special episode #1

210 25 3
                                    

Disini Yerim hanya menatap kearah luar jendela kamarnya yang berada di lantai 3. Matanya menatap dengan lekat sosok yang tengah berdiri didepan rumahnya, beradu mulut dengan Danu yang tiba tiba absen kerja hari ini.

Perlahan tirai kamarnya ia tutup kembali. Menghela napas dan enggan melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Namun,

"YERIM!" teriakan kencang itu membuat Yerim membelalakan matanya, mendadak jantungnya berdegup begitu kencang.

"TUNGGU, BESOK AKU KESINI LAGI, BUAT NGELAMAR KAMU."

"Pergi lo!"

Teriakan itu mendapat pukulan hebat dari kepalan tangan Danu. Yerim meremas dadanya.

Bolehkah ia berharap? Apa masih boleh Yerim bersama orang yang ia sukai selama ini?

Terdengar tidak adil jika Yerim menginginkannya. Tapi ia sungguh menginginkan Jerka menjadi miliknya.

"Sadar. Lo sekarang hanya orang cacat Yer." Yerim meredam perasaannya.

Ia berjalan pincang, kembali membuka kelambu kamarnya dan melihat bagaimana mobil Jerka yang perlahan meninggalkan rumahnya.

"Jerka masih bisa cari yang lebih baik dari pada gue."

💮💮💮

Judha merasa kalau Yerim semakin pendiam dan sering melamun setelah pulang dari rumah sakit.

"It's okay, Yer." Judha menepuk pundak Yerim.

Yerim sedang menikmati bagaimana sejuknya taman belakang rumahnya, dengan Judha yang mendorong kursi rodanya.

"Kalo ada masalah, cerita sama gue." Lanjut Judha yang kini duduk berjongkok di depan kursi roda Yerim.

Dada Yerim tergerus. Sudah seminggu sejak insiden Jerka yang berteriak ingin melamarnya, tapi sampai sekarang tidak ada wujudnya. Maaf, Yerim berharap lebih pada sesuatu yang sudah jelas tidak mungkin terjadi.

Jahat.

Seharusnya ia tahu diri.

Judha yang melihat bagaimana Yerim yang terus terdiam menghela napas. "Okedeh kalo gamau cerita."

"Maaf."

Lagi, Judha menghela napas lalu melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.

"Mau ikut makan siang bareng Yumna? Mumpung pas, waktu makan siang ini."

Yerim ragu untuk sesaat, karena setelah pulang dari rumah sakit, Yerim tidak pernah keluar sendiri kecuali bersama orang tua atau Danu. Namun, pada akhirnya ia menganggukkan kepalanya.

💮💮💮

Gila, sudah seminggu sudah Jerka di Beijing dan baru bisa ke Jakarta lagi itu hari ini. Ia tidak menyangka pembatalan pertunangannya dengan Shiren memakan waktu yang cukup lama. Ya, karena baik orang tua Shiren atau wali Jerka tidak ada yang setuju.

Untungnya, Jerka sudah punya proposal bisnis yang menguntungkan untuk kedua holdings ini. Meskipun harus memakan waktu satu minggu.

Satu minggu itu bukanlah waktu yang singkat. Apalagi Jerka sudah kangen berat sama Yerim. Rasanya hari harinya menjadi siang tak kunjung menggelap dan malam terasa sangat panjang.

Ia ingin sesegera mungkin bertemu dengan Yerim dan menikahi perempuan itu.

Jerka mengusak rambutnya dengan acak. Astaga, kenapa dengan dirinya yang sudah tidak bisa menahan lagi?!

Tenang

Jerka menghembuskan napas panjangnya dan melihat sekeliling, mumpung yang nyetir adalah Mika.

Deg

Sepersekian detik itu, matanya menangkap Yerim yang berada di balik kaca lebar dari sebuah cafe dengan senyum secerah mentari dan sosok lelaki di depan perempuan.

"MIK, BURUAN BALIK MOBILNYA!!" Panik Jerka bukan main yang bikin Mika ngerem mendadak.

"Apa'an sih lo?!"

"Yerim ada disana!" Serunya. "Mana sama cowok lagi." Lanjutnya sinis bukan main.

"Judha kali." Mika jawab dengan santainya.

"Mana mungkin Judha setinggi itu! Bukan ah! Buruan balik bukannya malah diem disini!!" Ini serius Jerka sudah panik takut nanti Yerim digaet cowok lain.

"Iya deh iyaaaa."

Lalu mobil sedan berwarna silver itu berbalik dan menuju cafe yang dilihat Jerka tadi.

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang