"Farrel."
Suara asing masuk ketelingaku. Suara yang terdengar parau dan serak, yang membuatku merinding seketika. Tapi dilain sisi, sungguh familiar.
"Suaraku aneh 'kan? Farrel."
Aku menoleh ke asal suara. Dia berdiri disampingku. Matanya basah, karena air mata.
"Kamu jahat sekali mengatakan itu didepanku."
"Floren ...? Ini betulan kamu?" Aku refleks bergerak ingin menggenggam tangannya. Tapi tak bisa. Kami tak bisa bersentuhan.
"Jadi dari awal---"
"Aku hanya ingin menolong Farrel yang sedih." Dia terdiam. Bahunya bergetar hebat. "Maaf kalau aku malah menyakiti Farrel. Maaf."
Aku tersentuh. Floren kamu ... baik sekali.
Ia menghapus air matanya."Farrel tidak takut padaku?"
Aku tertawa. "Kenapa aku harus takut pada gadis manis sepertimu? Hanya karena kau tidak bisa dilihat orang lain?"
Dia menunduk malu. Imut sekali.
"Hei. Terima kasih banyak buat semuanya." Aku menatap kedua mata cokelat bundarnya yang cantik. "Aku menyesal tidak mengenalmu jauh sebelum ini."
"Rel. Jangan menyesal. Aku senang kok bisa bertemu denganmu, berbincang dan membantumu setelah aku pergi." Suaranya kini tak membuatku merinding. Aku cepat terbiasa dengan suaranya yang unik.
Aku mengangguk. "Ngomong-ngomong kita tidak bisa saling bersentuhan bukan?"
Dia mengangguk.
Aku merangsek maju, mataku lurus menatap kedua mata bundarnya yang perlahan terpejam. Bibirku menyentuh udara kosong--atau lebih tepatnya bibirnya.
Aku bertemu dengan seseorang yang begitu berarti dan membantu dalam hidupku, walau pertemuan itu terlaksana setelah dia pergi, setelah takdir merenggut hidupnya dengan kejam.
Tubuhnya bercahaya lembut. Ia melepas sentuhan kami. Senyumnya terbentuk. "Tugasku selesai. Bahagialah Farrel Esa Dione."
"Kamu akan pergi?" Aku berusaha meraih tangannya, dan menahannya. Tapi itu percuma..
Dia mengangguk. "Aku ingin bahagia, seperti Farrel yang akan bahagia."
Sedetik berikutnya dia berubah menjadi bola cahaya putih yang bersinar lembut.
Aku jatuh, terduduk lemas di lantai. "Terima kasih, Floren."
THE END
26/09/2018EPILOG >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
Короткий рассказ15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...