chapitre supplémentaire

1.3K 298 48
                                    

😘😘Vote banya comment banyak double update 😘😘


✨✨
✨✨✨

Danu marah. Pasti. Bukan marah lagi. Tapi sangat marah. Rasanya ia ingin membakar isi kampus beserta mahasiswa yang ada di dalamnya. Namun, ia tidak bisa berlaku seperti itu, mau bagaimanapun adiknya memang kelewatan.

Air mata adiknya menangis tanpa rengekan ataupun omelan seperti biasanya, dia hanya diam dengan air mata yang terus menetes. Ia tahu, pasti sangat sakit.

"Kakak ada disini." Ucap Danu yang masih membersihkan rambut Yeri dengan kain basah.

Kepala adiknya itu terangkat, lalu mukanya yang masih dipenuhi dengan saus tomat itu tersenyum tipis.

Dan hal itu membuat Danu merasa bersalah bukan main. Salah karena ia tetap tidak mengetahui dimana adiknya. Salah karena ia tidak melindungi Yeri. Dan salah karena ia baru mengetahui kebenarannya saat Yeri sudah penuh dengan saus tomat kadaluarsa.

"Maafin kakak." Danu sudah tak kuasa menahan air matanya. Ia sungguh merasa tidak berguna. seorang kakak yang tidak bisa diandalkan. "Seharus-

Lalu Danu merasakan kalau Yeri memeluknya. "Kakak gak salah." katanya yang kini sudah diiringi dengan tangisan yang luar biasa. "Tolong jangan bilang Mama atau Papa." lanjutnya.

Danu memeluk erat sang adik yang tengah menangis itu, "Enggak. Tapi, kalau ada masalah bilang ke Kakak." 

🔄🔄🔄

Semua orang masih memandang tidak enak, meskipun sudah dipandang dengan tatapan tak kalah mengerikan dari si Danu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang masih memandang tidak enak, meskipun sudah dipandang dengan tatapan tak kalah mengerikan dari si Danu. Ubun-ubunnya serasa akan pecah melihat orang-orang ini. 

"Yeri gimana?" tanya Irva -satu satunya teman perempuan yang dimiliki Danu- yang mendadak muncul di hadapan Danu.

"Nangis."

Irva menghela napas. "Biar gue temenin."

"Gak usah! ntar lo  bully juga." ketus Danu yang merasa ia sedikit sensi dengan perempuan.

"Gue gak gitu anjing!" Teriak Irva dengan bibir yang mengkerucut menandakan kalau ia tidak suka dengan tuduhan Danu.

"Serah!" Danu meninggalkan Irva, karena sungguh ia sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun saat ini.

Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Dona yang tengah tertawa dengan senyuman lebar. Ia tahu, sepupu perempuannya, adiknya si Mika, yang Danu sayangi sama seperti sayangnya terhadap Yeri adalah dalang dari balik semua ini.

Dalang dari adegan gila dan merah yang menimpa Yeri. Jujur, Danu kecewa dan juga marah.

"Kak?" Wajah Dona sedikit kaget ketika melihat Danu yang saat ini berada di depannya.

"Lo bukan adek gue. Makasih atas hukumannya, Don. Tapi ini keterlaluan." Kata Danu yang setelah itu pergi meninggalkan Dona dan menarik lengan Irva menjauh dari area kantin yang menjadi hening, semenjak Danu dan Dona saling bertukar pandang.

Dona hanya terdiam dengan wajahnya yang berubah masam.

Berbeda halnya dengan Irva yang sedari tadi hanya menahan napas dan dagdigdug di dadanya.

🔄🔄🔄

"Yer, minum ya?" Irva menyodorkan segelas teh hangat kepada Yeri yang tengah menatap kosong entah kemana. seperti hanya raganya yang berada disini, nyawanya hilang.

Irva menghela napas. Yeri tidak mau bicara, wajahnya sepucat mayat, dan matanya menatap kosong. Danu juga pergi, ia tidak tahu. Setelah bertemu Dona di kantin tadi, Danu pergi. Katanya ingin mendinginkan otaknya yang sudah sepanas bara api.

Akhirnya Irva menghela napas. "Yer, lo tau?" Tanya Irva yang membuat kepala Yeri menoleh kearahnya.

"Pernah gak lo mikir kalau si Danu itu homo?" Tanyanya lagi. Namun tidak dibalas apapun oleh Yeri, gadis kecil itu hanya terus memandang Irva. Dan Irva tau, kalau Yeri mulai tertarik dengan pembicaraannya.

Irva terkikik sebentar, "Awalnya gue juga ngira kalau dia itu homo. Secara temen cewek aja gak punya!" Lanjutnya yang kini tengah tertawa, namun tidak dengan Yeri yang masih mempertahankan posisinya.

"Lo kenal Jennie Parker?" Yeri terdiam. "Lo pasti tau dia." Sekarang Irva malah menghela napas. "Danu fall in love with her, udah hampir tiga tahunan. Itu yang gue tau. Yang ngebuat gue berhenti mikir kalau cowok workaholic itu homo." Lagi, Irva menghela napas.

"You like him?" Kini Yeri mulai membuka suara.

"Hmm? Who?"

"My brother."

🔄🔄🔄

Kepalan tinju itu semakin menjadi. Tangannya sudah penuh dengan darah, begitu pula dengan bajunya yang mulai bebercak.

Emosi Danu meluap, entah kenapa ketika melihat Jerka rasanya Danu ingin membunuh lelaki itu. Mau tidak mau, kejadian ini pasti juga berhubungan dengan Jerka. Apalagi, yang Danu ketahui, dimasa Yeri menyamar menjadi Sri, hanya Jerka satu satunya yang dekat.

Argh, sungguh emosi Danu sudah meleber kemana mana.

"Jangan deket deket Yeri lagi!" Sentak Danu.

Jerka tersenyum di balik senyumnya yang sarat akan rasa perih di sekujur tubuhnya. "Gue berniat ninggalin dia untuk selamanya, Bang."

✨✨

Halloooooo maaaf ya lama menunggu, aku lagi super sibuk banget sama tugas kuliah sama kerjaan juga 🙄🙄

Nah ini point of viewnya full sama mamas danu ya, bagi yang masih bingung dengan alurnya, mari kita tunggu sampe cerita tamat dulu ehehehe

Untuk ending, aku udah ada gambaranas kok, positive thinking aja yha shay....

Vote banya comment banyak double update 😘😘

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang