#22

644 53 0
                                    

Dirumah keluarga Min, Jihoon sibuk menyuruh orang-orang suruhan ayahnya mencari Jimin. Begitu pun dengan Yoongi. Dia pergi mencari ke kafe tempat Jimin bekerja. Tapi hasilnya nihil, karena manager kafe itu mengatakan Jimin mengiriminya sms pemberitahuan resign hari ini tanpa mengatakan akan pergi kemana. Yoongi lalu keluar dari kafe itu dengan bingung. Hatinya hampa, pikirannya kosong. Kemana dia harus mencarinya? Sedari kecil Jimin hanya dekat dengan keluarganya, tapi kini karena perbuatannya dia harus kehilangan Jimin.

Jujur, setelah mendengar pengakuan Irene, hati Yoongi sendiri hancur. Dia sakit hati atas perlakuan Irene dan merasa bersalah disaat yang bersamaan terhadap Jimin. Andai dulu dia mau membuka sedikit hatinya untuk Jimin. Yoongi tidak memungkiri dengan kecantikan dan kepintaran Jimin, juga kemandiriannya, karena walaupun diangkat menjadi anggota keluarga Min, Jimin tidak pernah berubah. Dia tetap menjadi Jimin yang sama seperti dulu. Yoongi merasakan aneh dihatinya. Dia mengkhawatirkan keadaan Jimin.

Sementara itu, Jung Ahjumma lekas pulang ke rumah setelah mengantarkan Jimin. Dia mendapati keadaan rumah sepi. Hanya ada Tuan Muda Jihoon dan Yoongi. Rupanya Yoongi sudah kembali ke rumah.

"Tuan Muda, apakah Anda mau makan siang sekarang?" tanya Jung Ahjumma kepada Yoongi.

"Ya, Ahjumma. Tolong panggilkan Jihoon agar bisa makan bersama."

"Baik, Tuan."

"Dan tolong nyalakan televisi itu, sepi sekali rumah ini rasanya."

"Baik, Tuan."

Jung Ahjumma segera menyuruh pelayan-pelayan menyiapkan makan siang untuk putera keluarga Min tersebut dan pergi memanggil Jihoon agar makan siang bersama.

Yoongi dan Jihoon makan dalam diam, tapi dengan pikiran yang sama, dimana Jimin? Sementara itu Jung Ahjumma setia mendampingi berdiri dibelakang Yoongi, bersiap jika tuannya ini membutuhkan sesuatu.

"Hyung...?" panggil Jihoon setelah mereka lama terdiam, "Kenapa kau bisa lakukan semua ini? Kalau memang kau tidak menghendaki perjodohan ini, lebih baik kau tolak dari awal."

Yoongi menarik nafas panjang, "Dari awal aku tidak ingin mengecewakan Eomma dan Appa. Kau tahu sendiri kita berdua tidak pernah membantah mereka. Tapi aku sama sekali tidak mencintai Jimin. Disatu sisi aku merasa Eomma dan Appa tidak adil terlalu memaksakan kehendak, tapi disisi lain aku tidak ingin mengecewakan mereka. Jimin hanya jadi pelampiasanku saja. Tapi aku tahu aku sudah bertindak kelewatan."

"Kau tahu Hyung, sejak awal aku sudah menaruh curiga padamu. Tapi Jimin selalu membelamu di depanku." Jihon berkata sambil meneguk minumannya.

"Membelaku?" Yoongi berkata bingung.

"Aku pernah memergokimu di Incheon bersama yeoja jalang itu. Dan aku memberitahukan Jimin. Dia malah berkata supaya aku tidak berpikiran yang aneh dan harus percaya padamu. Jimin bilang kau orang baik, tidak mungkin macam-macam."

"Apa..benar Jimin berkata begitu?"

"Ya....Jimin berpura-pura kuat di depan kami, Hyung.. Dan dia selalu menyembunyikan kesalahanmu dari kami. Aku rasa...entah ini betul atau tidak. Aku rasa Jimin mencintaimu Hyung. Meskipun dia tahu dari awal tidak pernah ada peluang untuknya."

Dada Yoongi serasa dipalu mendengar penjelasan Jihoon. Dia tidak menyangka dibelakangnya Jimin tetap membelanya di depan keluarganya seperti itu. Yoongi makin merasa bersalah.

"Aku..menyesal, Jihoon..."

"Aku tahu Hyung. Aku juga kasihan padamu karena kau telah dibohongi mentah-mentah oleh yeoja itu. Aku pun prihatin dengan hasil kesehatanmu. Tapi aku pun kesal dengan kelakuanmu. Aku selalu merasa kau dan Jimin adalah pasangan serasi, terlepas dari karena dijodohkan atau bukan. Jimin telah ikut keluarga kita dari lama, Hyung. Aku rasa Park Ahjumma sangat sedih anaknya diperlakukan seperti ini olehmu." cibir Jihoon, "Yang penting sekarang kita harus segera menemukan Jimin. Apa kau ingin tetap bercerai darinya?"

Please, Come Back To Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang