LMTF » 22

1.5K 312 27
                                    

Mau ngasih tau, namanya Cuwi aku ganti jadi Rayla. Karena cerita ini adalah cerita masa depan Rayla di story sebelah 🙏🙏

Happy reading don't lupa buat vomentnya 💞💞

✨✨✨



"Dan ada satu hantu perempuan yang ngikutin elo kemana-mana." suara Rayla begitu lirih. Namun, Yeri masih bisa mendengarnya.

Ia kaget bukan main. Dan Yeri yakin kalau yang dimaksudkan oleh Rayla itu adalah Suri.

Dadanya diketuk dengan keras, rasa bersalah mulai menggerogoti batinnya. Sampai-sampai Yeri tidak kuat menahan tangis yang melebur bersama rasa sakit dan bersalah yang enggan mengabur.

"Sri?! Sri?!" Rayla mendadak panik yang melihat Yeri berjongkok dan menangis sejadi-jadinya.

"La?"

"Udah jangan nangis." Rayla masih menepuk punggung Yeri pelan.

"Cewek itu dikepang dua?" tanya Yeri di sela isakannya.

Rayla mengangguk. "Bahkan dia saat ini ikutan nangis." ketika Rayla mengatakan itu, ia merasa ikut arus sedih ini.

"Maaf. Maafin aku." Yeri menangis lagi. Sepertinya menangis memang bukan jalan yang terbaik.

Menghilangkan nyawa seseorang, menghapuskan cita-cita, dan memperpendek umurnya. Yeri bertindak seolah dirinya sang Maha Pencipta. Menghakimi seseorang dengan seenak jidatnya. Astaga, kenapa kelakuannya buruk sekali.

Hidupnya seperti tidak ada artinya.

"Dia ngasih tau. Lo harus nemuin kotak coklat punyanya dia." celetukkan Rayla itu membuat Yeri kaget. Namun sepersekian detik kemudian, ia enggan memikirkannya.






***




Keputusan Yeri adalah menjalani hidupnya yang sekarang. Setelah kejadian kemarin bersama Rayla. Yeri menolak keinginan sang Mama yang memintanya kembali pulang.

Misinya saat ini adalah menemukan kotak yang dibicarakan oleh Rayla kemarin. Ya, meskipun ia sendiri tidak tahu bagaimana rupa kotak coklat tersebut.

Kenapa Yeri ingin mencarinya? Jawabannya hanya satu. Karena hanya itu yang bisa dilakukan Yeri untuk membuat Suri pergi ke surga dengan tenang.

Duagh

"Aduh." Yeri memegangi kepalanya yang baru saja telempar bola basket.

Yeri jadi ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya ingin bertemu dengan Judha dan malah di ganggu oleh Jerka.

Bedanya saat ini Yeri memilih diam dan melanjutkan langkahnya dari pada berurusan dengan Jerka. Iya, tadi masihlah kelakuan Jerka yang tak pernah berubah.

Namun langkah Yeri terhenti. Ketika melihat Judha yang tengah berdiri di hadapannya.




***



Lagi, entah kenapa Jerka merasa gelisah kembali ketika mengingat Yeri. Apalagi saat ini ia sedang mendribble bola oranye kesayangannya itu.

Semakin rindu dengan headbandnya. Tapi, ada setitik di sudut hati Jerka mengatakan kalau cowok itu merindukan si congkak.

Kepalanya menggeleng dengan cepat, sampai-sampai rambutnya yang sudah macam obba-obba korea itu terkibar-kibas bak iklan samphoo.

Seolah mengingatkan kepada jati dirinya kalau ia sudah gila jika sampai merindukan si gadis kurang ajar yang satu itu. JERKA SADARLAH!!! Teriaknya di dalam batin.

"Jer!!! Bola!!!!" teriakan Mika membuat Jerka tersadar dari lamunannya. Dan melempar bola entah kemana tanpa mencari letak Mika berada saat ini.

"Lo ngelemparnya kemana sih tai?!" teriak Mika.

Lalu Jerka menoleh kearah bola berada dan ia melihat Sri yang tengah mengamati Judha. Yang tidak lama setelah itu, tanpa adanya pembicaraan -sepertinya- , Judha berjalan melewati si Sri.

"Mbak Sri!!" panggil Jerka dan diabaikan oleh gadis itu. Bahkan, gadis purba itu hanya menoleh sebentar sebelum benar-benar pergi meninggalkan lokasi.





***




Danu langsung membuang bangkai tikus yang berada di dalam loker adiknya. Sekitar ada dua bangkai yang bersarang di sana. Dan itu membuat lorong di sekitar loker berbau menyengat.

Dan Danu tidak terima dengan ini.

"Siapa yang ngelakuin ini?!" teriak Danu dengan emosi kepada mahasiswa FEB yang berlalu lalang disini.

Brak

Danu membanting pintu loker milik adiknya yang berhiaskan bintang merah muda yang kerlap-kerlip.

"Ngaku gak kalian semua?!" Danu kembali berteriak ketika tidak ada satupun seseorang yang menjawab. Hanya bertindak seperti patung penonton, hanya menikmati tanpa ingin memberi informasi.

Meskipun Yeri itu manja, menyebalkan, bodoh, dan tebal telinga. Yeri itu masihlah adik kandung Danu. Mau bagaimanapun, jika adiknya di perlakukan sedemikian rupa, ia tidak akan terima.

Bahkan Danu rela menggunakan pisau bedahnya hanya untuk memutilasi seseorang yang berani mengancam dan bertindak buruk kepada adiknya.

"Danu?"

Suara itu membuat emosi Danu sedikit mereda. Yasa dengan balutan kemeja hitam dan jas hitam datang. Membuat semuanya berada dalam mode membeku ketika sang ketua yayasan menengahi apa yang terjadi.

Setelah kejadian itu, Yasa jadi sering berkunjung ke kampus. Masalah sekolah yang satu ini benar-benar menguras tenaganya, ia harus segera pulang ketika berada di luar kota ataupun luar negeri demi memantau bagaimana kondisi anak-anaknya. Dan pasti, Irene selalu ikut untuk hal ini.

Muka kaku Danu sedikit melemas ketika melihat sang Papa.

Melihat Danu yang sekarang, mengingatkan Yasa dengan Yasa yang dulu.

Dan Yasa sedikit lega ketika dari seberang sana ia melihat putrinya yang menahan tangis akibat perlakuan Danu. Putrinya sehat dan itu membuat Yasa tenang walaupun hanya sesaat.

"Ikut Papa." Yasa berjalan berbalik, dan di belakangnya di ikuti Danu yang enggan menundukan kepalanya.

Danu kalau sebal itu, mirip dengan Yeri.

Kepergian Danu dan Yasa membuat lorong loker menjadi ramai. Semua orang yang ada di sana sibuk bergosip tentang bagaimana garangnya Danu atau bagaimana tampannya pemilik yayasan.

Sampai lupa dengan loker milik Yeri yang sangat berbau. Dan tidak melihat bagaimana Sri kaget dengan isi dari loker.

Banyak darah disana, baunya sangat busuk. Dan ia menemukan secarik surat disana, yang dituliskan dengan tinta merah yang berbau tidak sedap.

'gue pasti'in lo bakalan mati!!'

Cuma mau ngingetin, yang benci yeri itu banyak ehehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuma mau ngingetin, yang benci yeri itu banyak ehehehehe

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang