Sepulang mengantar Irene, Yoongi masih saja emosi. Dia beberapa kali memukul stir mobil sebagai pelampiasannya.
"Aku harus segera mencari akal untuk menceraikan Jimin. Aku sudah tidak kuat!" teriaknya.
Saat Yoongi tiba di apartemen, lampu ruang tamu sudah gelap. Ruang tamu sudah bersih, begitupun kamarnya. Tampaknya Jimin sudah membereskan semua kekacauan tadi. Yoongi lalu cepat-cepat tidur. Fisik dan kepalanya capek menghadapi kejadian hari ini.
Keesokan harinya, Jimin bangun lebih awal. Seperti biasa dia membuatkan sarapan untuknya dan Yoongi, meskipun bagian Yoongi tidak pernah disentuh. Yoongi selalu memilih sarapan diluar ketimbang memakan hasil masakannya.
Jimin bertekad melupakan kejadian kemarin, dan bersikap seperti biasa. Selesai sarapan dia lalu cepat pergi, meninggalkan Yoongi yang masih tertidur.
Pip...pip..
Handphonenya berbunyi saat Jimin sedang menunggu bis di halte. Tertera nama Jihoon disana.
"Halo Jihoon-ah... tumben menelepon?"
"Nuna, apa aku mengganggu? Kau dimana?" seru namja disana.
"Ani, aku sedang dijalan mau ke kafe. Ada apa?"
"Kita ketemu di kafe tempatmu bekerja saja ya, annyeong..."
Ada apa dengan Jihoon? Suaranya serius sekali?, pikir Jimin.
Setibanya di kafe ternyata Jihoon sudah disana.
"Jihoon-ah....!" panggil Jimin.
Sang adik tersenyum melihat Nunanya datang.
"Ayo silahkan duduk. Kau pelanggan pertama hari ini. Biarkan aku mentraktirmu." kata Jimin lagi.
"Apakah aku sudah miskin sehingga kakakku yang membayar, hmmm?" goda Jihoon sambil tersenyum.
"Hahahahahah... Dasar kau."
"Baiklah aku mau Americano Ice saja."
" Itu saja? Dessertnya?"
"Tidak Nuna, aku takut gemuk!" bisik Jihoon.
Mendengar itu Jimin hanya menepuk bahunya pelan sambil tertawa. Adik iparnya ini tidak pernah gagal membuatnya tertawa.
10 menit kemudian pesanan Jihoon datang.
"Jadi, apa yang membawamu tiba-tiba bertemu denganku Jihoon-ah?"
Ekspresi Jihoon tiba-tiba berubah serius.
"Nuna, apa kau baik-baik saja dengan Yoongi Hyung?"
Jimin terkejut mendengarnya, tapi ekspresinya tidak berubah.
"Tentu saja. Semua berjalan lancar. Ada yang salah?"
"Betulkah? Kau tidak sedang berbohong?"
"Ani.."
"Sungguh? Tapi kupingmu memerah Nuna. Itu tandanya kau tidak jujur. Jangan lupa aku mengenalmu dari kecil, walaupun kita tidak sering bermain bersama."
Jimin terkejut lagi. Adik iparnya ini walaupun suka bercanda tapi sangat detail. Dia lebih perhatian daripada Yoongi.
"Yak Jihoon-ah, ini karena udara yang terlalu panas.. Kau ini ada-ada saja" Jimin menutupinya dengan tertawa, "Lagipula kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?"
"Hmmm entahlah.. Beberapa hari yang lalu saat aku menjemput temanku, aku melihat Hyung di Incheon bersama dengan seorang yeoja. Bergandengan tangan mesra sekali. Dia...."
"Itu pasti koleganya atau sekretarisnya Jihoon-ah" potong Jimin cepat.
"Nuna, aku tidak...."
"Kau harus mempercayai Hyungmu sayang. Dia orang yang baik, dia tidak mungkin macam-macam." bela Jimin sambil tersenyum.
Entah mengapa meskipun Jimin terlihat tenang, Jihoon bisa mendengar suaranya bergetar saat membicarakan Yoongi.
"Oke Nuna. Baiklah kalau memang begitu. Aku hanya khawatir. Kalian tahu, hubungan yang terjadi karena perjodohan itu rentan hancur. Aku tidak mau kalian berdua menderita." kata Jihoon sambil meminum kopinya.
"Tenang saja Jihoon-ah. Hyungmu memperlakukan aku dengan baik dan manis. Aku bisa melihatnya kalau dia sudah membuka hatinya untukku. Kau tidak perlu khawatir. Meskipun begitu..." Jimin tersenyum, "Terima kasih atas perhatianmu."
"You're welcome Nuna. Kau tahu, kau adalah Nunaku yang terbaik" cengir Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Come Back To Me!
FanficFF kedua nih... Ditunggu komen dan votenya ya....^^ Yoongi dan Jimin berakhir dalam sebuah hubungan karena dijodohkan. Tapi apakah jalan cerita mereka sama seperti semua perjodohan pada umumnya?? ✔ This story belong to me ✔ Don't be a silent reader ...