SEPULUH

3.4K 285 1
                                    

Tiga hari ini gue diundang seminar ke Surabaya. Waktu keberangkatan gue pun kebetulan banget harus bebarengan sama jadwal sidang Bila. Padahal niatnya gue pengen banget hadir disana dan kasih dia dukungan. Bagas dan Kinar udah ngerencanaian semuanya. Tapi sayangnya, gue bener-bener nggak bisa ninggalin undangan penting itu, dimana gue memang jadi salah satu pembicara disana.

Pagi sebelum keberangkatan gue ke Bandara, gue menuju kampus Bila lebih dulu. Gue mau kasih dia semangat dan dukungan, gue yakin dia bisa mengingat perjuangan dia selama ini. Beberapa hari sebelum sidang pun dia banyak tanya dan diskusi sama gue dan beberapa temennya yang lain. Gue lihat dia udah siap banget sama materinya. Apalagi nyokap gue sendiri yang jadi dosen pembimbing si Bila.

Sebenarnya waktu itu gue juga berniat nyatain perasaan gue sama dia. Belakangan ini sikap dia sama gue pun udah berubah dari pertama kali kita kenal. Dia lebih terbuka dan nggak lagi jutek sama gue. Gue pikir ini waktu yang pas. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi kayaknya ini bukan waktu yang tepat. Gue nggak mau konsentrasi Bila malah terpecah gara-gara gue. Gue pun mengurungkan niat itu dan kembali menelan semua kalimat yang semalam udah gue susun matang-matang.

Tiga hari nggak ketemu Bila rasanya gue kangen banget. Gue udah denger kabar dari Kinar kalo si Bila akhirnya lulus. Kedua hal itulah yang ngebuat gue buru-buru balik ke Jakarta setelah urusan di Surabaya selesai. Kebetulan kata Kinar si Bila shift pagi hari ini. Gue pun dengan semangat langsung flight ke Jakarta. Dari bandara gue pun nggak langsung pulang kerumah. Dan disinilah gue sekarang, jam dua kurang gue udah nongkrong ganteng di depan kosan Bila.

Jam di pergelangan tangan gue udah menunjukkan pukul lima sore, dan gue udah duduk disini selama hampir tiga jam tapi Bila tak kunjung datang. Gue sengaja nggak kabari dia karena niat awalnya gue mau kasih dia sureprise. Sialnya, malah gue akhirnya yang dikasih surprise sama dia. Bila dateng sama laki-laki asing yang baru kali ini gue liat wajahnya.

Gue udah sering bilang kan kalo pesona yang dimiliki Bila tuh susah banget buat ditolak? Setelah gue akhirnya berhasil selangkah lebih maju dari rival gue yang lain buat ngedapetin hati Bila, dan setelah gue yakin dia pun ngerespon positif usaha gue, saat itulah cobaan datang.

Bila cukup terkejut liat gue sedangkan laki-laki bermata empat disebelahnya menatap gue dengan tampang menyelidik. Hei! Harusnya gue yang selidikin siapa dia. Seenaknya ada ngedeketin gebetan orang. Dia nggak tau apa perjuangan gue selama ini.

"Siapa Cha?" Tanya laki-laki itu. Bila kelihatan bingung. Dia natap gue dan laki-laki itu bergantian. Sebelum dia sempat berkata-kata, gue pun secara gentle memperkenalkan diri.

"Saya Rama." Ucap gue sambil mengulurkan tangan.

Gue perhatiin penampakan dia dari atas kebawah. Tingginya setara sama gue. Cuma dia sedikit lebih kurus. Tampilannya rapi dan tampangnya lumayan. Tapi yang jelas masih gantengan gue. Dari sikapnya, gue bisa lihat kalo dia juga tertarik sama Bila. Gue paham bener sebagai sesama lelaki.

"Yudha." Jawab laki-laki itu singkat, menjabat tangan gue kenceng. Dia juga terlihat sedang menilai gue.

Bila kelihatan nggak nyaman sama aura yang terjadi antara gue sama laki-laki bermata empat ini. Dia buru-buru menyudahi aksi saling menilai diantara kami dengan mengusir secara halus Yudha. Yudha memilih mengalah dan pergi. Dan sebelum si Yudha pergi, dengan kurang ajarnya dia ngusap-usap kepala Bila. Sialan! Ternyata dia sedang mengibarkan bendera perang sama gue. Oke kalo itu maunya. Siapa takut? Mari kita bersaing secara sehat, Bung!

Setelah kepergian Yudha, gue masih bertanya kepo soal dia. Bila ngenalin dia sebagai temennya. Namanya Yudha. Katanya dia salah satu dosen di kampusnya. Hmm... Apa nyokap kenal sama dia? Kapan-kapan gue harus cari info ke nyokap nih soal si Yudha-Yudha ini.

Kalo gini ceritanya gue jadi nyesel kenapa tadi gue nggak jadi ungkapin perasaan gue ke dia. Setelah Dili udah resmi jadi sama Elvira, dan Erik yang nggak mungkin dilirik sama si Bila, eh dateng lagi saingan gue. Kayaknya gue harus berusaha lebih keras lagi. Udah sejauh ini, gue nggak mau semuanya sia-sia. Bila harus jadi milik gue.

***

RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang