Adi melihat kepergian Irwan dengan menggeleng tidak percaya, seharusnya Irwan tidak melakukan ini semua.
Ega tidak ada sangkut pautnya dengan dendam masa lalu yang sudah mendarah daging diantara keduanya.
Tapi, kini Ega harus menjadi korban dari keegoisan yang tidak berujung itu."Kenapa lo Di? Geleng geleng kepala? Sakit kepala lo? Minum obat gih, tapi jangan sebut merknya ntar kalau mau beli. Sebut aja bodrex." Kata Yayat sambil makan.
Adi tidak peduli dengan omongan gila yang terlontar dari bibir tidak tau situasinya Yayat, yang dia pikirkan saat ini adalah bagaimana cara membuat Irwan tidak melakukan tindakan bodoh yang bisa saja menghancurkannya.
"Irwan itu coba bermain api, tapi dia gak tau bahwa api itu yang akan membakar dirinya sendiri nanti.""Karma brooo, ngapain si mainin api? Orang api aja gak pernah mainin dia. Cukup Intan sama sarah yang jadi korban." Kata Yayat lagi menyahut.
"Terserah lo deh Yat, terserah. Capek hati, capek batin ngomong sama lo. Gue lagi serius malah becanda. Becandaan lo enggak enak banget sumpah." Kata Adi meninggalkan Yayat yang meringis sambil menggaruk tengkuknya yang entah gatal atau tidak.
"Yaelah, gitu aja ngambek lo kuda bima. Kayak anak perawan lagi PMS lo, ngambekan. Iya udah, gue serius deh." Kata Yayat mengejar Adi yang sudah akan berlalu meninggalkannya.
"Adi, Di ini gue lagi ngomong bukan kumur kumur. Gitu aja ngambek, ntar gue beliin cilok didepan." Kata Yayat lagi.
"Yaelah Di, gue ini orang Di. Bukan martabak yang di kacangin dan di kasih coklat. Lo gak seru banget sih." Kata Yayat lagi mengejar Adi.
******
Ega dari pagi sudah siap memakai baju sekolah dan dengan tongkat sebagai penyangga tubuhnya karena kakinya masih sangat sakit.
"Yakin mau sekolah sekarang?" Tanya Fida pada adiknya yang keras kepala itu.
"Yakin dong, kakak liat dong orang aku udah pakai baju sekolah juga." Kata Ega kesal sambil duduk di meja makan yang masih kosong.
"Sarapan buat Ega mana?" Tanyanya bingung, biasanya dia kalau sudah keluar kamar. Makanan untuk sarapan pasti sudah tersedia bersama susu nya.
"Lah, orang bunda sama bik Imah lagi masak. Kamu tuh yang kepagian, gerbang sekolah aja belum buka jam segini." Ledek Fida membuat Ega mencebikkan bibirnya kesal.
"Iya enggak apa apa dong, itu berarti Ega rajin."
"Rajin apa? Rajin nyontek??" Ledek Fida membuat Ega kesal dan melemparkan buku yang di pegangnya tadi ke arah lantai.
"Ega gak nyontek ya. Cuma liat doang."
"Liat sama nyontek apa bedanya? Sama aja, awas kakak laporin bunda sama ayah biar di marahin suka nyontek." Kata Fida menakut nakuti Ega.
"Aduh, kaki Ega sakit." Kata Ega merintih terlalu berlebihan menurut Fida. Fida terkekeh melihat adiknya seperti itu.
"Alasan aja kamu, biar gak dilaporin kan?" Kata Fida sambil terkekeh geli melihat ekspresi Ega.
"Beneran sakit kak." Kata Ega sambil menunduk menunjukan wajah sedih, ini adalah ekspresi yang paling mudah membuat Fida luluh.
"Iya deh menang, kakak mana bisa menang kalau udah nunjukin muka gitu. Tapi Irwan buat kakak ya??" Goda Fida.
"Enggak boleh." Teriak Ega yang membuat Fida tertawa kencang.
"Ya Allah, ada apa sih pagi pagi udah ribut aja?" Tanya sang ayah yang baru keluar.
"Dek?? Mau kemana?" Tanya Reza sambil melihat jam di tangannya.
"Mau sekolah dong abang, masak iya mau ngamen sih." Kata Ega cemberut.
Memang apa yang salah sih? Semuanya aneh.
Ega bangun telat, katanya pemalas. Sekarang, Ega siap lebih awal mereka pada nanya ini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY LOVE
Teen FictionIrwan pernah mendengar kata cinta itu gila. tapi dia tidak pernah tau maksud apa yang terkandung dalam kata itu. Tidak mungkin kan hanya karena cinta orang bisa menjadi gila?? tidak masuk akal.