LMTF » 27

1.4K 284 47
                                    

Muka Jerka memang memar, dan memang perutnya saat ini nyeri luar biasa setelah mendapatkan tendangannya Danu yang sepertinya mendapatkan jurus tambahan milik Tsubasa.

Tapi, saat ini pandangan Jerka tidak bisa beralih kepada seorang gadis berkuncir dua yang tengah membersihkan lukanya dengan revanol. Reaksi yang di gambarkan oleh gadis itu membuat seluruh gaya gravitasi berada disana.

Pandangan Jerka tersedot. Belum lagi, saat gadis itu meringis-ringis. Demi Tuhan, Jerka berani bersumpah kalau ini adalah hal terindah yang pernah ia temui.

Ah, entah datang darimana manusia purba ini tadi. Datang-datang membopongnya dan mengobatinya seperti ini.

"Gak sakit ya?"

"Hm? Sakit kok." jawab Jerka tanpa ingin memindahkan pandangannya dari gadis purba di depannya.

Lalu, Jerka melihat kalau gadis itu tengah mengoleskan obat merah di sudut bibirnya, pelipis, dan juga beberapa baret yang ada di wajahnya.

Kalau dilihat-lihat lagi, Sri -gadis yang tengah mengobati Jerka- memiliki garis muka yang mirip dengan Yeri. Bedanya, dulu rambut Yeri itu panjang dan berwarna pirang. Sedangkan, Sri rambutnya hanya pendek sebahu dan gelap, belum yang gadis cupu ini memakai kacamata yang cukup tebal.

"Yeri?" gumam Jerka tanpa sadar.

"Ha?!" membuat Sri kaget dan membulatkan matanya.

Jerka tersenyum menanggapi. "Lo mirip sama Yeri."

"Kamu rindu sama Yeri itu apa gimana?" Sri menjawab, sembari terus mengolesi obat merah di luka Jerka.

"Iya."

Tangan Sri kaku. Kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Jerka. Apakah Jerka tahu siapa seseorang yang sebenarnya di balik nama Sri ini? Mendadak Sri panik dengan sendirinya.

"Tapi, sekarang ada elo." jari Jerka bergerak memainkan poni tipis milik Sri. "Kangen gue ke Yeri jadi berkurang." lanjutnya.

Dada Sri rasanya ingin meledak, seperti ada bom yang bersarang di sana. Perasaannya sudah tidak bisa di deskripsikan lagi, entah itu senang, sedih ataupun yang lainnya, ia tidak mengerti.

"Ekhm!" Sri membasahi tenggorokannya, berharap rasa degdegan ini segera lenyap dari dadanya.

Namun tidak. Astaga, detakan jantungnya malah semakin menggila, apalagi Jerka yang masih memainkan poninya yang sedikit basah setelah tersiram air tadi.

MBAK SRI AYO MIKIR!!

"Kamu ngomong apa sih?!" dengan dada yang masih beruncang tak wajar, Sri mendorong kepala Jerka dengan jari telunjuknya.

Jerka membalasnya dengan senyuman lebar. Dan saat lelaki itu tersenyum, Sri menyadari satu hal kalau cowok itu memiliki gigi yang teramat menggemaskan. "Mending sekarang kita pulang." katanya langsung menarik pergelangan tangan Sri.

"Eh! Eh!" pastilah, Srinya kaget. Kan tadi posisinya duduk di gazebo depan fakultas hukum, dan tiba-tiba Jerka berdiri dan menggeretnya. Gazebonya tinggi, dan pastinya Sri sedikit terlonjak ketika ditarik oleh Jerka.

"Sorry! Sorry! Lo gak apa-apakan?"

Kepala Sri menggeleng.

"Gue anterin pulang ya? Habis ini gak ada kelaskan?"

Lagi, kepala Sri menggeleng. Astaga, bibirnya mendadak bergitu kaku untuk digerakan. Tangan Jerka yang menggenggam lengannya membuat bibirnya seperti ini.

"Ak-aku pu-pulang send-sendiri aja." Sri berucap sebisa mungkin dengan bibirnya yang kaku, belum dengan dukungan jantungnya yang berdetak tidak karuan.

Lifestyle : Missing The FashionistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang