Aku membalik halaman demi halaman materi ulanganku esok hari. Saat ini mentari hampir terbenam, semburat orange terlukiskan indah di langit dan dihadapanku, Dia sedang melukiskan keindahan tersebut.
"Kau akan memberikannya untukku lagi, tidak?" celetukku yang membuat ia tersentak.
Bibirnya mengerucut sebal. Kemudian tidak membalas karena sibuk dengan cat dan kuas.
"Flo." Aku menutup buku materi. Mendekat ke sisi jendela dan menatap dirinya yang menatapku dengan kening berkerut.
"Ada apa?" Dia berbicara tanpa suara padaku.
Aku menggeleng "Tidak apa. Lanjutkan saja."
Kepalanya miring sedikit ke kanan, kemudian kembali fokus pada kanvasnya.
Sedang aku memperhatikannya yang tengah mewarnai kanvas dan sesekali menatap langit senja.
"Langitnya cantik ya? Warnanya orange, menenangkan."
Dia megangguk tanpa mengalihkan pandangan dari kanvasnya.
"Kau jadi sangat suka melukis nih?" Aku menaik-turunkan nada. Menggoda.
Dia tertawa kecil. "Iya."
"Sebenarnya aku memang suka melukis sejak lama. Tapi tidak boleh."
"Tidak boleh?" Aku menatapnya bingung. "Kenapa tidak boleh?"
Sejenak matanya tanpak kosong. Dia tersenyum simpul dan menulis kembali.
"Pokoknya tidak boleh."
"Terus sekarang boleh?" Aku menatap kedua mata bundar itu yang hilang sinarnya.
"Iya. Boleh."
24/05/2018
A/N: ada yang kangen ichaa? /plak/ eh maksudnya kangen Farrel dan Floren. X'D
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
Short Story15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...