Kecewa

324 21 1
                                    

Bukan marah yang membuat orang perlahan menjauh.
Tapi rasa kecewa.

Irwan turun dari mobilnya dan berteriak kencang memanggil nama Ega.

"Egaaaaa, lo dimana??" Teriak Irwan sambil mencari cari sosok Ega.

Irwan yang sudah berteriak seperti orang gila pun kembali masuk mobilnya, merutuki kebodohannya sendiri yang sudah meninggalkan Ega.

Irwan memukul stir mobilnya dengan keras, sangat kencang hingga buku tangannya lecet. Tapi, rasa sakitnya tidak terasa sama sekali.
Dia sudah kecewa pada dirinya sendiri. Menghancurkan cinta Ega hanya karena egonya sendiri.

Irwan kembali melajukan mobilnya menuju rumah Ega, berharap gadis itu sudah sampai di rumah.

Ini karena kebodohannya sendiri, saat mendengar ucapan Ega. Dia merasa menjadi orang yang paling jahat dimuka bumi ini.
Bahkan dengan gampangnya gadis itu membolak balikkan hatinya hanya karena perkataan itu.

Irwan kembali melajukan mobilnya dengan kencang, hingga didepan rumah itu dia melihat Ega berdiri bersama Aulia yang tengah memeluknya.

"Maafin gue." Bisik Irwan, meski tidak ada yang mendengar bahkan tidak akan merubah apapun.
Tapi setidaknya penyesalan itu semakin menggerogoti hatinya saat ini. Merasa jadi orang bodoh dan pengecut secara bersamaan.

"Enggak seharusnya lo cinta ke gue, karena itu sebuah kesalahan fatal yang pernah lo lakukan." Bisik Irwan pelan.

"Gue gak pantas untuk lo cintai sampai sedalam itu, cinta lo terlalu berharga untuk orang sebrengsek gue." Kata Irwan sambil merutuk dirinya sendiri, menyalahkan dirinya sendiri.
Menatap Ega yang masih menangis, airmata itu jatuh karenanya.
Gadis yang biasanya memiliki senyum terindah itu kini hilang dimata Irwan.
Kini hanya ada gadis yang tersakiti karena ulahnya.

"Mulai saat ini, lo harus berusaha lupa bahkan seharusnya lo amnesia. Biar lo lupa bahwa lo pernah cinta laki laki brengsek ini." Bisik Irwan lirih kemudian meninggal pekarangan rumah Ega.

***

Ega menangis dihadapan Aulia, kebetulan rumahnya sedang sepi hari ini.
Reza dan Fida sedang bekerja, sedangkan Ayahnya keluar kota mengurus pekerjaan ditemani bundanya.

"Kok bisa?" Aulia lagi lagi bertanya dengan sabar, sebab sejak pertanyaan itu terlontar. Ega tidak menjawab, yang dia lakukan hanya menangis saja.

"Gue tanya Ga? Kok lo bisa ditinggalin dijalan? Kalau dia gak niat nganterin lo, ya mending gak usah, dari pada ditinggal dijalan kayak cabe cabean." Kata Aulia kesal.

"Aku bukan cabe cabean Aul." Kata Ega tidak terima, saat menangis saja dia masih bisa seperti ini.

"Iya udah terserah deh, yang pasti kenapa dia ninggalin lo?"

"Ini bukan salah kak Irwan, aku sendiri yang udah suka." Jawab Ega tidak nyambung, dengan mata yang semakin memerah karena berusaha menahan tangis.

"Gue minta jawaban yang pasti Ga, bukan ambigu gini." Jelas Aulia, rasanya sangat gemas jika mendengar jawaban Ega yang bertele tele dan macam siput yang lagi berjalan. Lama!!.

"Pokoknya yang salah aku, jangan marah sama kak Irwan. Kan yang cinta sama kak Irwan aku, bukan kak Irwan yang cinta aku." Ega menggigit lidahnya kelu, ternyata patah hati lebih sakit dari disuntik dokter.
Ega pikir, disuntik dulu paling sakit karena dia tidak suka dokter dan jarum suntik.
Tapi ternyata, sakit hati lebih sakit.

Aulia gemas sendiri mendengar jawaban Ega, andai dia tidak menangis mungkin sudah Aulia lempar.
Aulia minta jawaban, tapi dia menjawab semuanya tidak sesuai dengan yang diminta Aulia.

"Gue tanya sekali lagi, Kenapa dia ninggalin lo?"

"Ya kan aku cintanya kak Irwan, bukan kak Irwan yang cinta aku. Itu udah cukup, ya udah itu aja. Lagian, kata kak Irwan dia gak cinta aku." Aulia memutar matanya, lelah juga menghadapi Ega yang keras kepala macam batu ini. Sudah jawabannya tidak bisa diterima akal, sekarang ucapannya juga tidak nyambung.
Sebenarnya dosa macam apa yang diperbuat Aulia di masa lalu sampai harus punya sahabat macam Ega ini.

"Kata Alvin, dia ngedeketin aku buat balas dendam, tapi gak apa apa kan? yang cinta aku. Bukan kak Irwan. Jadi ya aku gak apa apa. Aku masih suka sama dia." Kata Ega sambil menghapus airmatanya. Dia bilang tidak apa apa tapi tetap saja dia menangis.

Aulia mengepalkan tangannya kuat, jadi sahabatnya hanya dijadikan alat.
Aulia pernah dengar cinta itu gila, tapi dia tidak tau cinta akan segila ini.
Ega malah mengatakan dia masih mencintai Irwan padahal didepan mata dia sudah dipermainkan.

***

"Dari mana kamu?" Irwan menghentikan langkahnya saat suara seseorang yang sangat familiar di telinganya terdengar.
Irwan tak menjawab, saat ini moodnya sedang sangat buruk dan tidak ingin semakin memperburuk moodnya untuk meladeni mereka. Mereka? Iya kedua orang tuanya.
Mereka sepertinya baru pulang.
Tidak ada perbedaan sebenarnya untuk Irwan, mereka mau pulang atau tidak. Meskipun mereka pulang, mereka asyik dengan dunia mereka sendiri. Pulang atau pun tidak. Sama saja.

"Irwan papa lagi bicara. Jangan kurang ajar kamu!!!" Serunya membuat langkah Irwan berhenti seketika.
Irwan berbalik, maju mendekati kedua orang tuanya. Orang tua yang disayangi tapi membuatnya kecewa berkali kali.

"Papa bilang kurang ajar?? Iya aku memang kurang ajar, karena gak ada orang yang mengajarkan aku tentang sopan santun."

"Jadi kenapa papa harus heran kalau aku kurang ajar? Kenapa papa harus heran saat papa gak pernah mengajarkan itu semua sama Irwan, papa sama mama yang udah buat Irwan seperti ini!! Kalian asik dengan dunia kalian sendiri." Kata Irwan kasar, selama ini dia tidak pernah mengungkapkan isi hatinya, tapi sekarang semuanya menguap.

"Kami melakukan ini semua demi kamu nak." Kata sang mama pelan.

"Irwan gak butuh uang mama sama papa, Irwan butuh kasih sayang. Irwan terus kalian cengkoki dengan uang tapi tidak dengan kasih sayang." Kata Irwan kemudian berlalu, tidak ingin amarah semakin menguasai hatinya.

"Irwan pikir kalian sudah lupa, rumah kita dimana." Kata Irwan kemudian berjalan lagi memasuki kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya yang terdiam. Tidak pernah menyangka ternyata apa yang mereka lakukan selama ini salah.
Salah besar.
Mereka pikir. Irwan bahagia dengan apa yang mereka berikan selama ini. Tapi ternyata tidak.
Mereka sudah gagal menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka.

#bersambung

CRAZY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang