02/2018