#34

703 53 2
                                    

Sinar matahari menembus melalui celah-celah gorden, membuat Yoongi tersadar dari tidurnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah rambut Jimin yang masih tertidur di pelukannya. Senyumnya merekah mengingat kejadian semalam. Berapa kali pun pengalamannya dengan perempuan, dia tidak bisa membohongi, semalam adalah yang terbaik yang pernah dia rasakan.

Tangannya lembut menyisiri surai Jimin dengan perlahan. Lalu memeluk Jimin sedikit erat. Mencium kepalanya dengan sayang berkali-kali.

Tenang sekali tidurmu, padahal kau bilang kau rusuh jika tidur. Kasihan, semalam pasti kau capek. Terima kasih sayang. Aku mencintaimu.

Ciuman Yoongi membuat Jimin bangun dari tidurnya. Terbangun di dada bidang Yoongi dengan pelukan di pinggangnya adalah mimpi yang menjadi kenyataan.

"Huuum..." Jimin mengeratkan pelukannya di perut Yoongi.

"Sayang...tidurmu nyenyak sekali.." kata Yoongi mengelus punggung Jimin.

"Aku lelah, Oppa... Rasanya tulangku hancur semua.." keluhnya manja sambil menguselkan wajahnya di dada Yoongi.

"Hahahahahah, nanti lama-lama kau akan terbiasa. Aku mau mandi dulu, ya. Kau tidur lagi saja.." Yoongi bangkit, mengenakan kimono-nya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Maafkan aku tidak menyiapkan air hangat pagi ini, Oppa..." kata Jimin yang masih setengah mengantuk.

"Tidak masalah, sayang..." kata Yoongi lalu bergegas mandi.

Selesai mandi, Yoongi melihat Jimin kembali tertidur. Setelah beres-beres, Yoongi membetulkan letak selimut Jimin lalu turun ke bawah untuk sarapan.

"Pagi semua..." seru Yoongi sambil mencium pipi Eomma Min.

"Mana Jimin, Yoon?" 

"Dia masih tidur, Appa. Capek kelihatannya. Nanti sarapannya aku bawa ke kamar." 

Eomma Min dan Appa hanya saling bertukar pandang sambil menyengir geli.

"Memangnya apa yang kalian lakukan semalam sampai Nuna-ku kecapaian? Main bola?" tanya Jihoon usil sambil meminum kopinya.

"Hum... Main sepak bola..." jawab Yoongi asal sambil mengoleskan selai ke rotinya.

"Gol?" sambung Jihoon.

"Tentu saja, aku kan jago...." cengir Yoongi.

"Hahahahahahhaha..." tawa Jihoon menyembur, hampir saja tersedak kopinya.

"Sudah-sudah, Jihoon jangan terus menggoda hyungmu...." kata Appa memperingati sebelum candaan itu berubah menjadi pertengkaran.

"Hehehe iya Appa.... Oiya akhir bulan ini aku akan sidang skripsi. Dua bulan lagi kalau semua berjalan lancar aku sudah bisa wisuda."

"Good brother. Aku tunggu di perusahaan. Akan ku siapkan ruangan untukmu." kata Yoongi sambil mengacungkan jempolnya.

"Ya Jihoon, bantulah hyungmu mengurus perusahaan..." sambung Eomma Min.

"Tentu Eomma... Perhatian hyung ke depan akan terbagi antara perusahaan dan Nuna...Kalau ku biarkan perusahaan bisa terbengkalai..." ejek Jihoon memeletkan lidahnya.

"Damn you..." Yoongi menyeringai.

Jihoon hanya tertawa puas melihat ekspresi Yoongi.

"Eomma, Appa, aku berencana membawa Jimin liburan..." 

"Silahkan saja. Kemana? London? Paris? Hawai? Ajak Jimin ke vila kita yang di Hawai, pantai disana bagus-bagus. Jimin pasti suka." kata Appa.

"Hmm aku masih belum tahu, aku juga belum bicarakan dengan Jimin. Biar nanti dia yang menentukan akan kemana."

"Oh begitu. Ya bawalah Jimin jalan-jalan. Aku rasa itu baik untuk hubungan kalian." timpal Eomma.

"Ya Eomma, walaupun aku sadar sekeras apa pun kami berusaha, tidak akan ada tangisan bayi yang terdengar nantinya. Aku... maafkan aku tidak mampu memberi kalian cucu." Yoongi menundukan kepala menyembunyikan air mukanya yang sedikit keruh sekarang. 

"Jangan kau pikirkan, Yoon. Soal anak aku pernah katakan padamu. Kau bisa mengadopsi. Itu sama saja." Appa bersimpati padanya.

"Tenang saja, nanti Jihoon akan kusuruh punya anak yang banyak, toh anaknya juga anakmu, kan?" canda Eomma sambil tertawa ringan.

"Memangnya Eomma pikir aku pabrik anak?" Jihoon pura-pura kesal.

Yoongi, Eomma, dan Appa hanya tertawa melihatnya.

"Aku ke atas dulu Eomma, kasihan Jimin belum sarapan." pamit Yoongi sambil membawa nampan berisi roti-roti dan teh hangat.

Eomma hanya mengangguk dan tersenyum lembut.

Setibanya di kamar kasur dalam keadaan kosong dan terdengar suara shower dari kamar mandi.

"Ah, sudah bangun rupanya..." gumam Yoongi sambil menaruh nampan dinakas samping tempat tidur.

Pintu kamar mandi terbuka dan nampak Jimin hanya mengenakan kimono putih dan rambut yang terbungkus handuk.

"Kau sudah bangun rupanya. Kupikir tadi masih tidur." gurau Yoongi.

"Ya, ku paksakan mandi karena badanku semuanya terasa lengket. Aku ingin di kamar saja hari ini. Rasanya masih sedikit lemas. Dan.... Ini-ku sedikit sakit juga perih." jawab Jimin sambil meringis.

"Maafkan aku terlalu bersemangat semalam. Tapi percayalah nanti kau akan terbiasa. Ini karena baru pertama kali. Baiklah, karena kau ingin di kamar saja, maka akan ku temani..." kata Yoongi sambil mencubit lembut hidung Jimin.

"Kau tidak ke kantor, Oppa?"

"Ani... Aku ingin menemani istriku. Biar Sekretaris Lee yang menghandle semua."

"Hmm, baiklah..."

"Ayo sarapan dulu. Ada roti dan teh hangat."

Melihat makanan di nampan air liur Jimin terbit juga. Lekas dia memakan roti itu.

Melihat Jimin yang hanya memakai kimono dengan leher putih yang menggoda, mendadak panggilan alam milik Yoongi berbunyi.

"Sayang...." panggil Yoongi lembut.

"Hmmm?" Jimin memandangnya bingung.

"Kau tahu? Biar kau tidak merasa lemas, kita harus banyak latihan. Kita harus sering melakukannya....." kata Yoongi sambil menyeringai.

"Melakukan apa?" Jimin melongo bingung.

"Seperti semalam....." tanpa banyak basa-basi Yoongi langsung menarik Jimin ke tempat tidur.

"Kyaaaa...!! Oppaaa aku baru saja selesai mandi....."

Dan pagi itu 'pertandingan bola' dimulai lagi.

Please, Come Back To Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang