TUJUH BELAS

3.4K 256 1
                                    

Mobil yang gue kendarai melaju dengan kecepatan sedang dijalanan ibukota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mobil yang gue kendarai melaju dengan kecepatan sedang dijalanan ibukota. Sepanjang jalan gue sibuk sama pikiran gue sendiri, hati gue rasanya nggak bisa tenang. Kata-kata yang semalam udah gue susun terus berputar-putar dikepala gue. Gue nggak pernah ngerasa segelisah ini sebelumnya.

Bila memang bukan perempuan pertama yang ada dihati gue. Sebelum ketemu dia, gue udah banyak berhubungan dengan berbagai macam tipe perempuan. Tapi Bila ini spesial, dia beda dari perempuan lain yang pernah gue kenal. Buat ngedapetin hati dia aja gue butuh perjuangan yang bener-bener luar biasa.

"Mas Rama kenapa? Kok diem aja sih daritadi?" Ucapan Bila membuyarkan lamunan gue. Gue sampe lupa ada Bila disebelah gue daritadi.

Sore ini gue ditugaskan nyokap buat jemput Bila dikosannya. Semua acara emang udah diatur sama nyokap dan juga kakak gue, Dhisti. Mulai dari dekorasi halaman belakang yang disulap sedemikian rupa, makanan yang disajikan, bahkan sampai tamu yang diundang pun semua dihandle sama mereka berdua. Tugas gue hanya memastikan Bila menikmati acara yang dibuat khusus untuk dia.

Bila menatap gue penuh selidik. Mungkin dia menyadari kegelisahan gue sejak tadi. Gue tersenyum menenangkan, gue usap lembut Puncak kepalanya. "Saya nggak apa-apa, Bi." Ucap gue bohong.

Nggak mungkin juga gue cerita soal rencana gue buat ngelamar dia nanti malam. Bisa-bisa dia malah syok dan kabur duluan.

Tiba-tiba Bila meraih tangan gue yang kemudian digenggamnya erat-erat dengan jemarinya yang mungil. "Kalau ada apa-apa, mas Rama cerita ya." Katanya sambil tersenyum manis banget.

Ya Tuhan! Lama-lama gue bisa diabetes kalau dia senyum terus kayak gitu.

Gue mengangguk lalu gue kecup punggung tangannya. Bila agak kaget sama perlakuan gue. Selama ini gue emang nggak pernah bersikap macam-macam sama Bila. Paling sekedar peluk dan juga cium keningnya. Gue tahu Bila bukan perempuan yang gampang percaya sama orang. Makanya gue takut kalau gue bersikap kurang ajar terus dia nggak percaya lagi sama gue.

***

Sepanjang acara berlangsung, gue masih nggak bisa tenang. Pikiran gue masih melayang-layang. Selain itu, tugas gue buat mengawasi Bila ngebuat gue selalu ngikutin Bila kemanapun dia pergi. Banyak juga ternyata keluarga gue yang datang. Sepupu-sepupu gue bahkan kompak ngegodain gue yang nempelin Bila terus-terusan.

Gue emang ngenalin Bila ke mereka sebagai calon istri gue. Dan Bila keliatan nggak protes sama sekali. Justru dia pinter banget menempatkan diri dan mengambil hati semua orang dengan sikapnya yang ramah dan sopan. Pantas aja keluarga gue banyak yang suka sama dia.

Kecuali satu orang, Ginaya. Istri sepupu gue, Eza. Gue nggak tahu kenapa kayaknya Gina ini nggak suka banget sama Bila. Padahal setahu gue Bila nggak pernah sekalipun berbuat salah atau nggak sopan sama dia. Apa mungkin Gina cemburu karena tahu kalau Bila adalah perempuan yang sempat disukai sama Eza? Tapi buat apa juga Gina harus cemburu, itu kan masa lalu. Lagipula Bila juga nggak pernah nanggepin Eza. Dan sekarang juga posisinya Bila itu pacar gue, calon istri gue.

RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang