Aku bersiap berangkat sekolah. Memasukan perlengkapan ujian ke tas dan menatap jendela sesaat. Kamar Floren masih gelap, tertutup tirai merah muda secara sempurna.
"Floren ke mana?" Kekhawatiran menghantuiku.
Aku mengeyahkan pikiranku dan berusaha fokus untuk ujian hari ini, berharap sepulang nanti Floren sudah duduk manis di sana, menatap cakrawala atau pun menatapku dengan saksama.
Sayangnya tidak ada.
Sepulang sekolah pun Floren tetap tidak ada di sana. Aku berteriak khawatir, "Floren kamu ke mana?!"
Lenggang. Tidak ada jawaban dari sana.
Kepanikan menguasaiku, aku segera berbalik beranjak ke rumahnya dengan tergesa, namun lemparan pulpen mengejutkanku. Aku menoleh.
Dia berdiri di sana, dengan mata yang basah. Menatapku begitu dalam, meninggalkan kesedihan di sana. Aku mengambil pulpen yang dilempar dan menyerahkannya.
"Maaf."
"Untuk apa, Flo?"
"Maaf."
"Farrel?" Suara berat itu sontak membuatku menoleh. "Kau bicara dengan siapa?" Papa berdiri diambang pintu dengan kening berkerut.
Aku berbalik menagap Floren, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Ke mana dia?
Langkah besar Papa mendekat. "Mau makan malam?"
"Apa?" Aku menoleh ke arahnya Bingung.
"Nanti mau makan malam denganku?" Senyum tipisnya terbentuk. "Mulai hari ini, aku akan banyak tinggal di rumah ini. Jadi mari mengakrabkan diri, Rel."
Papa berbalik, meninggalkanku yang bergeming di sisi jendela sementara Floren juga menghilang entah ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Dia Pergi
القصة القصيرة15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah rumahku. Kami sering bertukar sapa, saling bercakap, menjalin hubungan pertemanan dengan baik di a...