#27

592 43 0
                                    

Yoongi menatap Jimin yang sedang tertidur. Dari sejak dia tidur setelah diperiksa dokter Kim, tidak sedetik pun Yoongi beranjak dari sisi tempat tidur itu. Dia teringat kembali kata-kata Jimin sebelum akhirnya dokter Kim datang untuk memeriksanya tadi.

 "Aku melihat gaun pengantin itu, dan aku melihat bayangan aku memakainya dan berjalan menuju altar. Ada kalian semua disana, kecuali kau, Oppa."

Apa kau mulai mengingat semuanya, Jim?, batin Yoongi.

Dokter Kim mengatakan ada kemungkinan sel-sel otaknya mulai bekerja dan memproses hal-hal yang kemarin sempat Jimin lupakan. Disatu sisi Yoongi merasa senang bila ingatan Jimin mulai pulih, tapi disisi lain Yoongi khawatir bila Jimin akan membencinya lebih parah lagi meninggalkannya.

"Aku bingung harus bersikap, Jim. Aku mencintaimu, tidak ingin kau pergi lagi." Yoongi memandang Jimin yang tertidur tenang disana. Tangannya terulur hendak mengelus pipi Jimin, tapi sedetik kemudian dia menahan tangannya di udara. Dirinya melihat pipi Jimin yang halus, pipi yang pernah ditamparnya dulu. Hatinya teriris setiap kali mengingat perlakuannya dulu pada Jimin. Perasaan bersalah itu tidak pernah lepas membayanginya.

Perlahan Yoongi berdiri dan membetulkan letak selimut Jimin. Mencium lembut keningnya dan keluar dari kamar itu. Dia berjalan ke arah garasi dan melajukan mobilnya pergi. Dirinya perlu udara segar. Tidak, dia tidak ingin ke club atau tempat sejenisnya. Dia hanya butuh secangkir kopi. Tiba-tiba dia teringat kafe tempat Jimin bekerja dulu. Dia memutar mobilnya ke kafe itu dan betah berdiam disana sampai sore tiba.

**

Jimin terbangun, sudah sore ternyata. Matanya mengerjap karena kamarnya dalam kondisi gelap sekarang. 

"Yoongi Oppa..." panggilnya pelan. 

Aneh sekali dia bermimpi. Dalam mimpinya Yoongi bersikap sangat jahat kepadanya, mengusirnya sampai membuat dia menangis. Tetapi lalu dia bermimpi lagi Yoongi mencium keningnya dengan sayang. Dia bingung dengan mimpinya tadi. Sejenak dia merasakan rindu pada Yoongi, ingin bertemu dengannya, memeluknya dengan erat. Jimin tidak tahu kenapa padahal dulu dia tidak pernah ingin merasa sedekat ini dengan Yoongi.

Jimin segera bangun bergegas turun ke bawah mencari Yoongi. Dia mengetuk kamar Yoongi tapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Ada apa, Jim?" tanya Appa yang kebetulan lewat dari arah dapur.

"Appa, apa kau melihat Yoongi Oppa?" 

"Yoongi? Tadi dia menungguimu di kamar dari siang, ya kan?"

"Tidak Appa, waktu aku bangun dia tidak ada."

Tepat saat itu pintu depan terbuka dan masuk Yoongi yang sudah pulang. Begitu melihatnya, Jimin langsung berlari dan memeluk Yoongi erat. Yoongi dan Appa sangat terkejut dengan sikap Jimin.

"Ada apa, Jimin-ah? Kau baik-baik saja?" Yoongi malah jadi khawatir melihat Jimin bereaksi seperti itu.

"Aku takut, Oppa. Tadi aku bermimpi kau jahat padaku. Kau mengusirku. Tapi lalu kau datang dan mencium keningku. Aku takut Oppa. Walaupun aku bukan adik kandungmu, tapi aku mohon jangan usir aku pergi." Jimin menyembunyikan kepalanya di dada Yoongi sambil setengah terisak.

Yoongi bengong mendengar perkataan Jimin. Sedangkan Appa hanya bisa membatu di tempat. Baru saja Yoongi keluar untuk mencari angin segar, tapi mendengar perkataan Jimin malah menambah rasa sakit di hatinya. Dia sedih melihat Jimin menangis seperti ini. Persis seperti saat dia mengusirnya pergi dari apartemen waktu itu. Jimin juga memohon hal yang sama, jangan mengusirnya pergi.

"Tidak sayang, aku tidak akan mengusirmu pergi. Maafkan aku Jimin, aku tidak akan seperti di dalam mimpimu lagi. Aku sayang padamu, Jim." Yoongi memeluk Jimin erat, tidak terasa air matanya ikut menetes. Jimin terlihat begitu rapuh di matanya. Apa kau sangat trauma dan takut padaku Jim, sampai hal itu terbawa di mimpimu tanpa sadar?

Please, Come Back To Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang