Momen -25-

291 40 4
                                    

Papa memutuskan mengantar Ibu itu pulang sampai ke rumahnya. Meninggalkanku sendirian dengan pikiran yang meronta-ronta dengan hal-hal diluar nalar yang terjadi.

"Bu. Apa Floren  ... seorang disabilitas?"  Aku bertanya dengan hati-hati saat tangisannya mereda.

Jawabannya mengejutkanku. Dia menggeleng. 

Itu adalah hal yang tidak masuk akal pertama. Kedua, jika Floren terbunuh begitu lama, mungkin sebulan lalu, mengapa aku tidak mencium bau busuk pekat padahal jasadnya ada di kamar sebrang.

Terakhir, kenapa aku bisa berbincang dengannya.

Aku mengangkat kepala.

Ini terlalu tidak masuk akal dan membingungkan. Lalu siapa yang aku lihat dua hari lalu dan meminta maaf?

"Flo. Aku kangen. Ini rasanya menyakitkan sekali."

Setelah Dia PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang