"Bi, bunga yang ini dibungkusin satu tangkai, boleh?" Aku menunjuk bunga mawar putih yang disatukan dengan kumpulan mawar putih lain di satu tempat.
Bibi itu mengangguk dan segera bergerak melapisi bunga itu dengan plastik cantik. "Buat siapa, Dek?"
"Buat temen." Aku ersenyum simpul dan mengeluarkan selembar uang.
---------
Aku menaiki tangga dengan tergesa. Membuka jendela dan melambaikan tangan pada Floren yang tampak heran dengan suara berisik yang berasal dari rumahku, tepatnya dari diriku.
"Ada apa?"
Aku tersenyum lebar. Menyerahkan setangkau bunga mawar putih dari belakang punggungku. "Hadiah balasan dariku."
Dia menerima bunga itu dengan senyuman lebar. Ia memegang bunga itu dengan lembut.
Dia tampak hendak menuliskan terima kasih di catatannya. Aku memotong secepat mungkin. "Bunga itu cantik 'kan. Secantik kamu dan kebaikanmu."
Kedua mata bundar itu langsung menatapku. Kedua tangannya berhenti bergerak. Mata kami bertatapan dan jantungku berdetak kencang.
"Makasih, Farrel," ucapnya tanpa suara yang diakhiri dengan senyumannya yang manis.
"Sama-sama. Kamu suka?" Aku mendudukan diri diatas kursi.
Dia mengangguk. "Suka banget." Kemudian ia mendekatkan bunga itu ke hidungnya yang mancung. "Wangi."
Aku terpana.
Dia berbicara tanpa suara, dan aku mengerti begitu saja.
10/05/2018
A/N : Minggu depan icha uas. Jadi maafkan minggu depan nggak akan update :'<
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
Short Story15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...