LMTF » 06

2.3K 471 53
                                    

"Ma-mau apa lo?!"

Tangan Jerka yang hangat itu menyapu pipi Yeri hingga tengkuk gadis itu. "Cuma mau berbagi kehangatan."

Membuat detakan jantung Yeri semakin menggila ketika seluruh kancing kemeja flanel milik Jerka terlepas dengan sempurna dan hanya menyisakan kaus singlet putih. Yang menunjukan bagaimana atletisnya tubuh Jerka saat ini.

Dengan perlahan, Jerka melepaskan jaket kulit milik Judha yang sedikit basar dari bahu Yeri.

"Mau apa lo?!" teriak Yeri begitu nyaring. Matanya juga menyala, ia harus was-was saat ini.

Bagaimanapun juga, Jerka adalah seorang laki-laki yang kapanpun siap menjadi serigala berbulu domba.

Kini Jerka kembali berjongkok dan mengamati dada Yeri. Tepatnya blouse putih yang mengecap bra berwarna merah gelap.

"Liat apa lo?!" ketus Yeri yang langsung menyilangkan kedua lengannya tepat didepan dada. "Mesum juga ya lo!" kali ini salah satu tangannya menjentuskan kepala Jerka.

"Hanya orang munafik yang gak tertarik dengan hal ini." dengan muka polosnya Jerka menunjuk dada Yeri.

"Nih." Jerka melempar kemeja flanelnya. "Lo bakalan terkena hiportemia. Kalau gak ganti baju." kata Jerka yang kini sudah bangkit dari jongkoknya.

"Gak!"

"Mau gue ganti'in apa gimana?"

"Idih! Jangan ngimpi!"

Jerka menggendikkan bahunya. "Terserah. Matipun gue gak peduli." lalu Jerka berjalan keluar dari kamar tersebut. Membiarkan Yeri memikiran apa yang terbaik.

Setelah Jerka benar-benar lenyap dari balik pintu. Yeri mengambil kemeja flanel berwarna merah maroon itu.

Ia menghela napas.

Tidak apa. Setidaknya ia tidak akan mati kedinginan.

***

"Untung ya, lo itu bogel. Jadinya kemeja gue bisa sampe dengkul kalo lo yang make." celetuk Jerka ketika mendapati Yeri yang sudah keluar dari kamar yang tadi.

Meskipun rambut masih basah dan terkesan berantakan. Yeri masih saja cantik, walau memakai kemeja flanel super kebesaran milik Jerka.

Yeri malas memandang Jerka. Sungguh, ia ingin mencekik atau memutilasi cowok bermulut ngawir yang satu itu. Tapi, mengingat kebaikan yang diperbuat oleh Jerka, ia mengurungkan niatnya.

"Gue batalin acara ngebunuh lo hari ini."

Jerka mencebik.

"Thank's." gumam Yeri seperti tengah berbisik.

"Apa?!" Jerka berjalan mendekat kearah Yeri. Mendekatkan telinganya ke bibir Yeri.

Karena jujur saja, selain musik edm yang berdentum begitu keras. Jerka juga ingin menggoda Yeri sedikit lagi. Cewek kebanyakan gengsi macam Yeri memang yang terbaik. Sungguh memberikan sensasi menggelitik yang luar biasa ketika Jerka menggodanya.

"Thank's." gumam Yeri masih dengan suara lirihnya.

"Apa? Apa? Gue gak denger!"

Yeri memutar bola matanya. Dan tangannya sudah terangkat keatas hendak memukul kepala Jerka keras-keras, sebelum pandangannya bertubrukan pada berdirinya dua orang diambang pintu menuju kolam renang.

Kepalanya nyeri mendadak. Tidak hanya itu, ia juga merasakan hal yang sama dengan dadanya.

Judha, kenapa cowok itu mengabaikannya dalam dinginnya baju basahnya?

Kepala Yeri benar-benar pening bukan main. Sampai,

Bruk

"MALIKA!!!"

Dan Yeri sepertinya merasa tertidur dalam kepalanya yang terasa tertumpuk begitu banyak karung beras.

***

Jerka panik bukan main ketika tubuh Yeri yang tiba-tiba tumbang kearah tubuhnya. Sontak, nama sepupu dari Yeri yang dipanggil.

"MALIKA!!!"

"Gue bisa kenain lo pasal pencemaran nama ba- YERI!!!! INI SI LAMPIR KENAPA?!" Mika yang tadinya sok-sokan menjadi penegak hukum, berubah menjadi panik ketika melihat Yeri yang saat ini ada di pelukan Jerka dengan tubuh selemas nutrijel.

"Ah, gue gak tau! Bawa pulang gih!" Jerka yang sepertinya takut dengan keadaan sekarang, langsung menyerahkan tubuh Yeri kearah Mika.

Yang langsung diterima Mika dengan kedua tangannya. Bahkan ia sudah menggendong Yeri.

Yah, hidup memang seperti itu kawan. Ketika yang di sepelekan menjadi yang mengistimewakan.

"Om Yasa bisa ngamuk kalau Yeri pulang keadaannya kayak gini." gumam Mika yang masih mengamati muka Yeri yang sudah memucat.

"Kalau gitu kita bawa kemana? Rumah sakit? Ayo!" Jerka langsung berjalan mendahului Mika, namun langkahnya itu terhenti ketika mendengar penuturan Mika.

"Kita ke apartemennya Bang Danu."

Mata Jerka langsung melotot. "DANU?! ANAK KEDOKTERAN ITU?! GILA! GUE TAKUT! Mukanya sebelas dua belas sama godzila!!"

"Satu-satunya orang yang bisa nolong kita cuma dia. Dan lo tau sendiri kalau Yeri ini adeknya dia." Mika berujar dan berjalan membelah kemurunan yang semakin malam semakin ramai.

Jerka mengimbangi langkah Mika. "Gue gak ikut."

"Lo berani nyeburin Yeri. Jadi lo juga harus tanggung jawab." celetuk Mika tanpa menoleh kearah Jerka.

"Gue udah kasih dia baju gue. Dan lo bisa liat sekarang kalau gue cuma pake singlet tipis kayak gini."

"Mana Jerka yang selalu menuntut keadilan? Mana Jerka si anak hukum yang tidak suka ditindas ataupun menindas? Dimana Jerka anak kebanggaan fakultas hukum karena sifat tanggung jawabnya?" perkataan mendalam dari Mika itu membuat nyali Jerka kembali lagi.

Sepusing apapun. Ia harus bertanggung jawab. Benar apa yang dikatakan oleh Mika. Penakut bukanlah dirinya. Jerka Adavan Gibrani bukan seorang penakut yang bersembunyi di balik selimut.

"Paling nanti lo cuma dipelototin sama bang Danu. Wajar sih. Lo buat adeknya kayak gini."

Jerka menelan ludahnya susah payah. Bertemu dengan seorang yang pandai dan berwibawa memang memiliki dampak yang begitu signifikan untuk jantungnya.

 Bertemu dengan seorang yang pandai dan berwibawa memang memiliki dampak yang begitu signifikan untuk jantungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeorobun, kalau ceritanya ngebosenin bilang ya, biar bisa di koreksi

Muehehehe

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang