#14

496 42 0
                                    

Irene hamil!!

Yoongi senang bukan main. Dia akan segera mempunyai anak dari wanita yang dicintainya. Tentu dia akan menikahinya. Tapi sebelumnya ada satu hal yang harus dia urus.

Dua minggu setelah mengetahui kehamilan Irene, malam itu Yoongi pulang ke apartemen. Saat dia masuk Jimin sedang berada diruang tamu sambil membaca buku. Tanpa basa-basi, dia langsung menghampiri Jimin dan menyerahkan map kepadanya.

"Apa ini Yoon?" tanya Jimin bingung.

"Jim, aku ingin kita bercerai." Yoongi menjawab dengan tenang.

Bagai disambar geledek Jimin langsung bangun dari duduknya.

"Apa-apaan kau Yoon? Tapi kenapa?"

"Bukankah wajar suami istri bercerai? Aku bisa mengatakan kalau kita sudah tidak cocok."

"Tapi bagaimana jika Eomma atau Appa tahu Yoon? Mereka pasti sedih."

"Mereka memintaku menikahimu. Dan itu sudah kulakukan. Mereka tidak meminta supaya pernikahan ini langgeng kan? Suatu kewajaran dimata orang lain jika kita berpisah Jim. Kau tinggal mengatakan tidak ada kecocokan lagi, kan? Selesai." smirk Yoongi.

"Aku tidak mau menceraikanmu Min Yoongi. Terserah pernikahan ini ada cinta atau tidak. Tapi aku akan tetap menjaganya Yoon" tolak Jimin.

"Kalau kau menolaknya, maka aku pun akan tetap pada pendirianku untuk menceraikanmu. Aku akan terus mengirimi surat cerai ini sampai kau tanda tangani. Tapi ingat jangan terlalu lama Jim. Irene akan segera melahirkan anakku. Begitu kita resmi bercerai aku akan langsung menikahinya." Yoongi berkata lantang.

Jimin terlalu kaget mendengar berita itu sampai dia jatuh terduduk ke sofa. Irene hamil? Ya Tuhan. Kenapa ini terjadi?

Yoongi pergi meninggalkan map itu di meja. Jimin hanya memandang map itu dengan sedih. Dia tidak tahu harus berbuat apa?

**

Sejak itu, Yoongi setiap hari mengirimkan lembar perceraian ke apartemennya dan ke kafe tempat Jimin bekerja. Dan selama itu pula Jimin selalu membuangnya ke tempat sampah. Dia tidak pernah bermimpi pernikahannya akan berubah menjadi perceraian. Sepertinya keluarga Min belum tahu karena belum ada pertanyaan apa-apa ke Jimin.

Jimin menyukai Yoongi. Jimin mencintai Yoongi. Meski Yoongi tidak tahu. Meski Yoongi tidak pernah menganggapnya ada. Meski Yoongi tidak akan membalas perasaannya. Jimin tidak peduli. Hanya melihatnya, tahu Yoongi ada disekitarnya, walaupun Yoongi menganggapnya seperti tidak ada, itu sudah lebih cukup. Sekalipun Yoongi bersikap lembut dengan berpura-pura di depan keluarga Min, Jimin tetap menerimanya setulus hati. Sekalipun dia melihat Yoongi dan Irene bermesraan di depannya, Jimin memaafkannya.

Tapi untuk bercerai? Tidak akan. Jimin akan mempertahankan pernikahannya. Dia tidak akan membuat sedih dan kecewa keluarga Min yang sudah sangat baik terhadap dirinya dan Eomma. Biarlah dia sakit sendiri menghadapi perlakuan Yoongi.

**

Sementara itu di kantor, Yoongi geram karena surat perceraian itu tidak kunjung ditandatangani oleh Jimin.

"Apa yang harus kulakukan agar dia menceraikanku? Sudah dua bulan lebih aku terus mengirimkan surat cerai itu, tapi tetap tidak ditandatangani..!! Aku sudah kasar padanya, tapi dia tetap teguh. Buat apa dia berada disampingku kalau dirinya sendiri terluka? Ckk...Dasar bodoh!!" oceh Yoongi.

Pip...Pip...

Appa tiba-tiba meneleponnya.

"Halo Appa? Ada apa?"

"....."

"Apa? Baiklah aku segera pulang..."

Setelah menerima telepon Appa, dia cepat menelepon Jimin.

"Halo Jim, aku akan menjemputmu ke kafe lalu kita pulang ke rumah. Eomma sakit." katanya singkat.

**

Dimobil, Yoongi dan Jimin dalam perjalanan ke rumah keluarga Min.

"Eomma sakit apa Yoon?"

"Entah."

"Appa tidak mengatakan sesuatu Yoon?" tanya Jimin lagi.

"Ckkk sudahlah jangan berisik! Kalau kubilang tidak tahu ya tidak tahu. Dan jangan singgung soal perceraian kita. Aku yang akan mengatakannya nanti!"

"Aku tidak akan menyinggungnya. Karena aku tidak ingin bercerai. Sudah ku katakan dari kemarin, kan?"

"Ckkk...!! Terserah kau saja!" umpat Yoongi.

Setibanya di rumah keluarga Min, ternyata sudah ada dokter Kim disana. Dokter itu adalah dokter keluarga Min. Dia pula yang membantu kelahiran Jihoon. Dan mengenal Jimin juga dari kecil.

"Dokter Kim." panggil Yoongi, Jimin mengekor di belakangnya.

"Ah, Tuan Muda Yoon." kata dokter itu sambil mengangguk hormat ke arah Yoongi dan Jimin.

"Dimana Eomma? Bagaimana kesehatannya? Kenapa tiba-tiba dia bisa pingsan?"

"Nyonya Min sudah dikamar sedang beristirahat. Tensi darahnya rendah, kemungkinan kecapaian. Aku sudah meresepkan obat untuknya. Jangan khawatir Tuan Muda." dokter Kim bicara sambil tersenyum.

"Ah,,,Yoon kau sudah disini?" tiba-tiba Appa datang menghampiri.

"Ne Appa.."

"Eomma sedang tidur. Maaf aku mengagetkan kalian. Tadi aku sangat khawatir karena dia tidak pernah pingsan sebelumnya."

"Ani Appa, kami tidak merasa direpotkan. Syukurlah kalau Eomma sudah lebih baik." sahut Jimin.

"Aku meminta kepada dokter Kim untuk melakukan check up lagi untuk kita semua, agar ketahuan lebih cepat jika memang ada penyakit. Aku terakhir check up tahun lalu. Eomma pun begitu. Dan untuk kau Yoon, kau tidak pernah sama sekali kan? Kau juga Jimin-ah."

"Baik Tuan Min, saya akan mengurus semuanya segera."

"Bagus.. Jadi kalian...." Appa menengok ke arah Yoongi dan Jimin sambil tersenyum, "Kapan kalian bisa memberiku cucu, hmm??"

Jimin terkejut mendengarnya. Sedangkan Yoongi bersikap tenang sambil tersenyum.

"Tenang Appa, semuanya sudah direncanakan. Kau pasti akan segera menggendong cucumu."

"Eoh? Apa Jimin sedang hamil sekarang?" Appa terkejut memandang Jimin.

"Ehh... Oh... Ani Appa, belum.. Maaf." Jimin berkata sambil menunduk.

"Aaaah, tidak apa-apa Jimin-ah, jangan merasa terbebani. Yoongi berbicara seakan-akan ada yang sedang hamil saja.. Hahahaahaha.." Appa mengelus rambut Jimin menenangkan.

Memang ada yang hamil Appa, tapi bukan aku.

Please, Come Back To Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang