Hallo yeorobun, maaf ya kalau minggu minggu ini updatenya molor luar biasa 🙏🙏
Aku harap kalian sabar sabar ya nunggu cerita ini. Btw, aku bakalan kelarin kok dna aku udah nulis beberapa part ehehehehe.
So komen dan votenya sangat di tunggu yaaaaa 😊😊😊
🍍🍍🍍
Seumur hidup, Yeri tidak pernah di permalukan seperti ini, tidak pernah di pandang dengan tatapan yang menjijikkan. Malah-malah, dirinyalah yang melakukan semua itu.
Seperti tangan yang membalik. Semuanya ada saat di atas dan dibawah.
Yeri tidak menyangka kalau jadi seperti ini ia mendapatkan perlakuan yang sama dengan Suri. Tidak ada dirinya, melainkan banyak anak-anak lain yang secara jelas dan terang-terangan membullynya.
BRUK
Astaga, kenapa ia harus terjatuh segala?!
"Hwaaaaaaa. Sakit." masih terus menangis dengan keadaan badan yang sepenuhnya basah, Yeri mengelus dengkulnya yang sedikit berdarah.
Mata Yeri yang minus itu semakin mengabur saat ia berusaha untuk menahan tangis dan bangkit dari jatuhnya. Namun, ia tidak bisa. Ia lelah, tenaganya habis, dan ia malah melihat Suri dengan wajah super pucat, dahi yang berdarah dan juga baju wanita itu yang berlumuran darah.
"Maaf!!!" Yeri semakin menangis. Menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya di sana. Mengabaikan perih dan ngilu kakinya yang berdarah.
"Lo kenapa?"
Kepala Yeri mendongak, ia berharap Jerka yang datang saat ini. Tapi hal lain yang mendatanginya.
Judha tengah duduk berjongkok di depannya. Raut muka khawatir yang tergambar jelas.
Bukannya menjawab, Yeri memilih menangis kembali. Perasaannya benar-benar dalam situasi yang sangat buruk, dan hanya menangis yang bisa ia lakukan saat ini.
Judha menghela napas, dan memapankan duduknya di depan Yeri.
Dibawah rindangnya pohon ringin, dengan celah-celahnya yang memberikan sepercik sinar matahari. Judha memandang Yeri dengan iba. Tidak. Sejauh ini tidak ada yang tahu jati diri sebenarnya dari Yeri.
"Gue gak ngelarang lo buat nangis." ucap Judha yang setelah itu melepaskan jaket bomber hitam dan menyampirkannya di pundak Yeri, menutupi bagaimana basah kuyupnya keadaan perempuan itu.
"Tapi, jangan pendam semuanya sendirian."
Yeri memandang Judha yang tengah tersenyum tipis menghadapnya.
"Gue gak mau kehilangan orang lagi." lanjutnya yang sontak membuat Yeri semakin histeris. Dan seketika itu Judha merubah posisi duduknya yang tadinya berhadapan menjadi bersampingan, dengan tangan pemuda itu yang menepuk pundak Yeri.
Hatinya di ketuk lagi. Dulu, apakah Suri punya seseorang yang menyemangatinya seperti ini?
Pikiran Yeri tidak berharap lebih. Karena ia tahu, setiap orang yang ia ganggu pasti akan dianggap sampah bagi warga kampus.
***
Seakan menginjak kubangan semen yang setelah itu di haidryer, tubuh Jerka kaku enggan untuk bergerak, enggan untuk melangkah lebih maju lagi.
Sedangkan matanya juga terpaku pada satu buah objek.
"Gue suka sama Sri ya?" gumamnya pelan sembari mengelus bagaimana dadanya bereaksi melihat adegan di depan sana.
Entah kenapa melihat Judha dan Sri bersama membuatnya seperti ini. Merasakan bagaimana perutnya yang berputar-putar, mual, dan ingin muntah saat ini juga.
"Ah!" kepalanya menggeleng lalu berjalan berbelok, menuju gedung tinggi di sebelah kanan FEB ini.
Drrrttt drrrrrtttt drrrrrttt
Incoming call
Jangan diangkat!!!!!!!!!!!!!!!!!Jerka dengan malas mematikan ponselnya dan kembali menjejalkan ponsel tersebut ke dalam saku celana.
BRUK
Ketika Jerka dengan santai berjalan menuju gedung fakultasnya, tiba-tiba satu tinjuan kuat menghantam rahangnya. Astaga, rasanya mau copot saja.
"Anjing! Mau lo apa sih?!" teriak Jerka sebelum melihat siapa yang dengan berani meninjunya sekeras ini, sampai-sampai sudut bibirnya berdarah.
"Lo sembunyi'in Yeri dimana?"
Bola mata Jerka langsung membulat saat Danu dengan muka memerahnya kini berada di depannya. Bahkan, kakak Yeri itu menarik kerah kausnya.
"Gue tau lo yang sembunyi'in Yeri." desisinya.
"Bang udah bang." Mika mencoba menenangkan.
"Gue gak sembunyi'in Yeri. Apa gunanya gue sembunyi'in dia???"
Danu tersenyum sinis. "Banyak alasannya. Dan lo tau semuanya." dan, rahang Jerka kembali di tinju kuat-kuat oleh Danu.
Kedua pentolan fakultas masing-masing itu tidak menghiraukan bagaimana mahasiswa yang berlalu lalang melingkar hanya untuk melihat momen ini, atau hanya sekedar memvideo dan menyebarkannya di akun sosial media masing-masing. Oh jangan lupa dengan berita yang mereka sebar tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tentu, oleh Mika siapapun yang tengah merekam kejadian ini dengan ponsel atau yang sejenisnya langsung ia rampas. Kekuasaan anak Rektor masih di pegangnya.
Ditinggal, Mika mengambil ponsel-ponsel yang tidak bisa di katakan jelek itu. Kedua anakan badak dan singa laut itu malah bergulat layaknya psikopat yang haus darah. Meninju perut dan kepala berulang kali, sampai batuk darahpun tidak dapat di hindari.
"Aduh. Heh udahhhhh. Ini kalo kalian mati gimana?" Mika bingung. Mau telfon sang Papa tapi nanti masalah bakalan semakin runyam, tapi kalau dirinya sendiri yang mengatasi, ini tidak akan berakhir.
Drrrrttt
Mika langsung melihat kearah ponselnya.
Yeri Pradhana
Bilangin ke kakak, gue baik-baik aja. Tunggu gue pulang, jangan ngelanggar perintah Mama sama Papa dan hidup baik-baik.Sontak, Mika yang sudah kehilangan akal sehatnya itu langsung menarik kerah Danu dengan sekuat tenaga, agar cowok itu berhenti meninju muka Jerka yang sudah tak berbentuk agar menghadap kearahnya.
"Lepasin?! Lo mau apasih?!"
Mika langsung menyodorkan ponselnya yang berisi pesan line dari Yeri.
Semuanya diam. Danu yang menutup matanya setelah membaca pesan Yeri. Mika yang iba bukan main melihat keadaan Jerka saat ini. Dan Jerka yang tengah mengambil oksigen yang ada sebelum semuanya terlambat.
Dan Yeri dengan bajunya yang basah kuyup hanya bisa mengamati.
"Aku rindu kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifestyle : Missing The Fashionista
Novela JuvenilKetika wanita paling ribet dan ruwet di kampus menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun. Jungkook ❌Yeri Kdr, 10/02/2018