.
.
.
Mau mundur udah terlanjur ketahuan.
Mau maju, takut di tolak.
Kan baru mau berubah, masak udah di tolak. Kan gak enak banget.Ega menggerutu dengan memukul mulutnya beberapa kali.
"Bego, bego, bego." Aulia yang melihat sahabatnya seperti itu hanya terkekeh saja.
Pasalnya Ega tidak pernah mati kutu selama ini dan ini adalah kali pertama Ega seperti patung pancoran."Ga, kesempatan dalam kesempitan ini mah. Sikat Ga." Bisik Aulia di telinga Ega.
"Teman kurang ajar, seharusnya kan dia ngebantuin bukan malah kayak gini."
Irwan berjalan kearah nya yang masih mematung. Mungkin jika jantung Ega ikut pacuan jantung siapa yang pacuannya paling keras. Mungkin Ega lah pemenangnya.
"Lo ngomong apa tadi...???" Tanya Irwan datar sambil memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Dia ingin tau seberapa besar gadis itu akan berani setelah dia berada di dekatnya.
Ega menggigit bibir bawahnya, Irwan saat berada sedekat ini makin tampan dan makin keren. Batin Ega.
Salah fokus. Irwan yang tak kunjung di jawab pertanyaannya pun memiringkan kepalanya seperti orang yang akan mencium.
Ega melototkan matanya.
OMG ciuman pertama Ega akan habis oleh Irwan sekarang juga, mampus Ega baru aja selesai ngemil. Gimana kalau mulut Ega bau?"Aduhhhh, aku harus apa...? Mulut aku bau gak ya...? Masak ciuman pertama , mulut aku kebauan." Ega membatin sambil menelan salivanya gugup. Ini pertama kali dalam peradaban dunia Ega bisa sedekat ini sama Irwan.
Sekali kalinya dekat malah dapatnya dua sekaligus."Aku harus apa...??? Tutup mulut apa...? Pejamin atau buka mata...?" Ega membatin sambil menggigit bibir bawahnya pelan saat Irwan semakin dekat.
Viks, setelah nafas Irwan terasa di wajahnya, Ega dengan cepat menutup matanya."Aaaaaaaaaa." Teman teman Ega terpekik melihat itu, Irwan idola sekolah sedang ingin mencium Ega si gadis ulat bulu. Bisa jadi TTS Ega.
"Kenapa lo tutup mata...? Ini sekolah bukan tempat tidur" Irwan mengucapkan itu kemudian berlalu begitu saja.
Ega langsung membuka matanya tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Auliiiiaaaaaaaa." Ega Berteriak kencang sambil duduk berselonjoran layaknya bocah kecil sambil menggerakkan kakinya tidak karuan. Ingat, Ega itu sejenis manusia yang memiliki kesamaan dengan spesies yang bernama ulat bulu. Jadi, kalau manusia biasa menganggap yang di lakukan Ega sekarang adalah hal yang memalukan, maka itu semua tidak temasuk dengan Ega.
"Ga, lo kenapa...?" Tanya Aulia bingung. Jangan di tanya kesalnya Ega sekarang seperti apa. Udah ngarep tinggi tinggi ehhhh pas udah di tinggi banget, langsung di henpas gitu aja. Kan sakit.
.
.
.
*****Irwan berjalan dengan santai sambil memasukkan satu tangannya kedalam saku. Irwan ini sejenis manusia yang jarang ngomong. Gak ngomong kalau gak penting.
Untuk dia ganteng."Irwan, kemana aja lo..? Gue berasa lagi nyari anak perawan yang kabur dari rumah kalau nyari lo." Sungut yayat sang sahabat, nah kalau yayat ini sejenis manusia aneh.
"Ada apaan..??"
"Lo kalau ngomong irit banget sih wan, lo gak ada niatan gitu buat nanya kayak gini sama gue. Ada apaan...??? Ada informasi heboh apaan...??? Lo ada gosip terbaru..?? Gitu kek, biar gue semangat cerita sama lo, biar gue gak berasa jadi kacang yang habis manis sepah di buang, behhhh pintar banget kan gue..? Lo punya sahabat kayak gue itu sebuah keberuntungan yang harus lo syukuri." Yayat berucap dengan bangga.
Irwan yang melihat keanehan sahabatnya itu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Yayat yang masih mengoceh sendiri tanpa tau bahwa Irwan sudah pergi meninggalkannya.
.
.
.
*******"Auliaaaaa, OMG dia tadi dekat banget sama aku, nafasnya terasa di muka aku. Aku sesak napas Aulia, kenapa aku gak pura pura pingsan aja ya tadi, terus biar bisa di kasih napas buatan. OMG aku rela deh." Ega tak henti hentinya mengoceh.
"Dasar mesum lo." Aulia menoyor kepala Ega pelan, tapi Ega justru tidak peduli.
Dia kembali senyum senyum sendiri."Ayo pulang, kelamaan disini, ntar lo kesambet lagi." Kata Aulia.
Tapi ucapan Aulia tidak di gubris sama sekali oleh Ega."Ga, Ega AYO PULANG." Teriak Aulia karena sedari tadi bicara tidak di dengar sama sekali.
"Ishhhhhh, Aulia. Aku gak budek ya, gak usah teriak teriak"
"Abis lo gak denger, dari tadi gue ngomong. Lo cuma ketawa aja sendiri, berasa lagi ngomong sama batu gue."
"Kamu duluan aja, akh di panggil buk Ika tadi."
"Apa perlu gue tunggu..? Bentar lagi hujan nih, ntar lo pulang sendiri lagi."
"Enggak usah, kamu pulang aja. Aku gak papa kok."
.
.
.
Setelah menemui buk Ika, Ega bergegas meninggalkan sekolah.
Cuaca siang hari ini, lumayan mendung. Kalau tidak cepat untuk pulang sudah pasti Ega akan di guyur hujan layaknya pohon.
Mungkin pohon akan tumbuh subur jika di guyur hujan, berbeda dengan Ega yang akan layu jika di guyur hujan.
Ega berdiri di depan gerbang menunggu siapa tau ada kendaraan umum yang melintas di depannya.Tapi sudah sepuluh menit lebih kendaraan tidak kunjung datang.
"Ini kendaraan lama banget, ini berasa kayak nunggu cinta kak Irwan yang gak datang datang." Ega tertawa sendiri jika membayangkan keadaan tadi pagi.
Gerimis mulai turun, meski hanya sedikit tapi tetap saja kalau lama kelamaan menunggu akan basah juga.Ega menghentakkan kakinya kesal, ini nih akibat gak denger pesan kakak sendiri.
Diminta pakai supir aja kalau ke sekolah, katanya takut ngerepotin.Tin
Tin
Tin
Suara klakson motor membuat Ega terperanjat kaget.
"Ngeselin banget sih!!!" Ega berbalik sambil menatap orang yang berada di belakangnya dengan garang. Emang Ega ini sekecil apa sih sampai perlu di tabrak.
Ega itu bukan kecil catat, cuma tumbuhnya cuma segitu doang.Ega menggigit bibir bawahnya setelah melihat siapa yang berdiri, Ega hampir saja menyemprotkan ceramahnya untuk orang yang ingin menabraknya itu.
"Kak Irwan...??" Ega tersenyum malu sambil menggerakkan kakinya. Ingat, Ega akan berubah layaknya ulat bulu jika bertemu dengan Irwan.
"Minggir, mau mati lo..?" Ucap Irwan datar pada Ega yang masih senyum senyum sendiri. Dia sedang di marahi tapi malah tersenyum.
Wajah Irwan sudah mampu menulikan Ega, jadi apapun yang ada di dekatnya tidak akan terdengar sama sekali jika ada Irwan di dekatnya.
"Minggir, gue mau lewat." Kata Irwan lagi masih dengan nada datar.
Setelah Ega tersadar, Ega langsung tersenyum kikuk dan malu."Kakak mau kemana...??" Tanya Ega polos.
"Mau pulang lah, beda sama lo yang kelayapan dulu baru pulang."
"Aku enggak kelayapan yah, enak aja." Ega tidak terima dibilang kelayapan, ingat walaupun Ega ini kayak ulat bulu tapi anti namanya kelayapan. Ega ini anak baik baik, cuma kalau di dekat Irwan aja penyakit ulat bulunya kambuh. Tapi Kan Ega mau berubah sebentar lagi.
"Terus apa namanya kalau bukan kelayapan kalau jam segini belum pulang..?" Irwan menaikkan alis mengejek. Catat, sepanjang sejarah ini bari pertama kali Ega diajak berkomunikasi oleh Irwan.
Tapi, kalau di pikir pikir Irwan nyebelin yah. Untung Ega cinta."Tadi abis dari ruangan buk Ika, terus aku nunggu angkot." Ega menunduk, sambil melihat sepatunya.
Ega tertunduk, takut menatap mata Irwan, takut khilaf."Ow." Hanya itu, Ega segera mengangkat wajahnya kearah Irwan dengan bingung.
"Kok cuma ow..?" Protes Ega tak terima.
"Terus..?" Irwan mengangkat alis sebelahnya.
"Kakak gak ada niat nawarin aku pulang bareng gitu..???"
#bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Teen FictionIrwan pernah mendengar kata cinta itu gila. tapi dia tidak pernah tau maksud apa yang terkandung dalam kata itu. Tidak mungkin kan hanya karena cinta orang bisa menjadi gila?? tidak masuk akal.