"Yerim?!"
Kerutan di dahi, napas yang terengah, dan raut wajah kaget yang tergambar jelas. Yerim dapat menganalisanya hanya dengan sekali pandang.
"Ada apa?" Ketika ia bertanya seperti itu, Yerim dapat melihat perubahan wajah cowok itu.
"Gue kaget lo ada disini." Kata cowok jakung yang tinggi banget itu.
Yerim tersenyum, "Al, gue bukan hantu kali." Iya, dia itu Albert, mantan pacar Yerim.
Yerim berjalan sedikit pincang kearah meja yang ditunjuk juda tadi. Sebisa mungkin ia berjalan biasa, tapi ia tidak bisa, kakinya sudah seperti ini.
Ia malu, sungguh.
Ini adalah alasan kenapa Yerim tidak mau meinggalkan kamarnya. Ia takut, malu dan akan sedih ketika melihat orang yang ia kenal mengasihaninya atau memandangnya sebelah mata. Ia tidak suka.
"Bukan itu maksud gue!" Dengan cepat Albert berjalan menyanding Yerim. "I want to hold your hand." Ungkapnya pelan.
"I can walk by myself, Al." Lirih Yerim menatap Albert dengan iba.
"I just want to hold your hand, Yer. Not much. Can I?" Albert menengadahkan telapak tangannya. "I miss your small hand." Lanjutnya dengan senyum manis.
Yerim tahu kalau Albert tidak bermaksud menghinanya. Karena Albert adalah satu satunya mantan terbaik yang Yeri punya, yang selalu ada entah apapun itu keadaannya.
Dengan perlahan, Yerim mengeratkan jemarinya, begitu juga Albert yang meremasnya. "Masih bantet aja ya tangan lo." Guraunya, kini diiringi dengan senyum secerah sinar matahari.
"Dan ini..." Yerim mengangkat tangannya yang digenggam Albert, "Masih jadi tangan monster." Lalu mereka berdua nyengir bareng.
"Lo udah beneran sehat Yer?"
Kini keduanya sudah duduk berhadapan. Oh tentu saja, Albert memundurkan kursi yang akan diduduki Yerim terlebih dahulu.
"Ya kayak gini sih, lumayan." Jawabnya.
Albert terdiam untuk sesaat, bingung mau ngomong apa, takut banget nanti nyakitin Yerim. Albert tahu betul kalo Yerim itu villain yang sesungguhnya yang berakhir tragis, tapi perempuan itu tidaklah seburuk yang orang kira.
Yerim yang sekeras itu untuk melindungi dirinya sendiri.
"Masih temenan aja lo sama Yumna. Mana makin aneh aja itu anak dari hari kehari." Akhirnya Albert menemukan bahan obrolan.
Yerim terkikik, "Mana pacarnya anak SMA lagi."
"Nah gitu dong! Senyum! Kan you look so beautifull. Ehe." Kini gantian Albert yang senyum.
"Ya kan meskipun gue pincang, gue masih cantik kali, Al." Yerim menunjukan ekspresi cemberut.
Albert kelabakan, "eh eh maksud gue bukan gitu Yer! Gimana ya? Ah elah, bingung gue! Pokoknya elo cantik, dari dulu sampe sekarang."
Ini Yerim malah terkikik geli, sudah lama sekali ia tidak seperti ini.
"Iyaaaa, gue tau kok." Goda Yerim.
"Sengaja kan lo." Albert mau marah tapi tidak bisa. "Lama banget ini si Judha sama Yumna ke Banknya." Sebenarnya Albert sedang meeting di cafe ini, tapi karena ia melihat Yerim sendirian yang ditinggal Judha sama Yumna, Albert tidak tega dan berinisiatif menemani Yerim sebentar.
Tidak apa apa kan?
"Yer?"
Suara itu, membuat keduanya diam untuk sesaat. Namun, sepersekian detik kemudian Albert berdiri dan bergerak mendekat kearah cowok yang barusan memanggil Yerim.
"Mau apa lo?!" Albert menatap tajam cowok didepannya. Rivalnya dulu pas jaman masih kuliah.
"Al, gapapa." Suara pelan Yerim membuat Albert menoleh kearahnya. "Kak Jerka ada urusan apa?"
Jerka menekan dadanya. Yang datang saat ini adalah Jerka. Astaga, cowok itu terlihat benar benar lusuh.
"I miss you." Katanya dengan mata berkaca. Gila, ia sudah berapa hari tidak bertemu Yerim dan hanya melihatnya lewat foto! Mana foto dari tahun kapan itu. "I really miss you."
"Kangen kangen apaan?!" Sentak Albert tidak suka. Bukannya Albert cemburu, tapi Albert tau kalau hubungan Jerka dan Yerim tidak baik. Lagi pula, Albert sudah memiliki tunangan yang dipilih oleh orang tuanya, mau sesuka apa dia dengan seseorang, hanya bisa ia simpan sendiri.
"Al." Suara pelan dan tangan yang meraih lengannya membuat Albert melemas. "Lo bisa ninggalin gue sekarang, gue gapapa kok, lagian ada kak Mika juga." Jelas Yerim.
Ini yang kaget malah Mika. SEJAK KAPAN NENEK LAMPIR MANGGIL DIA KAKAK?! Mika terharu banget.
Albert menghela napas, "Kalo ada apa apa langsung telfon gue atau ke ruang vip sebelah sana." Albert menunjuk searah jam sebelas, sebuah ruangan dengan pintu yang bertuliskan "VIP 001". "Gue disana.' Lanjutnya.
"Iya. Dah sana."
Setelah Albert pergi. Kini gantian Jerka yang duduk dihadapan Yerim. Mika memilih untuk duduk sendiri diarea outdoor sambil menyedot batang tembakaunya, tidak ingin mendengar ataupun ikut campur.
"Aku kangen Yer."
"Iya."
"Kamu nggak kangen aku?"
...
Yerim memilih tidak menjawab. Padahal ia juga kangen berat, tapi ia tidak mau berharap. Takut, jika Jerka akan meninggalkannya.
"Beneran gak kangen sama aku?" Jerka tersenyum kecut. "Aku emang pengecut. Maaf, maafin aku." Jerka meraih kedua tangan Yerim, mencium punggung tangannya begitu lama.
"Aku yang salah, bukan kamu." Jawab Yerim.
Jerka menghela napas, "Kamu balikan sama Albert lagi?"
Kepala Yerim menggeleng.
"Kamu tau kalau Albert suka sama kamu?"
Mata Yerim terbelalak, apa katanya?
"Ha? Albert udah punya tunangan." Jawab Yerim.
Ha?! Kini gantian Jerka yang kaget. Apa katanya? Astaga bukankah ini berita bagus?! Karena Jerka dapat melihat dengan jelas kalau Albert menyukai Yerim, miliknya, wanitanya 🥺.
"Bagus. Bagus." Gumamnya dengan tidak senganya menyeringai.
"Hmmm?"
Jerka tersenyum.
"I want to go on a date with you, Can I?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lifestyle : Missing The Fashionista
Roman pour AdolescentsKetika wanita paling ribet dan ruwet di kampus menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun. Jungkook ❌Yeri Kdr, 10/02/2018