Jangan salahkan Jerka jika dirinya hilang kendali, jiwa dan raganya sudah dirasuki oleh setan yang bisa membuat bertindak sedemikian rupa.
Dengan kencang, Jerka langsung mendorong tubuh Yeri agar menjauh dari dirinya. Tidak peduli kalau Yeri harus terjatuh dan merintih, bahkan Jerka saat ini bisa melihat bagaimana gadis angkuh itu terisak ketakutan.
Jerka Adavan Gibrani sepertinya sudah kembali menjadi monster yang menyeramkan.
"Maaf." Jerka mendudukkan diri disebelah Yeri. Tangannya itu bergerah hendak menyelipkan poni panjang milik Yeri ketelinga.
Namun, niatnya itu meluntur ketika Yeri menampik dengan keras. Dada Jerka menyesak ketika melihat bagaimana pandangan Yeri terhadapnya saat ini. Entah kenapa rasanya lebih baik dipandang rendah oleh gadis itu dari pada ditatap dengan tatapan takut dan juga marah yang bercampur jadi satu.
Iya. Jerka mengakui kalau dirinya kurang ajar.
PLAK
"Brengsek!" gumam Yeri dengan gigi yang bergemelutuk, setelah menampar Jerka dengan keras.
"Maaf." ulang Jerka sekali lagi.
Yeri tidak ingin mendengar, ia memilih bangkit dan pergi dari kamar setan ini. Masih dengan air matanya yang runtuh bagai hujan ditengah gurun.
"Yer, lo kenapa?" Mika sedikit kaget melihat Yeri yang barusan keluar dari kamar Jerka dengan rambut berantakan, bibir bengkak, dan jangan lupakan bagaimana anak sungai yang sudah terbentuk di pipinya.
Bukannya menjawab, Yeri malah berjalan cepat meninggalkan kamar Jerka dan meninggalkan Mika yang penuh dengan tanya.
Sedangkan Mika langsung fokus ke Jerka lagi. Pikirannya langsung horor, ketika melihat bagaimana penampilan Yeri tadi.
Jangan sampai Jerka mati terbunuh di tangan si nenek lampir yang memiliki berbagai mantra itu.
"JERKA!!!"
Lagi-lagi Mika harus dibuat kaget ketika melihat bagaimana gorden biru itu bergerak seiring dengan angin yang menerpa. Pertanda kalau jendela kaca super besar itu di buka. Dan Mika juga menemukan kalau kursi roda dan ranjang yang kosong.
Dengan langkak kaki yang cepat, Mika bergerak menuju jendela yang terbuka itu.
Disana, Jerka tengah berdiri di balkon. Kepalanya menengadah keatas, menikmati bagaimana langit menumpahkan ribuan bahkan jutaan bintang malam ini. Begitu indah dengan cahaya bulan sabit yang terang.
"Yeri tadi ngapain kesini?" Mika yang sekarang berdiri di sebelah Jerka itu bertanya.
"Rasanya gue pengen mati aja, Mik." jawab Jerka tanpa memandang Mika. Sedangkan sang lawan bicara langsung memalingkan mukanya menatap Jerka dengan tatapan tidak percaya. "Gak ada yang bisa gue lakuin sekarang."
"Siapa yang bilang gitu?! Yeri?!"
Kepala Jerka menggeleng, dan masih enggan memandang Mika. "Bahkan gue udah buat dia nangis tadi." Jerka menghela napas, lalu kakinya yang masih ngilu itu ia gerakan untuk memanjat pembatas gedung dengan dunia luar.
"Lo mau apa setan?!" teriak Mika.
Kali ini Jerka menoleh kearah Mika dengan senyuman. "Mencoba mati."
Tanpa rasa sabar, Mika langsung menarik baju belakang Jerka sampai cowok itu terhuyung kebelakang dan terjatuh. "Jangan mati dulu! Jangan ngeduluin takdir!"
"Takdir gue mati sekarang, Mik."
"Inget, Jer! Dosa lo itu masih banyak. Lo tau neraka itu panas. Lo gak bakalan kuat disana! Tobat dulu dah lo kalau mau mati." cerocos Mika. "Kalau pahala yang terkumpul udah banyak. Silahkan bunuh diri." lanjutnya.
Jerka kembali menatap langit. "Iyasih. Dosa gue masih banyak." cowok itu menghela napas lagi. "Tapi gue gak kuat hidup."
Kini gantian Mika yang menghela napas. "Jer, inget nyokap sama adek lo yang ada di Paris."
***
Tidak terasa lima hari sudah berlalu setelah kejadian mengerikan itu. Sudah lima hari pula Yeri jarang kontakan dengan Albert lagi. Sepertinya mantan kekasihnya itu sudah kembali fokus ke dunianya sendiri.
Dan selama lima hari pula Yeri tidak pernah melihat Yumna di kampus ataupun di sosial media gadis itu yang tidak pernah sepi dan mendadak sepi itu. Apakah casting harus selama ini?
Yeri menghela napas. Karena Jiva juga bilang begitu.
"Yer, lo kenapa?" Jiva yang barusan datang membawa jus melon dan stroberi itu duduk di depan Yeri.
"Yumna kapan baliknya sih? Kangen gua."
Jiva terkikik. "Gak tau dah. Eh, Yer gue tinggal bentar ya? ada kumpul sama anak BEM nih." pamit Jiva yang langsung pergi meninggalkan Yeri begitu saja.
Selain Yumna yang castingnya gak kelar-kelar. Jiva juga mendadak sibuk dengan urusan BEM. Padahal seingat Yeri dulu, Jiva tidak pernah ikut ekstrakulikuler apapun, dan seingatnya juga, dalam waktu dekat ini kampus tidak ada kegiatan.
Seolah Jiva bertindak menghindar dari Yeri.
"Gue jadi keinget omongannya Kakak." gumam Yeri yang menatap kosong kearah jus stroberinya.
"Yeri?"
Yeri menatap seseorang yang memanggilnya barusan. "Pergi!" usirnya. Ah, dirinya malas melihat manusia yang satu ini.
"Yang ngambil gantungannya bukan aku."
"Suri!!" bentak Yeri. Membuat seluruh pasang mata yang ada di kantin anak ekonomi itu memandang kearah Yeri dan Suri.
Setelah itu, Yeri langsung menyaut totebag kanvas berwatna putih tulang yang menyampir di pundak Suri dengan kasar. Lalu membaliknya, membuat semua barang yang ada di dalam tas tersebut jatuh mengotori lantai.
"Yeri, kamu kenapa sih?" Suri langsung memunguti barang-barangnya. "Niat akukan baik. Tap-" perkataan Suri terhenti ketika ia menemukan sebuah gantungan semangka berwarna merah yang terselip diantara buku-buku paketnya.
"Dasar pencuri!" Yeri menyaut gantungannya yang sudah hilang. Lalu menendang lutut Suri. "Beasiswa lo gue cabut."
"Jangan." Suri mulai menangis. Tapi, Yeri tidak peduli. Gadis itu pergi meninggalkan area kantin.
Tapi, langkah Yeri dicegat oleh Judha dan juga Wira.
"Wir, lo bantuin Suri ya." perintah Judha yang langsung diangguki oleh Wira.
"Yer, gue butuh ngomong sama elo."
Yeri memandang Judha tanpa minat. Entah kenapa rasa sukanya terhadap Judha semakin menipis dari hari ke hari.
"Gue suka sama Jiva."
Yeri melempar gantungan semangkanya kearah Judha. Gantungan yang diberikan oleh cowok itu sendiri. Gantungan yang membuat Yeri hampir mati kemarin. Gantungan yang membuat Yeri mengambil beasiswa milik Suri.
ia lempar dan ditambah ludah yang memang sengaja ia lemparkan kearah sepatu cowok itu.
"Brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifestyle : Missing The Fashionista
Novela JuvenilKetika wanita paling ribet dan ruwet di kampus menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun. Jungkook ❌Yeri Kdr, 10/02/2018