Manis.
Itulah yang terlintas di pikiranku saat berbincang dengannya. Tubuh mungil itu, yah paling 145 sentimeter dipadu mata bundar serta rambut cokelat sebahunya benar-benar sempurna.
"Farrel kamu sekolah di mana?"
Ini hari ketiga setelah dia pindah ke sini. Mungkin ...? Karena aku baru melihatnya tiga hari kemarin.
"Di Estrella Hesper. Dekat dari sini kok." Aku menyahuti seraya menurunkan cangkir teh yang masih mengepul uap diatasnya.
Dia mengangguk.
"Sekolahnya seru?"
Tidak juga.
"Seru kok. Aku bisa belajar banyak hal dan bersosialisasi dengan baik." Aku melempar pandangan pada cakrawala saat mengatakan itu.
"Bohong ya?"
Sontak kedua mataku kembali padanya dengan posisi membulat sempurna. "Apa sih?"
Dia tersenyum penuh arti. "Aku tahu kamu bohong."
"Kamu sekolah di mana?" tanyaku.
Kali ini, dirinya yang menatap cakrawala yang tengah memancarkan sinar orangenya.
"Pekerjaanku hanya mengamati cakrawala yang indah."
Setelah itu, entah kenapa percakapan kami berhenti. Lidahku kelu tidak tahu harus merespon seperti apa dan dia tampak larut dalam pikiran.
09/04/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
Short Story15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...