DELAPAN

3.6K 312 0
                                    

Sejak kejadian di resepsi Eza malam itu, Bila menghindari gue. Gue tunggu dikantin waktu jam istirhat, dia nggak pernah nongol. Gue tanya Kinar sama Bagas, mereka berdua kompak tutup mulut. Kayaknya sih si Bila udah cerita kejadian malem itu sama dua sahabatnya, makanya mereka nggak mau lagi gue ajak kerja sama. Sialnya lagi jadwal gue sama dia Bulan ini beda terus. Gue dinas pagi, Bila dinas malem. Giliran gue dinas malem, eh Bila dinas siang. Ketemu sekilas pun dia buru-buru pergi. Pokonya gue bener-bener nggak pernah ada kesempatan buat jelasin sama dia soal malem itu.

Gue nggak tau apa aja yang udah Katy omongin ke Bila kemarin sebelum gue dateng. Bila seolah nggak mau lagi ketemu sama gue. Beberapa hari ini gue kacau. Gue bingung gimana lagi caranya biar bisa ketemu sama Bila.

"Ram, lo kenapa sih? Belakangan lo keliatan berantakan." Ucap Cakra waktu kita lagi ngopi di kafe sepulang jaga.

"Bila menghindari gue." Ucap gue lesu.

"Lah, gimana ceritanya? Waktu di resepsi Eza kemarin kan dia udah jinak sama lo?"

Gue menghela napas panjang, meneguk secangkir kopi sebelum akhirnya mengalirlah cerita kejadian malam itu dari mulut gue.

"Gila! Gue nggak nyangka Katy bisa senekat itu." Komentar Cakra menutup cerita gue. Cakra tahu betul sifat Katy sejak SMA. Cewek polos dan kalem yang nggak bakal ngelakuin tindakan bodoh. Gue sendiri nggak tahu sejauh mana perubahan sifat Katy.

"Menurut gue, apa yang dirasain Katy ke lo itu bukan lagi sayang maupun Cinta. Tapi 'obsesi'. Dan itu lebih berbahaya buat lo maupun buat orang disekitar lo. Contohnya kejadian kemarin. Lo kudu hati-hati, Ram."

Mendengar penjelasan Cakra, mendadak gue jadi ngerasa takut. Gue takut kalo Katy bertindak nekat lagi ke Bila. Kalo sampe terjadi apa-apa sama Bila, gue nggak akan bisa maafin diri gue sendiri. Karena gimanapun juga gue yang melibatkan Bila ke masalah ini.

Setelah mendapat pencerahan dari Cakra, gue pun memutuskan untuk meminta bantuan Bagas sekali lagi. Karena cuma dia dan Kinar satu-satunya akses yang bisa mempertemukan gue sama Bila. Gue ajak Bagas ketemuan di restoran cepat saji. Kebetulan banget dia datang sama Kinar.

Awalnya mereka berdua keukeuh nggak mau bantuin gue. Gue berusaha jelasin kejadian malam itu dan juga penjelasan Cakra tentang kemungkinan kondisi Katy. Akhirnya mereka berdua percaya dan bersedia bekerja sama lagi sama gue. Sekarang giliran gue yang berusaha meyakinkan Bila.

Siang ini, Gue udah kongkalikong sama Kinar. Kata Kinar si Bila lagi ada dikantin, makan siomay. Nggak pake lama, gue susulin mereka. Bila tampak kaget liat gue. Dia berusaha kabur. Tapi gue tarik paksa dia. Gue nggak mau lagi kehilangan kesempatan buat ngejelasin semuanya. Gue ajak dia ke rooftop, tempat yang aman buat gue ngomong berdua sama Bila. Gue yakin kali ini dia nggak bakal bisa kabur lagi dari gue.

Gue nggak mau kesalahpahaman ini berlarut-larut. Gue nggak sanggup kalo dia terus-terusan ngehindari gue. Kayak ada sesuatu yang hilang. Sehari nggak ngeliat wajahnya yang cantik tapi jutek itu aja udah bikin gue kehilangan semangat. Gue sadar gue udah jatuh terlalu dalam sama pesona yang dimiliki Bila. Dia seolah memenuhi semua kriteria calon istri yang gue idamkan. Apalagi nyokap juga kayaknya sayang banget sama Bila.

Gue berusaha jelasin semua kejadian malam itu ke Bila. Tentang hubungan gue sama Katy yang memang udah berakhir sejak lama. Bila nggak banyak tanya, dia bilang dia nggak marah sama gue. Tapi dia cuma nggak mau disebut sebagai perusak hubungan orang. Beberapa karyawan emang sempat ngomong yang nggak-nggak tentang Bila. Apalagi Katy sampe bikin konferensi pers di media. Gue nggak habis pikir sama mantan gue itu. Bener-bener kudu periksa kejiwaan tuh orang.

Gue pikir Bila ini orang yang cuek. Yang nggak pernah ambil pusing sama omongan orang. Tapi ternyata gue salah. Kata Kinar si Bila bener-bener tertekan sama gosip miring itu. Dan gue sadar ini semua salah gue.

Untungnya Bila masih mau maafin gue. Dan gue seneng dia nggak lagi menghindari gue. Soal gosip itu gue yakin bakal ilang dengan sendirinya. Gue sendiri nggak bisa berbuat apa-apa. Tangan gue cuma dua, gue nggak bisa nge bungkam mulut mereka-mereka yang bicara hal buruk tentang Bila. Yang bisa gue lakukan sama kedua tangan gue cuma menutup telinga Bila dari gosip-gosip sampah itu.

***

RAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang