Brak!
"Wow." Aku perangah melihat kondisi rumah yang kacau balau. Barang berserakan di mana-mana, pecahan piring tampak hadir disemua titik.
Setelah melewati daerah kacau itu aku menaiki tangga dengan cepat. Masuk ke kamar dengan tergesa dan membuka langsung membuka jendela.
Floren di sana. Kembali menatap intens cakrawala yang menampilkan gemerlapnya malam hari dengan segala cahaya buatan dan alam terlampir di angkasa.
"Hallo, Flo!" Aku melambaikan tangan dan memasang senyuman lebar. "Kangen tidak?"
Dia sedikit terkejut melihatku. Kemudian tangannya mengisyarakat sebuah benda kotak persegi panjang.
"Oh! Bukumu masih di sini ya." Aku segera meraih buku catatannya itu dari lantai dan memberikannya.
Dia menerimanya dan menuliskan jawabannya. Entah kenapa aku berdebar menunggunya.
"Dasar mahluk bodoh!"
"Apa eh?" Aku kehabisan kata-kata. "Kamu masih marah?"
"Iyalah! Idiot!"
Aku terdiam. Dia benar-benae marah smapai mengganti kata 'bodoh' dengan idiot.
"Maaf." Hanya itu yang bisa kuucapkan.
"Jangan ulangi lagi hal kayak gitu!"
Aku membeku. Darahku serasa mengering. Aku tidak bisa menjajikan hal itu.
"Aku sayang Farrel tahu! Idiot banget sih kayak gitu."
Dia menurukan catatannya. Kedua mata cokelat bundar itu fokus menatapku. Perlahan cairan bening mengalir keluar dari sana dan melintasi pipinya yang tirus.
"Tapi syukurlah Farrel baik-baik saja. Aku senang lihat Farrel lagi."
04/06/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
Short Story15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...