Tamvan Bangettttt

3K 213 26
                                    

VOTE 😘

.
.
.

Hari demi hari semuanya mulai membaik. Kesehatan Jin Hyun membaik, operasional perusahaan membaik. Begitupun dengan suasana hati Jin Hyun dan Hila. Mereka jadi semakin akrab seperti teman dekat. Kini Jin Hyun tengah menyetir mobilnya menuju kampus Hila, hingga kemudian menuju kantornya.

"Bagaimana liburanmu kemarin, puas kan?" tanya Jin Hyun tersenyum manis.

Hila menoleh, membalas senyum manis itu. "Em, enggak sih, aku senang bisa bertemu dengan keluarga dan sahabat-sahabatku di sana. Tapi, aku gak menikmatinya lahir batin karena mengkhawatirkanmu," ucapnya jujur.

Tiba-tiba, Jin Hyun mengerem mobilnya mendadak. Membuat Hila harus berpegangan. Untung saja dibelakang mobil Merek tak ada kendaraan lain. Kalau ada pasti sudah terjadi kecelakaan sekarang.

Hila menoleh kearah Jin Hyun yang tengah terpaku kearah depan. Melihat hal itu, Hila terheran. Apakah Jin Hyun sudah gila, ia hampir saja jantungan.

Untunglah Allah masih melindungi mereka, kalau tidak. Apa kabar nasib mereka pagi itu.

"Ma--maafkan aku, aku terkejut," ucap Jin Hyun kembali melajukan mobilnya perlahan.

Hila hanya diam karena masih gemetar dan shock. Kalau boleh, Hila ingin sekali meninju wajah sok polos milik Jin Hyun. Seolah ia tak melakukan kesalahan apapun.

"Memangnya terkejut kenapa, kau menabrak sesuatu?" tanyanya menoleh kearah belakang.

"Kau bilang mengkhawatirkanku, kau bercanda kan?" tanya Jin Hyun menoleh sejenak.

Hila menaikan satu alisnya heran. Apa masalahnya dengan kalimat itu.

"Aku serius, memangnya kenapa? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, kamu tidak mau bicara padaku selama dua minggu lebih. Kamu gak mengabariku ketika sudah sampai Seoul, malah menitipkan salam pada Onnie Mi Rae. Beralasan HP rusaklah, sibuk lah, istirahatlah ...nyatanya kamu memang menghindariku, kan! Dasar sok kuat," gerutu Hila disambut tawa renyah oleh Jin Hyun.

Bagaimana tidak, baru kali ini Jin Hyun melihat, betapa lucunya Hila saat kesal dan ngedumel macam emak-emak yang tidak diberi uang belanja selama dua minggu.

"Astaghfirulloh, kenapa malah tertawa, kamu kira aku bercanda?" tanya Hila tambah kesal menatap tajam kearah Jin Hyun.

Jin Hyun masih menatap jalanan sembari menahan tawa karena tingkah langka sang istri.

"Tidak, tidak ...kamu kan selalu serius. Astagah, memangnya kenapa kau jadi kesal begitu, selama aku tak mau bicara denganmu?" tanya Jin Hyun berniat menggoda.

Namun ia mendapat cubitan kecil nan perih di pinggang berototnya.

"Akhh, appo!" pekiknya langsung memegangi pinggangnya.

"Ih, malah bertanya. Dengar yah, saat kamu berangkat kamu bilang ada masalah di Choi Corp yang membuatmu harus mengatasinya sendiri langsung dengan tanganmu. Bagaimana tidak khawatir, sementara kamu mengabaikanku. Kamu tak mau bicara denganku walau hanya sekedar mengabari saja. Memberitahuku apa yang menjadi masalahmu dan ..."

Jin Hyun menoleh sejenak, ia terheran melihat ekspresi Hila yang berubah pias.

"Kenapa?" tanyanya cemas.

"Dan setelah aku sampai di Seoul, semua pemberitaan memberitakan tentangmu yang jatuh sakit. Kamu tau, saat itu aku merasa seperti orang paling bodoh dan jahat. Tak berada disamping suamiku ketika ia sakit dan tertimpah masalah besar. Tapi aku jadi menyesal telah merutuki diriku sendiri, padahal yang dikhawatirkan malah tertawa riang tanpa masalah ..." wajahnya berubah kesal lagi.

Suamiku Mantan Idol (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang