"Udah nggak usah dipikirin. Kita makan aja, gue laper." Cakra merangkul bahu gue, mengajak gue menuju restoran masakan padang depan rumah sakit.
"Kalian mau makan dimana?" Tanya gue ke Bagas dan Erik.
"Saya mau nyusulin Kinar dok. Ntar ngambek dia kalo nggak disusulin." Jawab Bagas. Gue manggut-manggut. Lalu pandangan gue beralih ke Erik.
"Saya juga ngikut Bagas, dok. Sekalian ketemu Acha." Kata Erik sambil menaik-naikan alisnya seolah sengaja bikin gue kesel.
Gue melotot. Kayaknya gue kudu waspada, Erik ini cukup agresif juga ngedeketin si Bila. "Makan dimana mereka?"
"Ketoprak Pak Gendut."
"Ya udah kalo gitu, Saya ikut kalian." Ucap gue membuat Cakra nggak terima. Pasalnya tadi gue udah janjian sama dia mau makan di Masakan Padang.
"Lah, lo gimana sih Ram? Katanya mau nemenin gue makan padang?" Protes Cakra.
"Berubah pikiran gue. Lo kesana aja sendiri. Manja banget minta ditemenin."
Cakra menggelengkan kepalanya mendengar jawaban gue. "Lo tega bener sama gue."
"Ya udah lo ikut sama kita aja sekalian makan ketoprak." Putus gue pada akhirnya. Sebenarnya gue ini nggak ribet. Makan apa aja ayo aja dah. Ketoprak oke, masakan Padang juga oke. Gue cuma pengen ketemu Bila aja, makanya gue pilih ikut Bagas.
"Gue pinginnya masakan padang, Bro." Cakra masih keukeuh pengen makan disana. Ribet bener sohib gue satu ini.
Gue mendecak. "Lo kayak orang ngidam aja. Ajak erik tuh biar dia nggak bisa gangguin si Bila." Nah, ini baru ide Bagus kan? Kenapa nggak kepikiran daritadi.
Cakra mendesah, lelah ngebujukin gue."Rik, yuk ikut saya makan padang."
"Nggak deh, dok. Saya pengennya makan ketoprak." Yaelah pake nolak segala ini bocah. Gue bikin ketoprak juga baru tau rasa lo.
"Pengen makan ketoprak apa pengen ketemu sama Acha lo?" Sahut Bagas menyuarakan isi hati gue.
Erik nyengir lebar. Mukanya ngeselin banget."Dua-duanya, Gas. Sambil menyelam minum air."
"Ya elah. Ayolah Rik. Saya yang traktir deh." Cakra masih bernegosiasi. Mendengar kata 'traktir', si Erik langsung membelalakan matanya tertarik.
"Eh, serius ditraktir dok?"
"Iye. Yuk keburu jam makan abis."
"Waaah, kalo gitu saya mau sih." Jawab Erik langsung setuju.
Bagas mencibir. "Kampret. Giliran denger kata traktir aja lo semangat."
"Ternyata cuma segitu perjuangan kamu." Ucap gue menyindir.
"Yah, dok beda cerita ini mah. Masalah perut beda sama masalah hati."
"Ngeles mulu lo." Bagas menendang tulang kering Erik. Gue cuma geleng-geleng kepala aja liat kelakuan dua orang ini.
"Udah-udah. Ayo rik, kita caw." Ajak Cakra berjalan lebih dulu. Erik mengangkat tangannya belagak hormat. "Oke kapten."
Akhirnya Gue dan Bagas pun menuju ketoprak Pak Gendut. Sebenarnya tempatnya sebelahan sih sama Masakan Padang yang dimaksud Cakra. Gue bingung juga ngapain tadi pake ribut segala. Tempatnya deketan ini. Kan bisa pesen masakan padang tapi makannya di ketoprak atau sebaliknya.
Pandangan gue langsung tertuju ke arah Kinar yang melambai-lambaikan tangannya lebay. Yang ternyata dibalas dengan sama lebay-nya oleh lelaki sebelah gue, si Bagas. Yassalam. Gue menepuk kening gue, prihatin sama kelakuan pasangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMA
RomanceSide story of Hey, Bi! ps : disarankan untuk membaca cerita Hey, Bi lebih dulu.