Malam itu hujan mengguyur Seoul cukup deras. Dan disana, dihalte bus, Jimin meringkuk menggigil kedinginan dengan koper disebelahnya.
Setelah Yoongi mengusirnya tanpa rasa kasihan, Jimin segera berjalan pergi dari apartemen. Kepalanya sakit sekali. Badannya bertambah panas apalagi setelah kehujanan tadi.
Dia tidak tahu harus kemana, apalagi malam-malam begini. Tidak mungkin dia menghubungi Jihoon. Jihoon pasti akan memberitahukan pada Eomma dan Appa Min. Jimin tidak mau mereka khawatir, apalagi Eomma baru saja sembuh dari sakitnya.
Merasa tidak ada pilihan, dia menelepon pelayan Shim. Jam segini mungkin dia sudah tidur.
"Halo?" suara serak khas bangun tidur.
"Unnie?"
"Jimin? Ada apa? Tumben meneleponku. Kau dimana? Kenapa berisik sekali suara hujan, kau diluar?" pelayan Shim setengah berbisik.
"Unnie bisa jemput aku di halte depan gedung Cheiljedang? Aku mohon Unnie. Tapi jangan bilang pada siapapun, Eomma atau Appa atau Jihoon."
"Kau baik-baik saja Jimin-ah? Suaramu bergetar begitu? Baik, aku akan pergi, kebetulan semua belum pulang dari pernikahan teman Tuan Besar. Tunggu aku disana Jim."
Pelayan Shim segera bergegas, bersiap-siap menjemput Jimin. Mendengar suara Jimin, dia menjadi sangat khawatir. Ada apa ya?
"Kau mau kemana, pelayan Shim?" tiba-tiba Jung Ahjumma lewat.
"Aku...aku.... Ah, apa yang sedang kau lakukan Nyonya?"
"Aku sedang mengecek apa Tuan sudah pulang. Lalu kenapa kau disini mengendap-endap? Mau kemana malam-malam begini?"
"Aku ...tidak....kemana-mana...Aku...aku..." pelayan Shim jadi gagap karena gugup.
Jung Ahjumma memicingkan matanya, "Jangan berbohong padaku, Shim."
Merasa tidak ada pilihan, dia berkata yang sejujurnya.
"Aku mau menjemput Jimin di halte depanCheiljedang, Nyonya. Tadi dia meneleponku. Suaranya bergetar. Aku khawatir terjadi sesuatu."
"Jimin? Ada apa... kenapa dia ada dihalte malam-malam begini?"
"Justru itu aku tidak tahu. Aku mohon Nyonya ijinkan aku keluar. Tapi...Jimin bilang jangan bicara pada Tuan atau Nyonya Besar soal ini."
"Hmmm mencurigakan. Aku akan ikut denganmu. Ajak supir Hwa. Tuan dan Nyonya Besar pasti masih lama pulangnya."
"Baik Nyonya."
**
Setengah jam kemudian, mereka sampai di halte itu. Hujan masih belum juga berhenti.
Sesampainya disana, mereka terkejut mendapati Jimin sudah pingsan, dan lebih terkejut lagi melihat ada koper disana.
"Ya Tuhan...Jimin!!" seru pelayan Shim. Dia dan Jung Ahjumma lalu membopong Jimin.
"Tuan Hwa, cepat buka mobilnya, kita harus segera Jimin ke rumah sakit.
"Rumah sakit mana Nyonya?"
"Dokter Kim...kita harus ke dokter Kim!" tanpa sadar karena panik pelayan Shim berteriak.
Dan mobil pun segera meluncur kesana. Jung Ahjumma segera menelepon dokter Kim, beruntung dia masih ada disana.
Sesampainya di rumah sakit, perawat segera mendorong tempat tidur menjemput Jimin turun dari mobil, dan segera dibawa ke IGD.
"Ada apa ini sebenarnya Nyonya Jung?" dokter Kim sangat terkejut melihat keadaan Jimin.
"Aku sendiri tidak tahu dokter. Jimin hanya meminta pelayan Shim menjemput dan saat kami datang sudah begitu kondisinya."
"Oke kalian tunggu disini. Aku akan segera kembali setelah mengeceknya."
"Baik dokter, tapi aku mohon jangan beritahukan ini kepada Tuan dan Nyonya. Jimin yang memintanya."
"Baiklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Come Back To Me!
FanfictionFF kedua nih... Ditunggu komen dan votenya ya....^^ Yoongi dan Jimin berakhir dalam sebuah hubungan karena dijodohkan. Tapi apakah jalan cerita mereka sama seperti semua perjodohan pada umumnya?? ✔ This story belong to me ✔ Don't be a silent reader ...