Seketika mendengar penjelasan singkat dari Jun, Jerka langsung berlari dan menyusul Yeri yang dibopong oleh Raylaa.
Rasanya ia mau mati saat ini. Melihat Yeri yang seperti tadi, atau melihat bagaimana keadaan sekarang. Ia tidak peduli lagi dengan apa yang diucapkan oleh Jun. Toh, ia sudah tidak satu kartu keluarga dengan sang Ayah.
"YERI!!" Teriaknya begitu lantang.
Tubuh Yeri yang terbalut sebuah jaket tebal berwarna hitam itu membalik. Matanya merah, hidungnya pula berwarna merah.
Gadis itu pasti menangis.
"Jangan deket-deket." Teriak Yeri yang sudah tidak bisa menahan air matanya.
"Kenap-
"Gue bilang jangan deket-deket!!" Yeri enggan menatap Jerka. "Udah cukup!! Jangan bully gue lagi! Gue tau lo benci banget sama gue. Tapi, please udah. Gue capek." Lanjutnya dengan isakan tangis yang luar biasa.
Punggung dan pundak itu bergetar. Jerka yang hanya melihatnya itu bisa merasakan bagaimana sakit di hati yang luar biasa.
Sebegitukah yang Yeri rasakan terhadapnya? Ah ia lupa, sebelum berangkat ke Beijing ia memang sebrengsek itu.
Tes
"Ah, kenapa gue nangis?!" Jerka menutup matanya dengan telapak tangan dan mendongakkan kepalanya.
Rasanya masih terlalu pedih. Melihat bagaimana reaksi Yeri barusan. Ia tidak tahu kalau gadis angkuh yang di kenalnya itu bisa menunjukan wajah ketakutan.
"Maaf. Maafin gue."
Dan ketika kata maaf itu terucap. Rasa sukanya terhadap Yeri semakin membuncah, tapi saat itu juga hatinya seakan memblokade semuanya. Seolah mengatakan, 'jangan dekati lagi. Ia akan sakit dan menangis lagi.'
"Maaf. Gue suka sama elo." Air matanya sudah tidak bisa ditahan lagi.
Seakan ego mengambil alih semuanya, Jerka berlari menyusul Yeri yang akan menyebrang dari jalan raya kampus menuju fakultas hukum.
"YERI!!" Sekali lagi, Jerka meneriakan nama itu sekuat tenaga.
Bukannya malah berhenti, Yeri dan juga Rayla malah mempercepat langkahnya ketika menyebrang jalan.
Brak
"YERI!!!" Jerka berteriak dan berlari secepat yang ia bisa. Tangisnya semakin pecah ketika melihat bagaimana darah yang merembes dari belakang kepala Yeri atau bagaimana tenggorokan gadis itu yang tertancap spion.
Tidak hanya itu, Rayla juga mengalami hal yang sama. Namun, Yeri yang mengalami cidera yang cukup parah karena ia yang menerima tabrakan tersebut. Seseorang yang mengendarai sebuah motor gede dengan kecepatan penuh di jalanan kampus yang ramai pejalan kaki.
"Yer?" Jerka panik. Tangannya yang sudah bersimbah darah karena memindahkan kepala Yeri yang berdarah itu ke pangkuannya.
Ia menepuk pelan pipi putih dengan bekas air mata yang masih terlihat jelas. "bangun." Gumamnya yang kini memeluk Yeri.
"Gue sayang sama elo." Bisiknya.
Dan ia menyesal.
✨✨✨
"Kamu!" Irene menangis. Ibu dua anak itu tidak bisa menahan air matanya lagi. Emosinya sudah membucah, meledak ketika mendengar Yeri kecelakaan dan sekarang tengah koma.
"Ini semua gara gara kamu!!! Kamu gak ada bedanya sama Kris!! Jahat!! Kalian semua jahat!! Pembunuh!!" Irene berteriak di lorong rumah sakit. Ibu, Irene hanya bertindak layaknya seorang ibu yang tidak terima melihat putri semata wayangnya tergeletak di kasur rumah sakit antara hidup dan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifestyle : Missing The Fashionista
Fiksi RemajaKetika wanita paling ribet dan ruwet di kampus menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak barang sehelai rambutpun. Jungkook ❌Yeri Kdr, 10/02/2018